Cinta akan tumbuh sempurna di hati, di saat kamu menyandarkan ketulusan dalam jiwamu(Pesona Kang Ndalem - Athar)***Athar memutuskan kembali ke asrama putra setelah selesai membantu Gus Azril memasukkan barang-barang Ning Afni ke ndalem. Rasa capek tidak ia hiraukan sama sekali. Ia senang bisa membantu Gus Azril.“Hei, tau enggak, Neng Afni pulang. Udah gede, makin cantik seperti Bunda Arni,” ujar salah satu teman kamarnya. Athar yang berbaring melepas lelah masih bisa mendengar teman-temannya menggosip.“Kapan datangnya?” tanya salah satu santri yang seumuran dengan Athar.“Sepertinya baru saja. Sepertinya dijemput Gus Azril. Makanya kita tadi tidak lihat Gus Azril dalam acara penutupan," jawab santri yang memakai kaus merah.“Beneran, Neng Afni makin cantik. Kesemsem aku dibuatnya.” Santri berkulit sawo matang berkaus putih itu senyum-senyum sendiri. Entah, membayangkan apa.“Enggak usah halu, deh.” Salah satu temannya langsung menepuk bahunya.“Enggak apalah halu. Itu juga hakk
Yang bisa kulakukan hanyalah memperhatikanmu diam-diam, mendoakanmu setiap hari, dan mencintaimu secara rahasia.(Athar Farhad – Pesona Kang Ndalem)***Athar masih berada di aula bersama kedua orang tuanya. Ia menceritakan dengan antusias kegiatannya selama tiga minggu di pesantren. Farhad dan Syafina senang melihat semangat yang ditunjukkan sang putra. Farhad sadar, selama ini ia terlalu mengekang kebebasan sang putra. Bahkan Athar selalu menuruti kemauannya tanpa sedikit pun membantah. Untuk kuliah saja, jurusan ia yang menentukan. Padahal Farhad tahu sang putra ingin menjadi polisi atau pengacara. Namun, sang putra dengan legawa menuruti kemauannya mengambil jurusan ekonomi bisnis. Tidak hanya di situ, meskipun memilih jurusan tidak sesuai keinginannya, Athar tetap membanggakan kedua orang tuanya dengan sejumlah prestasi yang di raih selama menjadi mahasiswa“Sayang, antarkan kami sowan ke ndalem. Papa rindu sama Kiai Laqief dan Gus Afnan,” ucap Farhad setelah selesai melepas rind
Bila ingin mendapat sesuatu, maka belajarlah untuk memberi. Bila ingin mendapatkan kebahagiaan, maka berikanlah kebahagiaan itu kepada orang lain. Bila ingin mendapatkan cinta, maka berikanlah cinta yang tulus. Meskipun hal itu hanya bisa engkau lakukan diam-diam dengan bantuan doa.(Athar – Afni ~ Pesona Kang Ndalem)***Athar membawa keranjang-keranjang sayuran yang begitu saja ditinggalkan Afni. Ia tidak menghiraukan kakinya berdarah karena tidak memakai sandal. Kemeja dan sarungnya pun kotor terkena lumpur. Seumur hidup ia baru mengalami hal ini. Ia hanya berusaha berdamai dengan hatinya, tetap sabar dan tidak marah. Toh, marah pun untuk apa dan pada siapa. Pada Afni? Bukankah gadis itu pun tidak sengaja. Kalau pun ia di hadapkan di posisi Afni ia pasti malu. Beruntung tidak ada santri yang melihatnya. Kehormatan Afni sebagai putri kiai di pertaruhkan. Dan ia tidak mau sampai terjadi fitnah dan kesalahpahaman. “Lha, Kang. Kenapa sampai kotor seperti ini?” tanya Kang Adnan kha
