Semua Bab Kesuksesan Istri Berdaster: Bab 21 - Bab 30

37 Bab

Bab 21

Galih mematut diri di cermin menatap dirinya yang saat itu mengenakan kaos oblong dan celana jin. Setelah dirasa semuanya sudah sempurna, ia mengambil kunci mobil dan melangkah ke luar rumah.Semalam ia telah memikirkan masalah yang sedang terjadi dalam keluarganya. Galih memutuskan untuk bertemu Marwa dan berbicara dari hati ke hati dan akan meminta penjelasaan versi istrinya. Ia menyesalkan saat itu tak melindungi sang istri dari hinaan orang-orang di sekitarnya.Kesalaham sebesar apapun, seharusnya ia melindungi perempuan yang menjadi tanggung jawabnya. Apalagi jika ternyata Marwa terbukti tidak bersalah, Galih akan merasa jadi suami yang tidak bertanggung jawab. Mulai hari ini ia akan mengurus masalah keluarganya sendiri. Dimulai dengan mencari tahu kebenaran perselingkuhan yang dituduhkan pada Marwa.Selama perjalanan, Galih terus memikirkan setiap ucapan ibu dan kakaknya yang didengar kemarin. Ia tak menyangka jika ternyata mereka tak menyukai kebe
Baca selengkapnya

Bab 22

Atik sudah bersiap untuk mengantarkan Galih ke rumah Marwa. Ada keenganan di hatinya untuk mengunjungi rumah besan yang dianggapnya tidak sederajat. Namun, demi mengambil hati putra tirinya yang sedang naik daun, ia harus rela membuang sedikit egonya. Setelah mematut diri di cermin dan merasa penampilannya sudah sempurna, Atik bergegas keluar menuju meja makan."Pagi, Bu," sapa Fitri yang sedang meletakkan piring di meja makan. Atik tersenyum dan mengangguk kemudian duduk di salah satu kursi."Mana yang lain?" Atik mulai mengambil nasi goreng yamg dibuatkan anaknya."Bapak belum pulang, Bu .""Masih jogging?""Iya."Atik melihat pergelangan tangannya. Pukul delapan."Tumben, biasanya jam tujuh sudah balik," ucap Atik, "Galih sama Pandu mana?" tanyanya"Pandu masih tidur, Bu. Kalau Mas Galih udah pergi dari tadi."Atik menghentikan sendok yamg hendak dimasukkan ke mulut."Pergi? Loh bukannya ki
Baca selengkapnya

Bab 23

"Duh, Pak, lain kali ga usah kaya pahlawan kesianganlah. Jadi susah sendiri, kan?" gerutu Atik tak suka melihat suaminya menolong orang lain, apalagi sampai menyebabkan luka-luka. Nantinya ia akan menjadi repot karena hal itu.Noto tak terlalu menghiraukan omelan sang istri, ia sedang merasakan perih di beberapa bagian tubuhnya. Pagi tadi ia sedang joging sampai ke wilayah kayu manis, di saat sedang beristirat sejenak di depan minimarket sambil meminum air mineral, ia melihat seseorang di parkiran minimarket terlihat kesulitan memutar motornya. Noto langsung berdiri dan membantu perempuan muda yang sedang hamil."Terima kasih, Pak," ucap perempuan yang memakai celana dan kaos yang agak ketat, sehingga perutnya yang membuncit terlihat jelas. Noto hanya terssnyum sambil mengangguk kala itu dan hendak berbalik."Maaf, Pak, boleh minta tolong lagi." Noto urung berbalik, dan menghampiri asal suara. "Ini kuncinya ga bisa masuk." Senyum malu-malu terukir dari w
Baca selengkapnya

