All Chapters of Terpaksa Menikahi Putra Konglomerat: Chapter 21 - Chapter 30

129 Chapters

PEMBICARAAN DENGAN SALMA

Eleanor pernah percaya pada keajaiban ketika di masih kecil. Bahwa suatu saat akan ada orang yang datang menjemputnya, membawanya pergi dari panti asuhan dan menawarkan keluarga yang utuh padanya. Semakin dia bertumbuh remaja, dia menyaksikan satu persatu teman bermainnya di bawa pergi oleh para orangtua yang memilih mereka. Dan dia, tertinggal disana hingga akhir. Itulah awal mula Eleanor merasa dirinya tidak pantas untuk siapapun dan kemudian perasaan itu membunuh dirinya secara perlahan dari dalam. Dia kesepian, satu persatu kawan sebaya dan sepermainannya pergi. Dan semakin lama, dia menjadi anak tertua yang masih bertahan di sana. Eleanor tak merasa kekurangan kasih sayang. Bunda berperan sebagai sosok ibu bagi mereka, dan wanita itu tidak gagal dalam perannya. Dia bersekolah di sekolah yayasan, mengejar beasiswa sampai akhirnya bisa lulus SMA tanpa meminta sepeser uang pun pada sang kepala panti yang telah membesarkannya.Dia kemudian bertemu Tristan ketika laki-laki itu berkunj
Read more

MAAF

Dari tempat mereka duduk, Ele dan Salma dapat mendengar deru mesin mobil memasuki halaman kediaman. "Tuan sudah tiba," ungkap Ele pula, tak menyadari Salma yang langsung meliriknya kebingungan. "Kau memanggil Chislon dengan sebutan Tuan? Apakah Chislon tidak masalah dengan itu?'Airmuka Ele agak berubah sedikit ketika dia menyadari dirinya keceplosan. Gadis itu menggeleng dan mencoba tersenyum untuk menutupi kecanggungan nya."Saya sudah terbiasa sejak dulu, dan Tuan juga tidak terlalu mempermasalahkannya..." Jawab Ele sekenanya.Dari airmuka Salma,Ele tahu kalau gadis itu masih tidak paham. Namun kemudian, dia mengalihkan atensinya pada Effendy yang berdiri di teras samping dan memandangi mereka di kejauhan."Aku akan menemui Chislon. You come with me?" Tanya Salma.Eleanor menggeleng. "Tidak, aku disini saja. Kurasa aku juga tidak perlu mendengar pembicaraan kalian. Barangkali itu privasi." Tolak Ele dengan halus. Salma mengangguk. Wanita itu berjalan menghampiri Chislon.***"Aku
Read more

LYON

Eleanor tengah duduk di ruang depan, menunggu suaminya turun. Mereka akan berangkat ke bandara pukul empat sore itu. Itu masih pukul 2, tapi Ele sudah memohon pada Effendy agar mengijinkannya setidaknya berpamitan pada Bundanya di panti. Effendy kemudian mengijinkan dengan catatan setelah dari panti keduanya akan langsung ke bandara. Dan itu artinya, mereka akan semobil.“Kamu sudah siap?” Tanya Effendy tatkala dia telah sampai di ruang depan dan menyaksikan Ele yang sedang duduk setengah melamun.“Ya,” balas gadis itu dengan bahu yang sedikit terlonjak. Dia tampak cantik saat itu dengan balutan pakaian bepergian, polesan make up tipis dan rambut lurus sepunggungnya yang Ele kuncir. Ele diam-diam memperhatikan Chislon Abimanyu, menelan semua kekagumannya akan visual lelaki itu. Chislon menatap pada Ele, lalu mengerutkan kening. “Mengapa kau memandangiku begitu?”“Eh, memandang bagaimana?” Ele merasa panik, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan cepat, dan detik itu juga Ef
Read more

WHEN DO YOU WANT TO HAVE A BABY

Pukul sepuluh, Effendy dan Eleanor keluar dari bangunan apartemen berlantai-lantai itu. Kali ini Theo sudah menanti mereka di dalam mobilnya. Sepupu Chislon itu tersenyum lebar pada mereka dengan manis. Sekarang Ele bisa melihatnya dengan cukup jelas. Laki-laki itu tidak begitu mirip dengan Chislon kendatipun mereka punya hubungan darah. Dia terlihat seperti pemuda Prancis pada umumnya, tetapi dengan satu kelebihan, tampan. Warna matanya pun biru. Ele tanpa sadar menoleh pada Effendy, membandingkan mereka secara naluriah. Dan dia mendapati kalau laki-laki yang berstatus suaminya itu bahkan tetap terlihat lebih bersinar. Ele menggelengkan kepalanya. Apa dia sudah menyukai Effendy? Kenapa jadi begini?“Apa yang kau pikirkan?” tanya Effendy dengan heran. “Eh, tidak.” Jawab Ele sembari masuk ke dalam mobil. Kendaraan itu pun melaju di atas jalan utama.Theo nampaknya menahan diri untuk tidak bertanya banyak hal, dan memfokuskan dirinya sebagai driver saat ini. Beberapa saat kemudian ken
Read more

