Home / Romansa / Istri Kontrak Sang Miliarder / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Istri Kontrak Sang Miliarder : Chapter 1 - Chapter 10

125 Chapters

Chapter 1 - Terbangun Di Tempat Asing

'Dimana ini? Apa yang terjadi?'Di sebuah ruangan serba putih, seorang wanita terbaring lemah di atas ranjang. Berteman dengan belasan alat medis yang menempel hampir di seluruh tubuhnya. Jarinya bergerak, menyusul jeritan EKG yang berdetak dua kali lebih cepat.Megan White membuka matanya perlahan. Silau! Kata pertama yang bisa dipikirkannya. Setelah matanya beradaptasi dengan cahaya yang masuk, Megan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Meneliti ruangan dan ranjang dimana tubuhnya terbaring.'Rumah sakit?' Tebaknya. Satu nama tempat yang bisa dideskripsikan Megan setelah mengamati dinding yang di dominasi warna putih, tiang infus, peralatan medis yang melekat di tubuhnya dan barang-barang lain yang ada di dalam ruangan.'Apa yang terjadi padaku?' Megan berusaha mengingat kejadian terakhir. Dia terus mencoba mengurut rangkaian kejadian yang menyebabkannya terbaring di atas ranjang ini. Sayangnya gagal, hanya bayangan samar-samar yang muncul, membuat kepalanya berdenyut nyeri.Mega
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Chapter 2 - Sambutan Hangat

"Ma," panggil Riley.Ia mendekati Mamanya yang duduk di kursi roda sambil menikmati sinar matahari pagi di taman belakang. Riley mengiring kursi roda menuju gazebo terdekat."Mama dengar, Megan sadar?" tanya Maria begitu keduanya duduk dengan nyaman."Ya. Sekarang dokter sedang memeriksa kondisinya.""Nak, kamu yakin dengan pernikahan ini?"Riley diam, ia butuh waktu untuk menyusun kalimat yang tepat atas pertanyaan Mama. "Ini yang terbaik bagi kita semua, Ma.""Melihat kondisi wanita itu sekarang, akan sulit baginya untuk berjalan lagi. Dia butuh seseorang untuk membantunya.""Tapi, Mama takut Megan tidak akan setuju.""Kita harus membuatnya setuju," tegas Riley."Tapi Rey, jangan memaksa apalagi kasar padanya," larang Maria cemas.Riley tersenyum kecil. "Mama tenang saja, aku tidak akan menyakiti wanita."Maria mendesah dalam. "Maaf, Rey. Ini kesalahan Mama. Seharusnya Mama tidak mendengarkan Celine dan menemui Papa mu," sesal Maria.Riley tersentak kaget. "Mama menemui Papa? Buat ap
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Chapter 3 - Kenyataan Pahit

Nesa mengigit kuku jempol tangannya. Tiga telah berlalu, tapi dia tak bisa menemukan Megan dimanapun. Wanita itu menghilang bagai di telan Bumi. Satu-satunya harapan hanya Baron, sahabat sekaligus roommate Megan.Dia meremat jemarinya resah, tiap kali bertemu dengan pemilik café itu, Nesa harus berusaha keras agar jantungnya tidak melompat keluar dan mengatupkan bibirnya serapat mungkin agar tidak meneriakkan kata cinta. Megan telah memberinya puluhan kali ultimatum agar mengubur perasaannya dalam-dalam, bila tidak ingin berakhir patah hati. Meski Megan tidak menjelaskan lebih jauh penyebabnya tapi Nesa bisa menebak apa alasan wanita itu melarangnya. Megan pasti memiliki perasaan yang sama sepertinya, mencintai Baron."Hai, Nesa?""Hai, Baron," balas Nesa canggung.Baron menarik kursi dan duduk dihadapan Nesa. "Ada yang bisa ku bantu?""Apa Megan pulang ke Kondo?" Tanya Nesa hati-hati.Baron mengerutkan keningnya. "Tidak. Bukankah dia di lokasi syuting?"Nesa menggeleng. "Megan terakh
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Chapter 4 - Tidur Di Ranjang Yang Sama (18+)

