Jika cinta itu Ilmu Al-Quran, maka keabadian cinta tidak akan lekang oleh waktu dan tidak akan berubah sedikit pun oleh perubahan zaman. Sana halnya jh keontektikan dan keabadian isi Al-Quran.(Kang Athar – Ning Afni)***Firda sudah bersama kliennya di meja lain. Sedangkan Afni dan Athar tetap berada di meja yang sama. Namun, Athar tetap mengacuhkannya. Pemuda tampan itu lebih memilih fokus meneliti laporan keuangan menggunakan laptop. Tadi Azril menyuruhnya untuk mengecek kembali beberapa laporan..“Kang Athar kuliah?” tanya Afni membuka obrolan. Athar menoleh sebentar lalu mengangguk.“Kuliah di mana, Kang?” tanyanya lagi.“Hanya kampus biasa, Ning. Yang penting bisa melanjutkan pendidikan," jawabnya datar. Ia tetap fokus pada data yang ada di depannya. Afni tahu Azril tidak akan mudah memberi kepercayaan seseorang kalau orang tersebut tidak punya pengalaman dan pintar.“Kang Athar terlalu merendah,” ucapnya lirih yang masih bisa didengar Athar.Athar hanya diam tidak menanggapi. I
Jatuh hati mengajarkan aku bagaimana memberanikan diri. Juga bagaimana menjadi sabar saat kau tinggalkan, suatu saat nanti.(Afni – Athar ~ Pesona Kang Ndalem)***Azril mengajak Athar ke taman belakang rumah Arza dan Fathiyah. Di sana ada berbagai macam bunga, sesuai kesukaan Fathiyah. Bunga-bunga itu berwarna-warni bermekaran, sungguh indah dipandang mata. Pemuda tampan itu tersenyum senang. Ia merindukan suasana seperti ini. Ya suasana di taman belakang rumah anak pertama sang kiai tidak beda jauh dengan rumahnya. Sang mama pecinta bunga seperti Fathiyah.Melihat semua itu, Athar semakin merindukan rumahnya. Kebun bunga sang mama yang bersebelahan dengan kebun sayur sang kakek. Sang mama memang sangat menyukai bunga, sehingga menanam bunga-bunga di pekarangan belakang rumah. Bahkan ia yang selalu merawat bunga-bunga itu ketika sang mama berada di luar negeri untuk fashion show atau perjalanan bisnis lainnya.“Kang, kok melamun?” tanya Azril sambil menepuk bahu sang sahabat. Athar y
Seseorang yang tidak pernah mengenal kesalahannya, tidak akan pernah mengenal kebaikan dirinya. Karena sebaik-baik orang adalah orang yang mau meminta maaf lebih dulu meskipun tahu dirinya tidak salah.(Athar Farhad – Afni Azkiyah Syauqi ~ Pesona Kang Ndalem)***Fathiyah kembali duduk bersama Arza dan Afni. Sebelumnya ia menjelaskan pada Arza mengenai Afni dan Kang Athar. Arza pun bersedia mengawasi dari jauh. Tidak lama Azril ikut mendekat, bergabung dengan mereka.Fathiyah kembali menjelaskan pada Azril. Pemuda itu melihat heran ke arah sang adik. Ia tersenyum sambil geleng kepala. Afni tertunduk malu-malu.“Beneran pilih Kang Athar, enggak Gus Arsya,” bisiknya menggoda sang adik sebelum gadis itu meninggalkan tempat.Afni melihat ke arah sang abang. “Belum tahu, Bang. Aku belum nentuin pilihan. Saat ini aku hanya ingin meluruskan kesalahpahaman dulu. Biar Kang Athar tidak memandangku sebagai seorang Ning yang sombong dan membeda-bedakan strata,” ucapnya menjelaskan pada sang abang
