Aroma karbol perlahan raib digantikan harumnya melati. Kasur juga menjadi lebih empuk. Saat membuka mata, dinding kamar dengan pahatan intan tertangkap pandangan. Berarti, perpindahan antar dimensi berhasil dan aku sudah berada di istana Raka. Baru saja mencoba duduk, terdengar bunyi pintu dibuka. “Syukurlah, kamu sudah sadar, Aleeya.” Suara indah Raka yang khas membuatku menoleh ke kiri. “Kyaaa!” Aku refleks menutup muka dengan telapak tangan. Pipi terasa panas, malu, dan kesal bercampur aduk. Sementara dada malah berdebar kencang. Pemuda jadi-jadian itu memang keterlaluan. Dia seenaknya masuk hanya dengan kain melingkar di pinggang. “Kamu baik-baik saja, Aleeya?” “Pakai baju dulu, Raka!” “Ehem, sepertinya ada yang terpesona dengan keindahanku. Yah, mau bagaimana lagi, beginilah kami para keturunan bidadari, selalu menawan dan memabukkan.” “Keindahan gundulmu! Cepat pakai baju, dasar memalukan!” “Oke, oke, Sayang. Apa pun permintaanmu.” Kalau menabok putra bidadari, bakal k
Last Updated : 2023-05-30 Read more