Jujur, sebenarnya tak tega. Melihat anak itu menenteng ransel hendak pergi dari rumah ini. Riri menutup pintu kamar, pelan. Irisnya tampak berkaca.“Ri, benar kamu mau pindah? Kalau masih betah di sini tidak perlu pergi.” Aku menghampiri Riri yang masih ada di depan kamar.Supri yang berdiri tidak jauh dari adiknya melihatku. “Tidak apa-apa, Mas. Pindah juga dekat ke belakang. Aku, kan, sudah janji kalau sudah punya uang mau ngontrak, di sini pria semua tidak baik bagi dia.” Supri memasang ransel Riri di pundaknya. Aku tahu ucapannya itu hanya basa-basi. Kalau masalahnya uang, sudah dari gajian pertama Riri pindah.Kalau kakaknya sudah bilang begitu aku bisa apa. “Yasudah, di mana kosannya?”“Di rumah bedeng belakang. Deket, kok, di situ.” Supri menunjuk arah dinding. Di belakang ruko, memang banyak rumah penduduk yang punya kos-kosan.“Oke, lah, kalau dekat. Jangan gara-gara pindah kamu jadi kesiangan.” Aku mengacak rambut Riri. Dia menepis tanganku seperti kesal. Lalu mereka pergi.
Last Updated : 2023-03-19 Read more