Jika cinta itu ilmu hadis, maka kualitas dan kekuatan cinta kita adalah hadis Shohih yang sudah teruji dan terverifikasi oleh berbagai tempaan dan ujian. Hingga menguatkan dan berada di titik pendewasaan.(Athar Farhad – Afni Azkiyah Syauqi)***Azril dan Afni bersiap untuk pulang. Usai bersiap-siap, Azril memanggil Athar yang masih duduk di gazebo dengan memandangnya taman bunga milik Fathiyah. Jujur, Athar merasa canggung setelah Afni mengajaknya mengobrol tadi. Ada rasa sungkan pada Arza, Fathiyah, juga Azril.“Dek, bilang ke Bunda dan Abi kalau hari Minggu besok, Insyaallah aku akan ke sana,” ucap Arza pada Azril dan Afni sebelum mereka masuk ke dalam mobil.“Iya, Bang. Nanti kami sampaikan, kami pulang dulu. Assalamualaikum,” pamit Azril menjabat tangan sang kakak, lalu memeluknya sekilas.“Wa’alaikumussalam," jawab Arza dan Fathiyah.“Aku tunggu kedatangan kalian ke pesantren,” ucap Afni pada Fathiyah. Ia memeluk sang kakak ipar dulu sebelum masuk mobil.Athar tersenyum melihat
cintaku. Jika air mata menetes setelah mengingatnya, berarti dirinya masih segalanya.(Athar Farhad - Pesona Kang Ndalem)***Afni menangis semakin keras. Tubuh mungilnya tertimpa tubuh atletis Athar yang gemar berolahraga. Athar bingung harus berbuat apa. Cukup tadi dirinya melakukan kesalahan dengan menyentuh Afni, bahkan bukan saja menyentuh, tetapi menindih tubuh itu.“Sakit! Punggungku sakit,” ucapnya sesenggukan sambil menahan rasa sakit. “Sebentar, Ning. Saya cari bantuan dulu,” ucap Athar panik. Pemuda berlesung pipi sebelah kiri itu mondar-mandir bingung harus bagaimana.“To-tolong ba-bantu aku du-duduk!” pintanya lirih sambil sesenggukan. Namun, Athar masih bisa mendengar. Pemuda itu memandang lekat ke arah Afni. Ada keraguan menyelimuti hatinya. Membantu Afni duduk, itu artinya mereka akan kembali bersentuhan. Athar bingung harus membantu atau bagaimana. Sungguh, kepintarannya seolah tidak berfungsi di hadapkan masalah ini, apalagi di depan gadis yang sudah mencuri sebagi
Cinta itu laksana angin. Kita tidak bisa menyentuhnya, tetapi bisa merasakan keberadaannya dalam hati. Tidak bisa menentukan arah datangnya, begitu saja bersemayam di hati.(Afni Azkiyah Syauqi – Pesona Kang Ndalem)***Athar harap-harap cemas ingin segera mengetahui keadaan Afni. Ia melihat Azril datang sendirian tanpa Afnan, Arni, dan Afni. Hatinya semakin tidak tenang. Kalau Afni masih di rumah sakit itu artinya keadaan gadis itu tidak baik. Athar beranikan diri bertanya pada Azril yang saat ini mengambil minum di dapur keluarga ndalem.“Assalamualaikum, Gus,” ucapnya lirih menyaoa Azril yang baru mengambil air di dapur.Azril hanya melirik sekilas. “Wa’alaikumussalam,” jawabnya lirih sambil meletakkan gelas ke meja. Ia langsung berdiri dari kursi yang ia duduki tanpa mengatakan sesuatu pada Athar.“Tu-tunggu, Gus,” cegah Athar saat Azril akan beranjak pergi.“Ngelunjak, ya, Kamu. Aku sudah memberimu hati dengan menjadikanmu sahabat, sekarang kamu minta apa lagi dariku? Aku tidak a
Jika memang memendam rasa begitu sulit dan menyakitkan. Mengapa hati ini enggan menyerah dalam sebuah penantian untuk mencari sebuah kepastian?(Athar – Afni ~ Pesona Kang Ndalem)***Tiga hari sudah Afni di rawat di rumah sakit untuk pemulihan pasca cedera. Hati gadis itu sedikit lega setelah mengungkapkan perasaannya pada sang bunda. Terlepas dari jawaban Arni yang memintanya kembali memikirkan matang-matang dan tidak gegabah. Bukan karena Arni tidak setuju, tetapi ia harus benar-benar memastikan apa yang dirasakan Afni bukanlah cinta sesaat atau bentuk kekaguman.Sudah dua hari Athar pulang ke rumah. Ia meminta izin pengurus untuk pulang karena ada sesuatu hal. Ia tidak bilang kalau kakeknya sakit. Kemarin, setelah tahu keadaannya Afni, ia mendapatkan telepon dari Pak Mahrus, salah satu sopir keluarga. Pak Mahrus mengabarkan kalau sang kakek jatuh di kebun. Darah tinggi dan vertigonya kumat.Hari ini Arza dan Fathiyah datang, selain ingin menemui sang bunda dan sang abi untuk memb
