Beranda / Romansa / Ayah Untuk Anakku / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Ayah Untuk Anakku: Bab 21 - Bab 30

294 Bab

Bab 21. Pertemuan Amelia dan Tio

Kecelakaan kecil terjadi, mobil yang dikendarai Amelia menabrak pengendara lain kala di lampu merah karena kecepatannya berbeda dengan yang lain hingga akhirnya si pengendara keluar dari mobilnya, hendak menegur. Namun, ternyata itu adalah Tio-mantan pacar Amelia yang ditinggalkan wanita ini dua tahun lalu. Amelia memilih bungkam kala Tio mengetuk kaca mobilnya, dirinya tidak pernah memiliki niat menemui Tio, apalagi berbicara dengan pria yang telah menyakitinya. “Kenapa harus bertemu dengan Tio, dan kenapa mobil yang aku tabrak punya Tio?” Wanita ini menggerutu sekalian merajuk. “Mbak atau mas, tanggung jawab dong, lihat mobil saya, lampunya sampai pecah!” Tio tidak menyerah walau wajahnya menjadi tontonan orang lain, tetapi dirinya tidak gentar selama dipihak yang benar. “Bagaimana ya, lagian kalau coba kabur juga pasti tidak bisa, yang ada cuma menimbulkan kemacetan.” Terpaksa Amelia membuka kaca mobilnya, kemudian tersenyum kecil ke arah Tio. “Eu, Amei!” Tio membeku sesaat, tet
Baca selengkapnya

Bab 22. Tio Sangat Mencintai Amelia

Amelia tidak sadarkan diri, tetapi Tio baik-baik saja bahkan tanpa luka sedikit pun. Maka, wanita itu segera dilarikan ke rumah sakit, untungnya dirinya hanya pingsan biasa dengan sedikit luka di dahi karena saat mobil terguling itu murni kecelakaan tunggal, kuda besi yang mereka tumpangi tidak tertabrak mobil manapun hingga sangat meminimalkan dampak buruk. Sopia dan Adhinatha segera mengunjungi rumah sakit setelah mengetahui peristiwa yang menimpa putri mereka. “Mei ....” Wanita ini segera meraup Amelia yang sudah mampu mendudukan tubuhnya di tepian ranjang karena memang lukanya tidak serius, dirinya hanya kaget, “sayang, mana yang sakit?” Kali ini Sopia sangat berbeda dari biasanya. “Tidak ada, cuma sedikit di dahi,” jawaban tidak niat Amelia karena dalam pemikirannya masih ada misi yang belum selesai yaitu menemui William atau Erland, tetapi berakhir di sini. “Iya ampun Mei ..., kenapa kamu harus pergi dari sisi papa, akhirnya seperti ini kan!” Bukan maksud mengomeli putrinya ya
Baca selengkapnya

23. Nitara Mengetahui Sesuatu Tentang Erland

Tiga hari berlalu, Amelia baru saja keluar dari kamarnya setelah beristirahat total atas perintah Sopia. Baru saja membuka pintu, bibi datang menghampiri. “Tadi saudari bibi telepon, katanya dia tidak bisa lebih lama lagi menjaga Kenzo, sudah hampir dua minggu.” Wajah Amelia yang mulai terlihat segar kembali memucat. “Bi, apa bibi punya kenalan lagi? Amei belum berhasil bicara pada Erland, bahkan sekarang Erland atau yang orang kenal adalah William akan bertunangan. Bagaimana ini bi?” cemasnya. “Non Amei tenang dulu, bibi akan mencoba mencari bantuan, bibi juga kasihan sama Kenzo.” “Bi ..., tolong ya, Amei cuma bisa bergantung sama bibi.” Wajahnya melukiskan kecemasan luar biasa. Bagaimana tidak, sebentar lagi putranya tidak memiliki pengasuh dan tidak memiliki tempat tinggal. “Iya non ..., tenang dulu ya non ....” Bibi sangat mengetahui keresahan hati Amelia, tetapi di saat seperti ini tenang adalah kunci utama. Sopia baru saja tiba di lantai atas tempat kamar Amelia berada. “Bi,
Baca selengkapnya

