Akhirnya, kami sampai di depan kamar Putri Sekar Ayu. Mbok Asih mengetuk pintu. Terdengar suara merdu sang putri mempersilakan masuk. Pintu dibuka perlahan. Tubuh semampai tergolek lemah di bawah selimut sutra. Lima dayang berparas jelita berjejer di sisi kanan dan kiri ranjang, tampak menunduk dengan raut wajah muram, seolah turut bersedih atas musibah sakit yang menimpa sang putri. “Izinkan Hamba memeriksa keadaan, Yang Mulia.” “Cepatlah, Tabib! Aku sudah tidak tahan lagi, kepala seperti ingin pecah,” keluh Putri Sekar Ayu. Suaranya lebih terdengar seperti orang marah besar dibandingkan sedang sakit. Sudahlah! Mau bagaimanapun ini seperti menelan buah simalakama, menolak atau menerima permintaannya sama saja membawa masalah. Setelah mendapat persetujuan, aku mendekati ranjang kayu jati, menyentuh kening dan memeriksa denyut nadi Putri Sekar Ayu. Senyuman samar terukir di bibirnya. Kemungkinan ini adalah jebakan pun semakin besar. Namun, sejauh ini, akting sang putri benar-bena
Last Updated : 2023-05-24 Read more