"Pergi!" Teriak Megan histeris."Megan, kamu kenapa, Sayang?" Tanya Maria panik. Dia ketakutan melihat perubahan sikap Megan. Tubuh wanita muda itu bergetar ketakutan. Dia menarik kasar rambutnya lalu menutupi wajah dan telinganya. "Ada apa, Ma?" Riley setengah berlari menghampiri Mamanya setelah mendengar teriakan dari dalam kamar. Allen menyusul di belakangnya."Rey, lakukan sesuatu. Megan melukai dirinya sendiri," ujar Maria."Allen, bawa Mama keluar." Perintah Riley cepat."Ayo Tante, kita tunggu disini dulu ya. Biar Riley yang menanganinya," ajak Allen, segera membawa kursi roda Maria keluar ruangan."Megan," panggil Riley, mencoba mengambil alih kesadaran Megan."Aku mau pulang, aku mau pergi dari sini," rengek Megan. Ia meraih lengan Riley, mencari pegangan disana."Aku mau pulang, lepaskan aku.""Tidak," balas Riley tegas. "Kamu tidak akan pergi kemanapun." Megan mengangkat wajahnya, menatap pemilik suara bernada berat dan dingin itu."Kenapa? Aku berjanji, aku tidak akan m
last updateLast Updated : 2023-03-13
Read more

Chapter 5 - Flashback

Megan White duduk di sudut ruangan cafe Au lait, di temani laptop dan ponselnya. Ia mengenakan kaus putih berleher panjang yang dilapisi bomber biru gelap, menambah volume di tubuh kurusnya. Meg—begitu biasanya dia disapa, memilih wash jeans warna senada sebagai bawahan dan menambahkan topi putih dengan lambang NY, menekuk dalam, menutupi hampir separuh wajahnya. "Kamu ingin mereka di ganti?" Baron—sang barista datang untuk menyapa customer VIP. Megan mengernyit bingung.Baron menunjuk piring dan cangkir di atas meja. Dia yakin dua hidangan itu tidak tersentuh sejak diantarkan pramusaji dua jam yang lalu. "Oh," Megan tersenyum tipis begitu menyadari maksud Baron. "It's ok, Baron. Kamu tahu 'kan? Aku tidak suka sesuatu yang panas."Baron mengangguk paham. "Kamu ingin sesuatu yang spesial untuk lunch?"Megan berpikir sejenak. "Kurasa aku merindukan lasagna buatanmu." Matanya melebar begitu membayangkan tiap lapisan pasta ditutupi saus bechamel dengan potongan daging dan sayur.Baron t
last updateLast Updated : 2023-03-18
Read more

Chapter 6 - Trauma

"Ngapain kemari pagi-pagi buta?"Riley mengencangkan tali bathrobe yang dikenakannya. "Ada masalah?" Tanyanya penasaran begitu melihat kerutan di kening Allen."Sorry, Bro." Allen meletakkan amplop coklat di atas meja, mengetuk dua kali, memberi tanda agar Riley segera melihatnya. "Ini darurat."Riley mengernyitkan keningnya, meraih amplop dan membukanya. Matanya meneliti setiap kata dalam lembaran kertas yang berisi informasi pribadi Megan."Sepertinya dari awal kalian berdua berjodoh," goda Allen sambil menyesap kopinya dari bibir cangkir."Megan, penulis naskah dalam film yang kita garap bulan ini?"Jadi ini alasannya? Pantas saja, Riley tidak merasa asing, seolah pernah melihat wajah Megan di suatu tempat meski tidak dapat mengingatnya secara spesifik."Ya. Dan satu hal lagi, kita baru saja mengajukan gugatan kepada rumah produksi atas tuduhan kelalaian kerja," tambah Allen.Riley tertawa miris. "Segera cabut gugatannya. Kita bisa terkena masalah baru kalau sampai Megan tahu apa y
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

Chapter 7 - Memulai Terapi

"Wah, akhirnya tuan putri turun juga," goda Allen begitu melihat Riley muncul di ujung tangga bersama Megan dalam gendongannya. "Kalian terlalu lama. Aku dan Tante hampir mati kelaparan," keluhnya.Wajah keduanya sama-sama merah merona, membuat Allen curiga dan semakin semangat untuk menggoda.Riley mendesis kesal, membulatkan matanya, melarang Allen menganggu wanita dalam dekapannya."Jangan pedulikan dia," bisik Riley. "Turunkan aku," balas Megan. Desahan hangat suara Riley yang sangat dekat, nyaris membuat jantung Megan melompat keluar.Riley mendudukkan Megan di kursi lalu beralih duduk disampingnya."Pagi, Megan," sapa Maria. Megan mengangguk pelan, dia masih malu mengingat reaksinya yang berlebihan pada wanita bermata teduh itu."Pa-pagi Tante.""Mama," ralat Riley.Megan menoleh untuk protes tapi tertahan oleh tangan Maria yang menepuk lembut lengannya."Mama senang kama sudah ceria lagi," ucap Maria tulus. "Kamu mau makan apa, Sayang?""Roti saja," sahut Riley mewakilkan Me
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

