Semua Bab Cahaya Cinta di Langit Pesantren (Cinta dalam Balutan Doa 2): Bab 31 - Bab 40

88 Bab

31. Melangkah Bersama

Saat ini Arza dan Fathiyah masih berada di hotel. Mereka akan bermalam di hotel tempat mereka melangsungkan pernikahan siang tadi. Rasa canggung kembali mereka rasakan, padahal kemarin mereka sudah berada di dalam satu ruangan. “Kalau kamu butuh sesuatu langsung bilang ke aku, ya!” ucapnya membuka obrolan.“Iya,” jawab Fathiyah singkat dengan sedikit malu-malu.“Boleh aku buka kembali cadarmu?” tanyanya meminta izin. Fathiyah mengangguk samar. Arza kembali membuka cadar itu melihat wajah cantik Fathiyah. Ingin rasanya ia meminta haknya saat ini. Namun, ia malu untuk mengatakan. Takut Fathiyah menolaknya.Sejak tadi Arza hanya melihat wajah cantik yang ada di hadapannya, membuat Fathiyah malu terus di pandang. “A-aku mau ke kamar mandi,” ucapnya canggung. Arza menahan tangan itu. Entah, ada keberanian dari mana ia mengatakan. “Boleh ‘kah aku memintanya sekarang?” tanyanya ragu. Sungguh, ia takut Fathiyah menolak. Mau ditaruh di mana mukanya kalau itu terjadi.Fathiyah belum menjawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-02
Baca selengkapnya

32. Tentang Afni dan Athar (Masuk Pesantren)

Dengan belajar memberi, kita belajar ketulusan. Dengan mencintai kita belajar arti kesetiaan. Layaknya BURUNG MERPATI simbol kesetiaan. Begitu pun cinta kita nanti yang tak lekang zaman. Meskipun ujian menghadang, kita akan tetap belajar kesabaran.(Athar Farhad Hisbullah)***Sebagai putra pengusaha sukses Athar sudah terbiasa hidup mewah. Namun, karena kesibukan kedua orang tuanya, ia tumbuh menjadi anak yang kurang kasih sayang. Sang mama seorang desainer terkenal mengharuskannya sering bepergian ke luar kota, bahkan ke luar negeri. Begitu pula sang papa yang kini mengembangkan perusahaannya ke luar negeri. Keduanya sudah jarang di rumah.Athar merindukan kebersamaan bersama kedua orang tuanya yang sudah hilang sejak ia duduk di bangku SMA. Beruntung sang kakek yang paham agama selalu ada untuknya, sehingga ia tidak salah pergaulan.Athar tumbuh menjadi pemuda agamis dan introvert. Ia lebih sering berdiam diri di rumah bersama sang kakek. Menghabiskan waktu untuk belajar membaca k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-03
Baca selengkapnya

33. Menjemput Ning Afni

Bahagia bukan milik orang yang mempunyai banyak kekayaan dan hebat dalam segala hal. Namun, orang yang mampu menemukan hal sederhana dalam hidup dan tetap bersyukur.(Athar Farhad Hisbullah)***Athar bersyukur, ia disambut hangat oleh keluarga pemilik pesantren besar. Begitu pun dengan Luthfi, ia merasa lega. Berharap sang cucu kerasan di tempat barunya. Meskipun ia harus menahan rasa rindu nantinya. Ini baru kedua kalinya Luthfi berjauhan dengan sang cucu, saat Athar KKN dan saat ini.“Yuk, aku ajak keliling pesantren!” ajak Azril.“Mashaallah, terima kasih, Gus.” Athar senang sekali, Azril langsung memperlakukannya dengan sangat baik.“Athar belum mengisi formulir pendaftaran, Gus Afnan,” ucap Luthfi.“Tidak masalah, Om. Nanti bisa diisi Nak Athar setelah senggang,” ucap Afnan.“Baik, kalau begitu.”“Bang, ajak Nak Athar untuk memilih kamar juga,” perintah Afnan pada sang putra. “Iya, Abi.” Azril mengacungkan dua jempolnya. “Selain sibuk mengurus perusahaan, apa aktivitasmu sek
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-03
Baca selengkapnya