Allah memberi kita ujian melalui situasi yang sulit. Sehingga kita bisa Ikhlas melangkah di situasi tersebut dan bisa melewatinya dengan sangat mudah. Untuk itu belajarlah ikhlas. Berusaha untuk masa depan. Berdoa kepada yang Maha menentukan.(Athar Farhad – Pesona Kang Ndalem)***Para santri kembali ke kamar masing-masing setelah selesai mengaji kitab kuning bersama Afnan. Sore hari setelah mengaji biasanya digunakan santri putra untuk bermain bola di halaman. Ada yang sekedar bersantai di aula, perpustakaan atau pun di ruang serba guna untuk mengasah bakat. Biasanya di ruang serba guna mereka bebas menuangkan hobi lewat tulisan dan GAMBAR. Mereka bisa menuangkan ide tulisan dengan membuat kaligrafi atau menggambar pemandangan dengan seni lukis.Sebagian santri putra yang suka berpetualang, mengisi sore sebelum datangnya waktu magrib untuk mencari ikan di sungai yang tidak jauh dari pesantren. Arus sungainya tidak deras sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan ikan. Ikan-ika
Cintailah dia dari kejauhan agar terjaga kehormatan. Cintailah dia dalam kesederhanaan dan keikhlasan. Namun, jika belum mampu, maka cintailah dia dalam diam, cukup Allah saja yang tahu.Karena mendoakan adalah cara mencintai paling rahasia.(Afnan – Arni ~ Cinta dalam Balutan Doa = Athar – Afni ~ Pesona Kang Ndalem)***Afni menangis di dalam kamar. Ia bingung harus berbuat apa. Bahkan Athar harus terluka demi menyelamatkannya. Pemuda itu pun berusaha menyembunyikan lukanya, yang artinya juga melindunginya dari fitnah dan kesalahpahaman para santri.“Kalau saja tubuhku tidak menindihnya, pasti batu kerikil itu tidak akan menancap lebih dalam dan melukai tubuh Kang Athar. Semua ini gara-gara aku,” ucapnya terisak sambil menenggelamkan wajahnya di lutut.Di ruang keluarga, Athar belum sadarkan diri. Dokter Rizki sudah memberi suntikan anti biotik sekaligus anti alergi. Saat ini Dokter Rizki sudah diantar Azril kembali ke rumah sakit. Sekaligus menebus obat untuk Athar.Afnan, Kiai Laq
Karena aku sadar. Untuk orang sepertiku hanya bisa memendam perasaan. Lebih baik diam dengan rasa sayang daripada tersakiti oleh harapan.(Athar Farhad – Pesona Kang Ndalem)***Afni beranjak pergi menuju kamar sang bunda. Afnan memintanya meminta maaf dan mengubah sudut pandangnya.Uhuk, uhuk, uhuk.Athar membuka mata, ia segera duduk di sofa tempatnya berbaring. Rasanya canggung, sadar dari pingsan dan berada di depan sang kiai.“Afwan, Buya, Abi. Saya sudah merepotkan jenengan serta keluarga ndalem lainnya,” ucapnya canggung dengan wajah tertunduk malu. Ia segera memakai kemejanya dengan canggung, mencoba melawan rasa sakit dan perih.Afnan dan Kiai Laqief tersenyum. “Sama sekali tidak repot, kok, Kang.” Keduanya terlihat tersenyum tulus.“Jazakallahu khairon, Abi, Buya.” Athar yang sudah selesai mengancing bajunya membungkuk sedikit.“Waiyyaka, Kang. Lain kali hati-hati. Menolong orang boleh, tapi jangan sampai membahayakan diri sendiri. Kalau lukanya parah langsung minta pertolon
Cemburu itu terlahir dari cinta. Namun, tidak akan mati bersamanya. Cemburu yang berlebihan akan membawa kehancuran suatu hubungan. Cemburu boleh, asal dalam tahap kewajaran.(Afni Azkiyah Syauqi – Pesona Kang Ndalem)***Athar membawa sup jamur pemberian Arni ke kamar. Ia memilih makan di kamar. Ia sudah bertekad untuk menghindari Afni. Ia tidak mau dipusingkan dengan masalah hati. Ingin fokus mengabdi di pesantren dan keluarga ndalem. Ia tidak mau hatinya semakin sakit, bila harus jatuh cinta.“Aku harus fokus dengan tujuan awalku ke sini. Menuntut ilmu dan mengabdi di pesantren ini. Tidak boleh terbelenggu pada cinta. Apalagi mengharapkan sesuatu yang tidak akan mungkin aku capai. Bagaimana aku bisa mencintai gadis yang tidak mengharapkanku. Dan memandang rendah pengabdianku sebagai kang ndalem,” ucapnya lirih. Saat ini ia berada di kamar sendiri. Penghuni kamar yang lain sudah berangkat ke kampus semua karena mayoritas yang tinggal sekamar dengannya adalah mahasiswa.Saat sedang s