24. Dosa Besar yang Dilakukan Nitara

“Sayang, katakan sesuatu yang akan membuat Erland senang,” pinta sederhana William karena sejak tadi Nitara tidak mengeluarkan sepatah katapun. “Itu ....” Nitara kebingungan karena dirinya memiliki dosa besar pada pria ini, “apa kabar?” Kalimat ragu ini keluar dari bibirnya hingga William tertawa kecil. “Lanjutkan sayang, perkenalkan diri kamu pada Erland.” “Eu-a-aku ..., Nitara. Maaf, aku baru bisa mengunjungi kamu.” Suara yang keluar dari mulut wanita ini terdengar tertekan, itu karena dosa besarnya yang selalu menghantui, tetapi tidak mungkin mengatakannya pada siapapun termasuk pada William bahkan pria yang sedang terbaring ini tidak mengetahui kenyataan bahwa pasangan saudara kembarnya yang merugikan hidupnya hingga hari ini. William tersenyum kecil. “Sentuh tangannya, agar Erland merasakan berjabatan dengan orang baru.” “Heuh?” Nitara mengerjap karena mana mungkin dirinya melakukan itu saat dadanya terasa ditekan oleh kesalahan di masa lalu. “Sayang, lakukanlah.” William se
Baca selengkapnya

Bab 25. Cibiran yang Diterima Nitara

Hari berganti, seharusnya Nitara kembali meminta izin tidak masuk dari perusahaan, tetapi dirinya inginkan propesional kerja. Libur tiga hari saja sudah membuatnya sangat malu walau Adhinatha memberitahukan seorang staf untuk memberikan izin satu minggu pada siapapun yang akan menikah plus liburan satu minggu setelah menikah. Staf wanita itu menyebutkan jika Nitara meminta izin untuk melakukan persiapan pertunangan, tetapi waktu libur yang diberikan Adhinatha tetap sebanyak dua minggu, tetapi jika ingin masuk silakan, bahkan gajinya dihitung perjam, masuk ke dalam jadwal lembur. Pelaturan ini membuat iri beberapa karyawan lajang karena Nitara adalah karyawan yang baru saja menetas, tetapi mendapatkan libur panjang dan gaji hitungan jam hingga cibiran tidak terelakan, “Kamu sengaja masuk di hari libur kamu, ya. Ck, lintah darat!” “Bu-bukan begitu. Aku sudah selesai memilih gaun untuk pertunangan dan persiapan lainnya di rumah, sisanya cuma tinggal diurus pacar aku, jadi kenapa harus l
Baca selengkapnya

Bab 26. Bisakah Malam ini Menemaniku ....

Bab 26 Ayah untuk Anakku Bisakah Malam ini Menemaniku ....Seketika lutut Amelia lemas. “Bi ..., mana bisa Amei menitipkan Kenzo di panti asuhan ....”“Bibi sudah mengusahakan yang terbaik non. Bibi sudah banyak menghubungi para tetangga di kampung sekalian menitipkan pesan untuk mencarikan ibu asuh, tapi tidak satupun yang bersedia karena memiliki kesibukan masing-masing.” Kalimat bibi membuat Amelia terisak kecil hingga sampai di ruang dengarnya, “non, bagaimana Erland, apa Non Amei masih belum bertemu Erland lagi?”“Belum bi ..., apalagi sekarang Amei lagi sama papa, Amei tidak bisa kemana-mana ....”“Bagaimana ya, bibi juga bingung.”“Bi, coba tanyakan sama Kak Amanda. Mungkin sekarang Kak Amanda punya kenalan yang bersedia jadi ibu asuh Kenzo.”“Iya, akan bibi tanyakan setelah Amanda pulang karena Amanda pergi sama nyonya.”“Iya sudah bi.” Amelia menutup teleponnya, “Kenzo ..., mama minta maaf, tapi semoga ada jalan terbaik untuk kita.” Wanita ini kembali ke sisi ayahnya walau de
Baca selengkapnya

Bab 27. William Mulai Memiliki Peduli pada Kenzo

Amelia sempat mengerjap. “Tujuanku kesini bukan karena ingin mengulang dua tahun lalu, aku cuma mau kamu mengakui Kenzo, selamatkan Kenzo, aku tidak mau Kenzo dititipkan di panti asuhan.”William memerhatikan kecemasan Amelia yang tampak nyata. “Masuklah, kita akan bicarakan ini.” Akhirnya Amelia memiliki kesempatan bicara dengan pria yang selalu dikejarnya. Kini, dirinya berada di dalam mobil Willam yang entah akan membawanya kemana?“Saat ini Kenzo ada di pedesaan, tapi ibu asuhnya tidak bisa menjaganya lebih lama, hanya dua minggu. Sebentar lagi Kenzo akan kembali padaku, tapi aku tidak bisa membawanya ke rumah, mama dan papa tidak menginginkan Kenzo,” lirih Amelia.“Kenapa?” sahut singkat William saat menyetir.“Aku memperkenalkan Kenzo sebagai anak asuh, bukan anakku karena pasti mama dan papa semakin marah saat tahu aku hamil di luar nikah.”“Itu hanya prasangka kamu kan, tapi kamu belum mencobanya.” Datar William.“Mana bisa, keluargaku meninggikan keselaras dalam kehidupan, me
Baca selengkapnya