34. Awal Jumpa

Cinta itu hadir bukan dari sebuah kebetulan. Namun, sebuah pilihan. Bukan yang sesuatu yang harus ditunggu, tetapi sesuatu yang harus dicapai.(Athar – Afni)***Tidak menunggu lama Azril langsung mencari keberadaan Athar. Ia melihat pemuda tampan itu sibuk membantu menyiapkan jamuan bersama Kang Ndalem lainnya.“Kang Athar!” panggilnya sedikit berteriak. Jaraknya cukup jauh, apalagi suasananya ramai. Azril tidak yakin suaranya terdengar oleh Athar.Merasa namanya dipanggil, meskipun hanya sayup-sayup, Athar segera menoleh ke sumber suara. Ia tersenyum mendapati Azril yang tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan.“Iya, Gus. Jenengan panggil saya. Ada apa, ya?” tanyanya saat sudah mendekat.“Apa Kang Athar sibuk?” tanya Azril memastikan. Bagaimana pun juga ia tidak boleh memaksakan kehendaknya menyuruh dan meminta seenaknya saja pada santri.“Enggeh, Gus. Lagi bantu Kang-kang yang lain menyiapkan jamuan makan siang dan jamuan penutup. Katanya Bunda Arni kami disuruh secepatnya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-03
Baca selengkapnya

35. Terjebak Macet

Kunci dari sebuah kemuliaan adalah bersikap rendah hati, sedangkan kunci dari sebuah kebaikan adalah ketakwaan.(Athar – Afni ~ Pesona Kang Ndalem)***Athar tetap membantu membawakan barang-barang Afni ke mobil. Meskipun Azril sudah melarangnya. Sejak tadi Afni hanya menunduk, ia berjalan di samping sang abang. Saat berada di parkiran Azril dibuat tercengang oleh aksi Afni. Azril tersenyum geleng kepala saat melihat sang adik langsung masuk ke bangku depan dekat pengemudi. “Dek, apa kamu yakin duduk di depan?” tanya Azril. Athar hanya bisa menahan senyum melihat tingkah adik kakak itu.“Iyalah, aku kan lebih suka duduk di depan. Kalau di belakang suka pusing, Bang. Abang kan tahu sendiri,” ucapnya masih dengan wajah riang. Ya, meskipun terbiasa naik mobil, tetapi tetap saja gadis itu sering mengeluh pusing, atau apalah yang bikin ribet.“Yakin, mau duduk di depan sama Kang Athar?” tanya Azril memastikan sambil menahan senyum.Mata indah itu langsung melotot, menelan salivanya men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-04
Baca selengkapnya

36. Dijenguk

Cinta akan tumbuh sempurna di hati, di saat kamu menyandarkan ketulusan dalam jiwamu(Pesona Kang Ndalem - Athar)***Athar memutuskan kembali ke asrama putra setelah selesai membantu Gus Azril memasukkan barang-barang Ning Afni ke ndalem. Rasa capek tidak ia hiraukan sama sekali. Ia senang bisa membantu Gus Azril.“Hei, tau enggak, Neng Afni pulang. Udah gede, makin cantik seperti Bunda Arni,” ujar salah satu teman kamarnya. Athar yang berbaring melepas lelah masih bisa mendengar teman-temannya menggosip.“Kapan datangnya?” tanya salah satu santri yang seumuran dengan Athar.“Sepertinya baru saja. Sepertinya dijemput Gus Azril. Makanya kita tadi tidak lihat Gus Azril dalam acara penutupan," jawab santri yang memakai kaus merah.“Beneran, Neng Afni makin cantik. Kesemsem aku dibuatnya.” Santri berkulit sawo matang berkaus putih itu senyum-senyum sendiri. Entah, membayangkan apa.“Enggak usah halu, deh.” Salah satu temannya langsung menepuk bahunya.“Enggak apalah halu. Itu juga hakk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-04
Baca selengkapnya

37. Terjatuh

Yang bisa kulakukan hanyalah memperhatikanmu diam-diam, mendoakanmu setiap hari, dan mencintaimu secara rahasia.(Athar Farhad – Pesona Kang Ndalem)***Athar masih berada di aula bersama kedua orang tuanya. Ia menceritakan dengan antusias kegiatannya selama tiga minggu di pesantren. Farhad dan Syafina senang melihat semangat yang ditunjukkan sang putra. Farhad sadar, selama ini ia terlalu mengekang kebebasan sang putra. Bahkan Athar selalu menuruti kemauannya tanpa sedikit pun membantah. Untuk kuliah saja, jurusan ia yang menentukan. Padahal Farhad tahu sang putra ingin menjadi polisi atau pengacara. Namun, sang putra dengan legawa menuruti kemauannya mengambil jurusan ekonomi bisnis. Tidak hanya di situ, meskipun memilih jurusan tidak sesuai keinginannya, Athar tetap membanggakan kedua orang tuanya dengan sejumlah prestasi yang di raih selama menjadi mahasiswa“Sayang, antarkan kami sowan ke ndalem. Papa rindu sama Kiai Laqief dan Gus Afnan,” ucap Farhad setelah selesai melepas rind
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-05
Baca selengkapnya