Jika tidak ada duka dari sebuah penderitaan, manusia tidak akan tahu batasannya. Rasakan prosesnya, ambil hikmahnya(Afni Azkiyah Syauqi – Athar Farhad)***Setelah salat Asar, keluarga Azril diajak Kiai Bisri masuk ke dalam ndalemnya. Hantaran yang dibawa oleh pihak Azril segera di serahkan pada pihak Arsyi. Mereka mendapatkan jamuan dengan baik dari keluarga Kiai Bisri.Sejak tadi Arsya melihat ke arah Afni yang sejak tadi tidak mau jauh dari Fathiyah. Gadis itu terlihat risih. Padahal jujur, Arsya ingin sekali mengobrol berdua dengannya. Entah, melihat Afni yang semakin terlihat cantik dan dewasa, membuat Arsya semakin ingin mempersunting adik sahabatnya saat mo Dok dulu itu.Setelah cukup mengobrol, Kiai Laqief mempersilakan Afnan untuk mengutarakan niat Azril. Keluarga Arsy pun menunggu Afnan membuka suara.“Sebelumnya saya minta maaf, mungkin kedatangan kami sekeluarga sangat mendadak. Saya sebagai Abi dari Azril mewakili putra kami untuk meminta izin pada keluarga Kiai Rosyad,
Susah payah Afni duduk, ia ingin bergegas ke kamar mandi tanpa harus membangunkan sang suami. Tubuhnya sakit semua seperti habis dipukuli. Ia tidak tahu, gerakannya tadi dirasakan Athar karena pria tampan itu hanya pura-pura tidur.Afni dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya, bangun dari ranjang. Namun, belum juga ia berdiri Athar kembali menarik tangan wanita cantik itu. Ia kembali mengukung tubuh itu.“Mau ke mana, Hm ...?” tanya Athar sambil membelitkan tangannya.“Mas, aku mau mandi,” jawabnya lembut dengan malu-malu. "Tubuhku capek banget, kayak habis nguli panggul di pasar. atau lebih parahnya kayak habis dipukuli orang," ucapnya mendramatisir sambil mengerucutkan bibirnya mengemaskan.“Apanya yang sakit?” tanyanya sambil menciumi tengkuk wanita cantik itu. Afni menggeliat menatap horor sang suami. Tanpa menunggu lama, Athar langsung berdiri. Membuat Afni berteriak menutup mata, dengan tanpa rasa malu, laki-laki tampan itu menghampirinya. Tubuh Afni diangkat, lalu membawanya
Sesampainya di rumah, Afni dan Athar berkumpul di ruang keluarga sambil membuka oleh-oleh mereka. Niat hati ingin langsung beristirahat harus tertunda. Sang papa dan sang mama ingin mereka bercerita keseruan mereka saat bulan madu. Tentu saja yang ditanyakan adalah kerajaan mereka mengunjungi tempat wisata, bukan saat mereka memadu kasih di apartemen. Kedua orang tua Athar mendengarkan keseruan mereka, hingga terbawa suasana."Jadi pingin liburan ke Turki bersama kalian semua," ucap Syafina sambil melirik sang suami seolah memberi kode."Enggak usah melirik Papa, Ma. Papa sudah paham, kok. Ya, boleh akhir tahun kita habiskan dengan liburan ke Turki," ucap Farhad menatap sang istri sambil mengeringkan matanya. Sungguh, mirip sekali kelakuannya dengan sang putra."Kalau bisa, Papa Luthfi, Ayah Dipta, dan Ibu kita ajak sekalian, pasti makin seru liburan bersama," ucap Syafina yang diangguki antusias oleh sang putra."Iya, aku mendukungmu, Ma. Apa yang dikatakan Mama aku setuju," ucap Ath