Jika cinta itu Ilmu Al-Quran, maka keabadian cinta tidak akan lekang oleh waktu dan tidak akan berubah sedikit pun oleh perubahan zaman. Sana halnya jh keontektikan dan keabadian isi Al-Quran.(Kang Athar – Ning Afni)***Firda sudah bersama kliennya di meja lain. Sedangkan Afni dan Athar tetap berada di meja yang sama. Namun, Athar tetap mengacuhkannya. Pemuda tampan itu lebih memilih fokus meneliti laporan keuangan menggunakan laptop. Tadi Azril menyuruhnya untuk mengecek kembali beberapa laporan..“Kang Athar kuliah?” tanya Afni membuka obrolan. Athar menoleh sebentar lalu mengangguk.“Kuliah di mana, Kang?” tanyanya lagi.“Hanya kampus biasa, Ning. Yang penting bisa melanjutkan pendidikan," jawabnya datar. Ia tetap fokus pada data yang ada di depannya. Afni tahu Azril tidak akan mudah memberi kepercayaan seseorang kalau orang tersebut tidak punya pengalaman dan pintar.“Kang Athar terlalu merendah,” ucapnya lirih yang masih bisa didengar Athar.Athar hanya diam tidak menanggapi. I
Susah payah Afni duduk, ia ingin bergegas ke kamar mandi tanpa harus membangunkan sang suami. Tubuhnya sakit semua seperti habis dipukuli. Ia tidak tahu, gerakannya tadi dirasakan Athar karena pria tampan itu hanya pura-pura tidur.Afni dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya, bangun dari ranjang. Namun, belum juga ia berdiri Athar kembali menarik tangan wanita cantik itu. Ia kembali mengukung tubuh itu.“Mau ke mana, Hm ...?” tanya Athar sambil membelitkan tangannya.“Mas, aku mau mandi,” jawabnya lembut dengan malu-malu. "Tubuhku capek banget, kayak habis nguli panggul di pasar. atau lebih parahnya kayak habis dipukuli orang," ucapnya mendramatisir sambil mengerucutkan bibirnya mengemaskan.“Apanya yang sakit?” tanyanya sambil menciumi tengkuk wanita cantik itu. Afni menggeliat menatap horor sang suami. Tanpa menunggu lama, Athar langsung berdiri. Membuat Afni berteriak menutup mata, dengan tanpa rasa malu, laki-laki tampan itu menghampirinya. Tubuh Afni diangkat, lalu membawanya
Sesampainya di rumah, Afni dan Athar berkumpul di ruang keluarga sambil membuka oleh-oleh mereka. Niat hati ingin langsung beristirahat harus tertunda. Sang papa dan sang mama ingin mereka bercerita keseruan mereka saat bulan madu. Tentu saja yang ditanyakan adalah kerajaan mereka mengunjungi tempat wisata, bukan saat mereka memadu kasih di apartemen. Kedua orang tua Athar mendengarkan keseruan mereka, hingga terbawa suasana."Jadi pingin liburan ke Turki bersama kalian semua," ucap Syafina sambil melirik sang suami seolah memberi kode."Enggak usah melirik Papa, Ma. Papa sudah paham, kok. Ya, boleh akhir tahun kita habiskan dengan liburan ke Turki," ucap Farhad menatap sang istri sambil mengeringkan matanya. Sungguh, mirip sekali kelakuannya dengan sang putra."Kalau bisa, Papa Luthfi, Ayah Dipta, dan Ibu kita ajak sekalian, pasti makin seru liburan bersama," ucap Syafina yang diangguki antusias oleh sang putra."Iya, aku mendukungmu, Ma. Apa yang dikatakan Mama aku setuju," ucap Ath