Bab 24

"Oke, deal, ya. Minggu depan, kita mulai proyek usaha kita," ucap Amar antusias sambil mengulurkaan tangan ke arah Marwa. Namun, perempuan yang memiliki senyum manis itu hanya membalas dengan menangkupkan kedua tangan. Melihat itu Amar menjadi salah tingkah."Oke, deal," sahut Sela sambil mengambil alih untuk membalas uluran tangan lelaki berambut agak kecokelatan itu. "Sekarang saatnya merayakan kesepakatan kita," lanjutnya semringah."Oh, ya, ayo dipesan lagi!" Amar memanggil seorang pelayan. Tadi, mereka hanya memesan minuman.Setelah kepergian Galih, Amar menyarankan untuk menunda pembicaraan mereka. Ia khawatir jika perempuan yamg selalu mengisi pikirannya itu sedang bersedih. Namun, Marwa memutuskan untuk tetap berjalan sesuai rencana dan meyakinkam diri jika ia baik-baik saja. Bagi Marwa ini adalah sebuah kesempatan untuknya bisa mandiri. Walaupun kaget ketika melihat siapa yang menjadi rekan usahanya, tetapi jauh di lubuk hati ia merasa lebih ny
Baca selengkapnya

Bab 25

"Bagaimana kondisi bapak, Fit?" tanya Galih. Mereka duduk berdua di balkon depan kamar sang ayah."Ya, gitu, Kak. bapak masih merasakan sakit di lututnya. Barusan Fitri kasih obat dari dokter. Sepertinya sakitnya berkurang. Jadi, bapak bisa istirahat," jelas Fitri. "Mas Galih mau minum apa? Nanti biar Fitri ambilkan." Fitri menyadari jika kakak keduanya ini terlihat letih. Wajahnya kusut seperti menyimpan banyak beban. Terlebih bibirnya pucat dan kering.Melihat Galih yang masuk kamar sang ayah dengan wajah panik, tentunya lelaki dengan alis tebal itu tergesa-gesa untuk datang ke rumah. Namun, sayang, sang ayah baru saja terlelap tidur sejak beberapa waktu tadi merasakan sakit di beberapa bagian tubuh terutama lututnya. Fitri yang kala itu sedang menyelimuti ayahnya meletakan telunjuk di bibirnya setelah melihat Galih masuk, memberi tanda untuk tidak bersuara. Setelah itu, Fitri mengajak kakaknya untuk ke balkon. "Ga usah Fit, kamu di sini aja," jawab G
Baca selengkapnya

Bab 26

Marwa baru saja menidurkan putri kecilnya, sejenak ia pandangi gadis kecil berambut keriting tersebut. Dalam usia yamg seharusnya dilimpahi kasih sayang, ia malah sempat diperlakukan dengan tidak manusiawi. Marwa hanya berharap semoga trauma Arum bisa mengikis secara perlahan.Saat ini, Ia dan Arum harus tidur dalam keadaan lampu menyala. Anaknya akan langsung histeris jika melihat suasana kamar menjadi gelap. Marwa mengerti, putri pertamanya itu masih teringat gelapnya gudang dimana ia sempat dikurung.Marwa menghela napas dengan wajah penuh rasa bersalah. Karena masalah yang menimpanya, sang anak harus terkena imbasnya. Ia sangat menyesalkan perbuatan sang mertua. Begitupun sang suami yang mudah terhasut dengan ucapan ibunya. Ketika terlintas Galih dalam pikirannya, tubuh Marwa langsung menegang dan mengingat kejadian tadi siang."Kok Mas Galih ada di cafe? Apa kebetulan, ya?" gumamnya dengan mata yang tak tentu arah juga kening yang berkerut. "Tapi kaya
Baca selengkapnya

Bab 27

"Sialan Mas Dito! Sampai gini hari belum datang juga," gerutu Lila dengan wajah memerah. "Awas aja nanti kalau datang. Aku ubek-ubek wajahnya," kesalnya. Sejak siang kemarin, Dito mengabarkan jika bertemu dengan keluarga istrinya. Lila juga baru tahu jika bapak tua yanag menyelamatkannya adalah mertua lelaki yang dicintainya. Perempuan berhidung mancung itupun tak bisa berbuat banyak, seperti itulah menjadi simpanan seseorang, ia harus menerima segala resikonya, bahkan terabaikan ketika sedang sakit."Nasib, dah, kalau bukan karena cinta, ogah juga jadi yang kedua," gumam Lila meratapi nasibnya. "Eh, tapi karena harta juga, sih, si Dito kan udah mapan. Sebenarnya, walaupun bercerai tanpa dapat harta dari Gita pun, kayaknya hidupnya ga susah-susah amat." Semalam ia memikirkan untuk memiliki Dito seutuhnya, sepertinya kondisi kucing-kucingan sangat tidak menguntungkan. Ia harus selalu mengalah agar tidak ketahuan dan hal itu kadang menyulitkannya. Seperti hari ini,
Baca selengkapnya