38. Suara Azan

Bila ingin mendapat sesuatu, maka belajarlah untuk memberi. Bila ingin mendapatkan kebahagiaan, maka berikanlah kebahagiaan itu kepada orang lain. Bila ingin mendapatkan cinta, maka berikanlah cinta yang tulus. Meskipun hal itu hanya bisa engkau lakukan diam-diam dengan bantuan doa.(Athar – Afni ~ Pesona Kang Ndalem)***Athar membawa keranjang-keranjang sayuran yang begitu saja ditinggalkan Afni. Ia tidak menghiraukan kakinya berdarah karena tidak memakai sandal. Kemeja dan sarungnya pun kotor terkena lumpur. Seumur hidup ia baru mengalami hal ini. Ia hanya berusaha berdamai dengan hatinya, tetap sabar dan tidak marah. Toh, marah pun untuk apa dan pada siapa. Pada Afni? Bukankah gadis itu pun tidak sengaja. Kalau pun ia di hadapkan di posisi Afni ia pasti malu. Beruntung tidak ada santri yang melihatnya. Kehormatan Afni sebagai putri kiai di pertaruhkan. Dan ia tidak mau sampai terjadi fitnah dan kesalahpahaman. “Lha, Kang. Kenapa sampai kotor seperti ini?” tanya Kang Adnan kha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-05
Baca selengkapnya

39. Sakit

Allah memberi kita ujian melalui situasi yang sulit. Sehingga kita bisa Ikhlas melangkah di situasi tersebut dan bisa melewatinya dengan sangat mudah. Untuk itu belajarlah ikhlas. Berusaha untuk masa depan. Berdoa kepada yang Maha menentukan.(Athar Farhad – Pesona Kang Ndalem)***Para santri kembali ke kamar masing-masing setelah selesai mengaji kitab kuning bersama Afnan. Sore hari setelah mengaji biasanya digunakan santri putra untuk bermain bola di halaman. Ada yang sekedar bersantai di aula, perpustakaan atau pun di ruang serba guna untuk mengasah bakat. Biasanya di ruang serba guna mereka bebas menuangkan hobi lewat tulisan dan GAMBAR. Mereka bisa menuangkan ide tulisan dengan membuat kaligrafi atau menggambar pemandangan dengan seni lukis.Sebagian santri putra yang suka berpetualang, mengisi sore sebelum datangnya waktu magrib untuk mencari ikan di sungai yang tidak jauh dari pesantren. Arus sungainya tidak deras sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan ikan. Ikan-ika
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-05
Baca selengkapnya

40. Kecewa

Cintailah dia dari kejauhan agar terjaga kehormatan. Cintailah dia dalam kesederhanaan dan keikhlasan. Namun, jika belum mampu, maka cintailah dia dalam diam, cukup Allah saja yang tahu.Karena mendoakan adalah cara mencintai paling rahasia.(Afnan – Arni ~ Cinta dalam Balutan Doa = Athar – Afni ~ Pesona Kang Ndalem)***Afni menangis di dalam kamar. Ia bingung harus berbuat apa. Bahkan Athar harus terluka demi menyelamatkannya. Pemuda itu pun berusaha menyembunyikan lukanya, yang artinya juga melindunginya dari fitnah dan kesalahpahaman para santri.“Kalau saja tubuhku tidak menindihnya, pasti batu kerikil itu tidak akan menancap lebih dalam dan melukai tubuh Kang Athar. Semua ini gara-gara aku,” ucapnya terisak sambil menenggelamkan wajahnya di lutut.Di ruang keluarga, Athar belum sadarkan diri. Dokter Rizki sudah memberi suntikan anti biotik sekaligus anti alergi. Saat ini Dokter Rizki sudah diantar Azril kembali ke rumah sakit. Sekaligus menebus obat untuk Athar.Afnan, Kiai Laq
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status