Azril menceritakan apa yang diceritakan sang tante pada Arsyi yang saat ini berada di kanar mereka. Salah satu keluarga almarhum Azam mengalami hal yang di luar nalar dan meminta Azril untuk membantunya. Azril yang kebetulan memiliki keahlian menolong orang yang diganggu mahkluk halus pun mau membantu merukyah bersama pakdenya yang lain. Arsyi tercengang dan hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Mereka percaya ada dunia lain, tetapi melakukan cara mistik di zaman modern untuk menggait laki-laki, hampir mereka tidak percaya.Azril sendiri juga pernah menangani pasangan yang hampir terkena sihir itu kalau saja ikatan cinta pasiennya tidak kuat. Entah, apa yang terjadi selanjutnya pada hidup orang tersebut, bahkan orang tersebut tidak sanggup bila istrinya meninggalkannya karena kesalahan itu. “Awal Jumpa, mereka merasakan biasa aja, bahkan mangaku langsung menyukai wanita itu saat itu juga, pasien Azril yang merupakan sepupunya itu pun tidak peduli, tetapi saat berangkat b
Kumala baru saja keluar dari ruangannya di salah satu rumah sakit di Turki. Ia segera bergegas pulang ke apartemen mewahnya. “Bagaimana malam ini kalau aku menagih janji pada Athar dan mengajaknya makan malam? Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini sebelum Athar kembali ke Indonesia,” ucapnya lirih.Dengan cepat Kumala segera menghubungi Athar untuk mengajaknya makan malam. “Assalamualaikum, Thar,” sapanya lembut.“Wa’alaikumussalam, La. Ada apa ini? Tumben telepon,” jawab Athar di seberang sana. “Aku hanya ingin menagih janjimu padamu. Bisakah kamu mengajakku makan malam hari ini? Aku takut kamu segera kembali ke Indonesia. Itu artinya aku akan menyia-nyiakan kesempatanku untuk bersamamu,” ucapnya manja dengan mengerlingka mata, meskipun Athar tidak bisa melihatnya hanya mendengar suaranya saja.“Tentu saja. Apa kamu punya rekomendasi restoran yang enak dan romantis sambil menghabiskan malam bersama pasangan?” tanya Athar tersenyum di seberang sana, sedangkan di sampingnya ada
Tiga hari dirawat, kondisi Athar semakin membaik. Hari ini ia diperbolehkan pulang. Afni menyambutnya dengan suka cita. Beberapa hari yang lalu, keluarga Afni juga menjenguk Athar di rumah sakit, bahkan Arni dan Afnan diminta untuk menginap. Oleh-oleh yang dibawa Afni dan Athar dari Malang sudah dibongkar Syafina, mereka membawakan oleh-oleh itu untuk Arni dan Afnan saat pulang ke Gresik.Syafina dan Farhad yang mendapatkan kabar dari Afni kalau Athar sudah diizinkan pulang pun menjemput mereka. Awalnya mereka akan menjenguk sepulangnya Farhad dari kantor, tetapi mendapatkan kabar sang putra diizinkan pulang, Farhad menghubungi bawahannya dan mengabarkan kalau dirinya hari ini mengambil libur. Kakek Luthfi juga turut ikut menjemput sang putra, meskipun awalnya menolak, tapi Syafina sedikit memaksa. Sang menantu bilang, selain menjemput Athar, mereka akan mengunjungi panti untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan.Athar dan Afni sudah menunggu kedatangan Syafina, Farhad, dan Kakek Lut
Sesuai janjinya pada Farhad, usai mengunjungi pasien dan tugasnya di rumah sakit selesai, Dokter Amri segera menuju ke rumah sang sahabat itu.Tadi siang, setelah meneleponnya, Farhad langsung menghubungi sang adik untuk memintanya memeriksa Athar. Tidak perlu lama, jarak kediaman Farhad dari rumah sakit cukup dekat, sehingga memudahkan Dokter Amri untuk segera sampai rumah tersebut.“Assalamualaikum,” sapa Dokter yang menjadi sahabat Farhad dan Syafina itu ramah saat memasuki rumah itu. Ia melihat Farhad, Syafina, dan Kakek Luthfi duduk di ruang keluarga.“Wa’alaikumussalam, Had," jawab ketiga orang itu serempak.“Akhirnya kamu datang juga. Segera periksa Athar, ya, Am. Panasnya kembali tinggi. Tadi sempat menurun, sekarang panas lagi,” ujar Syafina langsung menyahut dengan wajah penuh kekhawatiran.“Mereka baru pulang dari bulan madu atau gimana, sih?"” tanya Dokter yang sudah menjadi bagian dari keluarga Kakek Luthfi itu.“Bukan bulan madu, Athar dan Afni diperintah kakek neneknya