Bab 28. Inginkan William Menjadi Menantu

Saat William dan Amelia masih bersama, Tio muncul. “Kalian berdua saja?” curiga segera merasuki pikirannya.William memberikan jawaban dengan santai, “Iya, duduklah bergabung.” Tidak buang waktu apalagi menolak, Tio segera menggeser kursi kosong.“Mei, syukurlah, kamu baik-baik saja.” Senyuman tulus Tio. Melihat Amelia makan dengan lahap membuatnya tahu jika wanita itu sudah pulih.“Iya, aku baik-baik saja, tapi nama kamu sangat jelek di mata mama dan papa!” Sunggingan kecil Amelia yang merasa puas karena nama baik Tio jatuh begitu saja, mungkin ini balasan karena pria itu sudah mengkhianatinya.Tio memegangi pelipisnya sesaat. “Aku sudah menduganya.” Embusan udara ikut dibuang seiring menggelengkan kepala.William berbicara masih sangat santai. “Pesanlah sesuatu. Aku yakin kamu tidak tertarik menonton orang makan.” Tawa kecil disisipkan.“Tidak perlu, sebenarnya aku kesini karena ada kencan buta. Mama menjodohkan aku lagi!” keluhan Tio yang disahut tawa ringan William.“Terima saja p
Baca selengkapnya

Bab 29. Harapan Adhinatha dan Sopia

“Apa maksudnya?” Tio menatap William dan Amelia bergilir.Amelia segera memberikan penjelasan, “Aku menginginkan pria yang kelak akan menjadi ayah untuk anakku!”“Nah, itu maksudku.” Tawa puas William. Sebenarnya tadi dirinya sengaja mengungkit tentang keberadaan Kenzo hanya untuk mengetahui reaksi Amelia demi memberinya petunjuk apakah Kenzo benar-benar ada?Namun, tentu saja Amelia tidak menyukai kalimat William, apalagi jika dianggap lelucon. Dirinya mati-matian melindungi Kenzo, seharusnya William mengerti itu. Kehadiran Tio menambah rasa tidak nyaman, maka Amelia memilih berpamitan diantar sopir karena jika William yang mengantar mungkin mantan pacarnya akan banyak bertanya.Pukul sepuluh malam Amelia baru saja kembali menginjakan kakinya di rumah. Sopia dan Adhinatha segera mengepungnya. “Di mana William, apa tadi Amei diantar pulang?” Tatapan wanita ini celingak-celinguk ke halaman.“Tidak, Amei pulang sama sopir.”Adhinatha menyahut kecewa, “Kenapa tidak ajak William ke rumah?
Baca selengkapnya

Bab 30. Kebingungan Amelia

Nitara memberikan senyuman serta sikap santun pada William yang baru saja memanggil namanya. “Selamat siang tuan,” sapa Nitara sangat propesional kemudian menyimpan air ke hadapan beberapa orang termasuk Amelia. ‘Ternyata jabatan Amei di sini memang tinggi.’ Bangganya walau hanya ditunjukan melalui senyuman.William menatap Adhinatha. “Apa Tara di bagian pantri?” Dirinya ingin menjawab rasa penasarannya.Adhinatha terkekeh hangat sebelum memberikan jawaban, “Jadi anda dan karyawan saya saling mengenal.” Senyuman kecil diarahkan pada Nitara, “maaf ya jadi nona yang menggantikan bagian pantri.”“Tidak apa, tuan.” Masih santun Nitara selayaknya seorang bawahan pada bosnya.‘Begitu ya.’ Akhirnya William dibuat tenang karena ternyata jabatan kekasihnya tidak serendah itu.Adhinatha mulai menanyakan hubungan William bersama karyawannya, “Apakah Nitara pernah menjadi karyawan Anda? Tapi saya melihat dalam CV, Nitara tidak memiliki pengalaman kerja.”“Nitara memang bukan karyawan saya.” Lirik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
30
DMCA.com Protection Status