Chapter 8 - Terbiasa

"Megan, kamu mau makan apa, Sayang?"Maria duduk disamping menantunya, mengelus rambut sebahu milik Megan dengan penuh kasih sayang. Semenjak melihat wanita muda itu, Maria memanjatkan rasa bersyukur dalam hati, akhirnya dia bisa memiliki seorang putri yang diimpikannya selama ini."Apa makanan kesukaanmu?"Megan takut-takut menatap Maria. "Apa saja Tante.""Kenapa kamu jadi canggung seperti ini?""Hmm, aku malu karena bersikap kasar pada Tante beberapa hari yang lalu," ucap Megan. Wajahnya menunduk dalam, menyesali perbuatannya."Kamu nggak perlu malu, Sayang." Tangan Maria beralih ke pipi putih. "Sudah sepatutnya kamu marah pada Mama, tapi Mama mohon, jangan menyerah.""Mama dan Riley akan selalu ada disamping mu," lanjut Maria. Mengengam erat kedua tangan Megan.Megan menatap wajah keibuan itu. Hatinya menghangat, pikirannya mengurai satu pertanyaan konyol. 'Apakah Ibuku juga seperti ini? Hangat dan nyaman.'Riley turun dari lantai atas rumahnya, matanya disambut oleh pemandangan ya
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

Chapter 9 - Menguak Misteri

Riley memperhatikan Megan yang duduk di tepi ranjang, wanita itu tampak larut dalam lamunannya. Riley menghampirinya lalu menempelkan jari telunjuk, mengurut lepas kerutan di kening Megan. "Tidurlah. Apa yang kamu pikirkan?" Megan mengangguk patuh lalu masuk ke balik selimut, matanya tak lepas memperhatikan setiap gerakan pria yang berstatus sebagai suaminya."Hei, sampai kapan ini akan berlangsung?" Ia melemparkan pertanyaan tanpa sadar."Hei?" Ulang Riley, menaikkan alisnya cukup tinggi. Pertanda dia terganggu dengan cara Megan memanggilnya."Berhenti menggunakan kata hei atau kamu, untuk memanggil ku," ujar Riley mengingatkan."Jadi? Aku harus memanggilmu apa?"Riley diam sesaat untuk berpikir. "Suamiku?" Godanya. Dia bisa melihat jelas ekspresi keberatan di wajah Megan.Megan bergidik jijik. 'Yuck!'"Rey, kamu bisa memanggilku dengan nama itu. Seperti yang dilakukan Mama dan Allen.""Rey," gumam Megan mengeja."Dan, apa maksudmu dengan sampai kapan?""Yah, sampai kapan kamu mau m
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

Chapter 10 - Menemukan Jalan

"Rey, lokasi syuting yang mau kita kunjungi itu adalah projek film dimana Megan sebagai scriptwriter nya," ujar Allen. Ia menyerahkan berkas yang harus ditanda tangani.Tangan Riley yang tengah sibuk mengayunkan bolpoin tiba-tiba mengantung di udara. Dia segera berpaling pada Allen."Kamu yakin?" Burunya.Allen mengangguk tegas. "Produser dan sutradara menghubungi ku seminggu yang lalu, mereka minta diadakan pertemuan dengan para investor untuk membahas kelanjutan proses produksi.""Apa yang harus kita lakukan? Kemungkinan besar, Megan akan diganti agar proses produksi bisa tetap berjalan," lanjut Allen tak ingin memberi jeda."Apa kita bisa menunda lebih lama?""Aku tidak yakin, kamu tahu tabiat Derek. Pria itu terus mengeluh."Allen kembali kesal setiap kali mengingat rentetan keluhan beserta rengekan sutradara itu."Hmm, kalau begitu kita harus mengambil alih seluruh investasi."Kening Allen mengernyit takut. "Maksud kamu jadi investor tunggal?" Ia berseru tak percaya."Ya. Akan leb
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status