Azril menceritakan apa yang diceritakan sang tante pada Arsyi yang saat ini berada di kanar mereka. Salah satu keluarga almarhum Azam mengalami hal yang di luar nalar dan meminta Azril untuk membantunya. Azril yang kebetulan memiliki keahlian menolong orang yang diganggu mahkluk halus pun mau membantu merukyah bersama pakdenya yang lain. Arsyi tercengang dan hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Mereka percaya ada dunia lain, tetapi melakukan cara mistik di zaman modern untuk menggait laki-laki, hampir mereka tidak percaya.Azril sendiri juga pernah menangani pasangan yang hampir terkena sihir itu kalau saja ikatan cinta pasiennya tidak kuat. Entah, apa yang terjadi selanjutnya pada hidup orang tersebut, bahkan orang tersebut tidak sanggup bila istrinya meninggalkannya karena kesalahan itu. “Awal Jumpa, mereka merasakan biasa aja, bahkan mangaku langsung menyukai wanita itu saat itu juga, pasien Azril yang merupakan sepupunya itu pun tidak peduli, tetapi saat berangkat b
Kumala baru saja keluar dari ruangannya di salah satu rumah sakit di Turki. Ia segera bergegas pulang ke apartemen mewahnya. “Bagaimana malam ini kalau aku menagih janji pada Athar dan mengajaknya makan malam? Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini sebelum Athar kembali ke Indonesia,” ucapnya lirih.Dengan cepat Kumala segera menghubungi Athar untuk mengajaknya makan malam. “Assalamualaikum, Thar,” sapanya lembut.“Wa’alaikumussalam, La. Ada apa ini? Tumben telepon,” jawab Athar di seberang sana. “Aku hanya ingin menagih janjimu padamu. Bisakah kamu mengajakku makan malam hari ini? Aku takut kamu segera kembali ke Indonesia. Itu artinya aku akan menyia-nyiakan kesempatanku untuk bersamamu,” ucapnya manja dengan mengerlingka mata, meskipun Athar tidak bisa melihatnya hanya mendengar suaranya saja.“Tentu saja. Apa kamu punya rekomendasi restoran yang enak dan romantis sambil menghabiskan malam bersama pasangan?” tanya Athar tersenyum di seberang sana, sedangkan di sampingnya ada
Tiga hari dirawat, kondisi Athar semakin membaik. Hari ini ia diperbolehkan pulang. Afni menyambutnya dengan suka cita. Beberapa hari yang lalu, keluarga Afni juga menjenguk Athar di rumah sakit, bahkan Arni dan Afnan diminta untuk menginap. Oleh-oleh yang dibawa Afni dan Athar dari Malang sudah dibongkar Syafina, mereka membawakan oleh-oleh itu untuk Arni dan Afnan saat pulang ke Gresik.Syafina dan Farhad yang mendapatkan kabar dari Afni kalau Athar sudah diizinkan pulang pun menjemput mereka. Awalnya mereka akan menjenguk sepulangnya Farhad dari kantor, tetapi mendapatkan kabar sang putra diizinkan pulang, Farhad menghubungi bawahannya dan mengabarkan kalau dirinya hari ini mengambil libur. Kakek Luthfi juga turut ikut menjemput sang putra, meskipun awalnya menolak, tapi Syafina sedikit memaksa. Sang menantu bilang, selain menjemput Athar, mereka akan mengunjungi panti untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan.Athar dan Afni sudah menunggu kedatangan Syafina, Farhad, dan Kakek Lut
Sesuai janjinya pada Farhad, usai mengunjungi pasien dan tugasnya di rumah sakit selesai, Dokter Amri segera menuju ke rumah sang sahabat itu.Tadi siang, setelah meneleponnya, Farhad langsung menghubungi sang adik untuk memintanya memeriksa Athar. Tidak perlu lama, jarak kediaman Farhad dari rumah sakit cukup dekat, sehingga memudahkan Dokter Amri untuk segera sampai rumah tersebut.“Assalamualaikum,” sapa Dokter yang menjadi sahabat Farhad dan Syafina itu ramah saat memasuki rumah itu. Ia melihat Farhad, Syafina, dan Kakek Luthfi duduk di ruang keluarga.“Wa’alaikumussalam, Had," jawab ketiga orang itu serempak.“Akhirnya kamu datang juga. Segera periksa Athar, ya, Am. Panasnya kembali tinggi. Tadi sempat menurun, sekarang panas lagi,” ujar Syafina langsung menyahut dengan wajah penuh kekhawatiran.“Mereka baru pulang dari bulan madu atau gimana, sih?"” tanya Dokter yang sudah menjadi bagian dari keluarga Kakek Luthfi itu.“Bukan bulan madu, Athar dan Afni diperintah kakek neneknya