Usai memanjakan sang istri dengan menjekajahi kuliner, Athar mengajak Afni untuk melanjutkan perjalanan. Wanita cantik yang sangat ia cintai itu terlihat lega sambil terus mengusap perutnya."Kenapa dielus, Sayang? Emangnya di dalam sana Athat junior, 'kah?" tanyanya tersenyum menggoda."Hadeeh, Mas. aku baru tiga Minggu selesai kedatangan tamu bulanan, bagaiman bisa secepat itu," ujar Afni dengan polosnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil mereka."Bisa saja, Yang. Kalau Allah sudah berkehendak, mengapa tidak. Kun fayakun," ucap Athar tersenyum bijak."Aamiin, semoga apa yang kita harapkan benar-benar diijabah oleh Allah," ucap Afni tersenyum lembut. Keduanya sudah dalam mode serius dan tidak selengean lagi.Athar segera melajukan mobilnya kembali melanjutkan pulang. Tidak sabar mengajak sang istri pulang. Bukan karena tidak ingin menghabiskan waktu berlama dengan sang istri di luaran, tetapi rasa capek setelah perjalanan jauh dan beberapa hari yang lalu berusaha kuat untuk
Afni sudah membereskan barang-barangnya di lemari dan memasukkannya ke dalam koper. setelah semua dirasa tidak ada yang ketinggalan, ia tersenyum lega. Hal sama dilakukan Athar yang turut membantu sang istri. Athar ditugaskan Afni merapikan ranjang dan melipat selimut. Seperti keberangkatan mereka saat ke sini, mereka juga akan meninggalkan Malang selepas salat Subuh. Hal itu mereka lakukan supaya tidak terjebak kemacetan, apalagi ini musim liburan. Athar juga tidak memilih lewat tol karena Afni yang meminta. Wanita cantik itu ingin mampir-mampir dan bisa menikmati pemandangan.Usai membereskan semua dan membawanya keluar untuk diletakkan di bagasi. Afni dan Athar mengerjakan salat subuh terlebih dahulu.Afni sempatkan untuk mengaji sebentar setelah berdoa dan berzikir. Athar tersenyum pada sang istri yang sudah siap untuk pulang.Nenek Murni tidak membiarkan sang cucu dan cucu menantunya kembali ke Surabaya dengan perut kosong. Sebelum salat Subuh, wanita cantik di usia senja itu sud
Fathiyah tersenyum sambil menyuapi sang buah hati, kala terdengar sayup suara mobil sang suami kembali masuk ke dalam halaman rumah. Pria tampan yang berprofesi sebagai abdi negara itu ternyata menepati janjinya untuk tidak berlama-lama setelah mengerjakan tugasnya karena akan membawa keluarga kecilnya jalan-jalan.“Assalamualaikum, Sayang,” ucapnya sambil mencium kepala sang istri dari belakang. Wanita cantik itu tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari sang suami.“Wa’alaikumussalam. Akhirnya datang juga,” serunya sambil menghadap ke arah sang suami.“Pantang bagiku untuk mengingkari janjiku pada istri tercintaku,” balasnya tersenyum lembut sambil duduk di samping sang istri.“Hai, kesayangannya Ayah. Lagi makan apa ini?” sapa Arza pada sang putra yang makin hari makin gemuk dan mengemaskan.“Makan udang,” jawab si kecil Arnav yang terlihat semakin menggemaskan dengan pipi gembulnya.“Sini dipangku Ayah,” ucapnya sambil menepuk pahanya. Bocah tampan itu tersenyum sambil berjalan t