Bab 28

"Kalian sangat memudahkan pekerjaan kami." Tawa seseorang bergema diiringi tepuk tangan disusul suara langkah-langkah kaki yang berjalan menghampiri dua orang yang masih mengadu kekuatan. Sontak gerakan Vika dan Gita terhenti mendengar ada yang menertawakan. Terlihat ada sekitar enam orang dan orang yang berjalan paling depan terlihat seperti memimpin sedangkan kelima lainnya berjalan seperti seorang pengawal. Menjaga dan memastikan keamanan orang di depannya.Kondisi tubuh dua orang yang berantakan dengan rambut acak-acakan membuat seseorang yang berada paling depan dalam barisan orang asing itu menggeleng dengan senyum mengejek. "Kenapa berhenti? Ayo lanjutkan!" ucapnya sambil melangkah sebentar dan mengenyakkan bokongnya di sofa berwarna putih."Siapa kamu, kenapa berani masuk ke rumahku." Gita melotot marah. "Anto! Mbok Nah!" Ia memanggil orang-orang yang bekerja untuknya, hendak memarahi karena lalai membiarkan orang lain masuk."Jangan berteriak!"
Baca selengkapnya

Bab 29

Galih berhenti di depan pagar rumah berlantai dua, kemudian ia turun hendak menekan bel untuk meminta dibukakan pintu. Akan tetapi gerakannya terhenti ketika seorang lelaki dengan seragam cokelat bertanya dari balik pagar."Siang, Pak, maaf cari siapa?""Marwa, Pak." "Dengan siapa?""Galih, suaminya.""Oh, Pak Galih. Bentar, Pak." Lelaki paruh baya itu menggeser gerbang dan mempersilahkan Galih masuk. "Mbak Marwa tadi sudah pesan jika Pak Galih datang. Silahkan langsung masuk saja, Pak.""Terima kasih, Pak." Galih melangkah menuju mobil dan masuk ke halaman yamg dipenuhi dengan tumbuhan hijau di pinggir kanan dan kiri jalan menuju pintu utama. Setelah mematikan mesin mobil Galih mengambil beberapa kantong makanan kecil, kue bolu, dan buah-buahan untuk tuan rumah. Hatinya berdebar kencang, tubuhnya merasa gugup untuk bertemu istri dan anaknya. Ia akan berusaha bersikap sebaik mungkin, dan mencoba mengambil hati Marwa juga m
Baca selengkapnya

Bab 30

Pada saat orang lain mempertanyakan keberataan Gita, dua orang di dalam gudang sedang berusaha untuk melepaskan diri. Semenjak mereka disembunyikan dalam ruangan berukuran 5X7 meter itu, hanya kesedihan dan ketakutan yang menguasa hati keduanya. Mereka tak berpikir hal lain, hanya berharap ada yang segera datang menolong. Namun, hampir waktu hampir terlewat setengah hari, tak menunjukkan ada orang yang datang. Mereka semakin putus asa dan terus menangis dengan tangan dan kaki yang terikat juga mulut yang disumpal lakban dengan diberi lubang kecil di tengah mulut untuk mereka mengambil udara. Tetap saja itu terasa sesak, karena mereka tak leluasa menghirup udara bersih dan mengeluarkan karbondioksida Gita memiliki rumah tiga lantai dengan lantai bawah diperuntukkan untuk parkir mobil dan gudang. Sedangkan, lantai dua untuk ruang tamu, ruang santai, dapur, kamar pembantu, dan kamar utama dan di lantai tiga terdapat kamar tamu dan taman. Akses tangga menuju lantai
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status