Usai memanjakan sang istri dengan menjekajahi kuliner, Athar mengajak Afni untuk melanjutkan perjalanan. Wanita cantik yang sangat ia cintai itu terlihat lega sambil terus mengusap perutnya."Kenapa dielus, Sayang? Emangnya di dalam sana Athat junior, 'kah?" tanyanya tersenyum menggoda."Hadeeh, Mas. aku baru tiga Minggu selesai kedatangan tamu bulanan, bagaiman bisa secepat itu," ujar Afni dengan polosnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil mereka."Bisa saja, Yang. Kalau Allah sudah berkehendak, mengapa tidak. Kun fayakun," ucap Athar tersenyum bijak."Aamiin, semoga apa yang kita harapkan benar-benar diijabah oleh Allah," ucap Afni tersenyum lembut. Keduanya sudah dalam mode serius dan tidak selengean lagi.Athar segera melajukan mobilnya kembali melanjutkan pulang. Tidak sabar mengajak sang istri pulang. Bukan karena tidak ingin menghabiskan waktu berlama dengan sang istri di luaran, tetapi rasa capek setelah perjalanan jauh dan beberapa hari yang lalu berusaha kuat untuk
Afni sudah membereskan barang-barangnya di lemari dan memasukkannya ke dalam koper. setelah semua dirasa tidak ada yang ketinggalan, ia tersenyum lega. Hal sama dilakukan Athar yang turut membantu sang istri. Athar ditugaskan Afni merapikan ranjang dan melipat selimut. Seperti keberangkatan mereka saat ke sini, mereka juga akan meninggalkan Malang selepas salat Subuh. Hal itu mereka lakukan supaya tidak terjebak kemacetan, apalagi ini musim liburan. Athar juga tidak memilih lewat tol karena Afni yang meminta. Wanita cantik itu ingin mampir-mampir dan bisa menikmati pemandangan.Usai membereskan semua dan membawanya keluar untuk diletakkan di bagasi. Afni dan Athar mengerjakan salat subuh terlebih dahulu.Afni sempatkan untuk mengaji sebentar setelah berdoa dan berzikir. Athar tersenyum pada sang istri yang sudah siap untuk pulang.Nenek Murni tidak membiarkan sang cucu dan cucu menantunya kembali ke Surabaya dengan perut kosong. Sebelum salat Subuh, wanita cantik di usia senja itu sud
Fathiyah tersenyum sambil menyuapi sang buah hati, kala terdengar sayup suara mobil sang suami kembali masuk ke dalam halaman rumah. Pria tampan yang berprofesi sebagai abdi negara itu ternyata menepati janjinya untuk tidak berlama-lama setelah mengerjakan tugasnya karena akan membawa keluarga kecilnya jalan-jalan.“Assalamualaikum, Sayang,” ucapnya sambil mencium kepala sang istri dari belakang. Wanita cantik itu tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari sang suami.“Wa’alaikumussalam. Akhirnya datang juga,” serunya sambil menghadap ke arah sang suami.“Pantang bagiku untuk mengingkari janjiku pada istri tercintaku,” balasnya tersenyum lembut sambil duduk di samping sang istri.“Hai, kesayangannya Ayah. Lagi makan apa ini?” sapa Arza pada sang putra yang makin hari makin gemuk dan mengemaskan.“Makan udang,” jawab si kecil Arnav yang terlihat semakin menggemaskan dengan pipi gembulnya.“Sini dipangku Ayah,” ucapnya sambil menepuk pahanya. Bocah tampan itu tersenyum sambil berjalan t