DIA HARUS MEMBAYARNYA

“Apa yang hendak kau lakukan?”Eleanor berdiri dengan mata melotot, menyaksikan suaminya menatapnya kesal. Dia pasti terlihat sangat menjengkelkan dengan pose hendak menimpuk maling di depan suaminya sendiri. Gadis itu menurunkan kemoceng di tangannya dengan cepat. Wajahnya perlahan berubah lebih lunak. Dia bahkan mencoba tersenyum. “Aku kira tadi...”“Maling? Tenang, hanya aku yang memegang akses masuk kalau kau itu yang kau cemaskan.” Ujar Effendy setengah menggerutu. Dia mengenakan pakaian tebal dan syal yang melilit leher, membuat Ele bisa membayangkan betapa dinginnya udara di luar. Mendadak, perutnya terasa perih kembali. Rasa lapar rupanya belum hengkang dari lambungnya. Saat dia melirik, Effendy tidak membawa apapun. Laki-laki itu terlihat begitu santai, melepas pakaian tebalnya dan kemudian melangkah masuk ke dalam kamar. Ele, hanya bisa menelan ludahnya sendiri. Effendy mungkin lupa pada janji kalau dia akan tidur di sofa. Laki-laki itu menghempaskan diri ke tempat tidur dan
Read more

GALERIS LAFAYETTE PARIS HOUSMANN

Ele terbangun agak siang, sekitar pukul tujuh. Gadis itu melihat ke sofa di dalam kamar dan menyadari kalau Effendy sudah tidak ada. Rasa cemas kembali menghantui dirinya. Apakah dia tinggal sendirian? Bagaimana jika ada orang kurang ajar seperti semalam yang membobol masuk? Ele bergegas bangkit dari tempat tidur. Saat itulah dia mendengar suara shower dari kamar mandi. Dia langsung bernapas lega. Effendy belum pergi. Dia tidak sendirian. Gadis itu pergi ke dapur untuk mengambil air hangat. Saat dia iseng membuka kulkas, Ele melihat alat pendingin itu sudah diisi oleh beberapa bahan makanan dan minuman. Ele memeriksa salah satu rak penyimpanan dan melihat sudah ada beras di sana. Gadis itu tanpa sadar tersenyum lebar. Dia mulai memasak nasi dalam magic com, berencana hendak membuat nasi goreng. Baru dua malam di Prancis Ele sudah merindukan makanan Indonesia. Sambil menunggu nasinya matang gadis itu mendengar kalau Effendy sudah selesai mandi. Setelah menunggu dan memastikan kalau lak
Read more

GOURMET BAR

Eleanor keluar dari kamar dengan gaun ungu yang dibelikan Effendy. Karna dirinya tahu itu adalah acara resmi, pertemuan dengan kolega bisnis lelaki itu, Ele berusaha tidak tampil memalukan dengan mengaplikasikan make up yang apik, menata rambutnya dengan rapi dan mengenakan sepatu flat yang semuanya dari Paris.Effendy sudah berpakaian rapi, menunggu di ruang TV. Ele yang keluar dari kamar menghampirinya pelan. “Apakah aku terlihat cukup baik? Aku tidak ingin mempermalukan Anda.” Ujar Ele pula dengan serius. Effendy menatap penampilan Eleanor dari kepala sampai kaki. Dia diam sebentar. “Ternyata kau tidak buruk juga.” Ujarnya sembari tersenyum sinis, Ele tidak dapat membedakan apakah itu pujian atau hinaan. “Ayo,” ajak Effendy sembari berjalan lebih dulu keluar dari apartemen tersebut.***Restoran yang dijadikan sebagai tempat pertemuan bisnis itu adalah Gourmet Bar Lyon Confluence, salah satu restoran terkemuka di kota Lyon. Ruang makannya luas bermandikan cahaya, dilengkapi dengan
Read more

KEDATANGAN ASHLEY

Eleanor terbangun pagi itu dengan perasaan yang entah mengapa terasa lebih baik. Saat dia bangun, gadis itu tidak mendapati sang suami berbaring di sampingnya. Seharusnya Effendy disana, Ele masih ingat laki-laki itu semalam memutuskan agar mereka berbagi ranjang.Ele mengecek waktu di ponselnya, itu sudah pukul 07 pagi waktu Prancis. Dia memutuskan untuk mandi sebentar dan membuat sarapan sederhana.Bahkan saat sarapan itu telah tersaji di atas meja, Effendy Chislon Abimanyu belum juga menampakan dirinya."Kemana ya?" Gumam Ele sembari melihat waktu lagi. Setelah pukul sepuluh lewat, Ele memutuskan untuk sarapan tanpa menunggu suaminya lagi. Dia bukan jenis wanita naif yang menahan diri untuk tidak makan demi menunggu suaminya pulang.Waktu berjalan dengan lambat, malam telah datang. Ele yang semulanya tampak demikian tenang dan berusaha tidak peduli, sekarnag menjadi gelisah dan cemas sendiri. Apakah Effendy baik-baik saja? Mengapa dia pergi tanpa mengabari sama sekali? Itu perasaa
Read more

PULANG

Ele menatap langit-langit apartemen, mendengar suara tawa halus Ashley dari dalam kamar. Dia sekarang tampak seperti idiot yang menggelikan, membaringkan diri di atas sofa dalam balutan selimut, sementara suaminya seranjang dengan perempuan lain. Rasanya, dia ingin menertawai dirinya sendiri. "Menghormati apanya?" Dia mendengus dalam hati dan merengut.  Dia berusaha tidur, mengabaikan suara Ashley di tingkah suara serak rendah Abimanyu dari dalam kamar. Mereka tampaknya sedang melakukan pillowtalk."Bajingan," gerutu Ele tanpa sadar di dalam hati. Gadis itu berusaha mensugesti diri dan mencoba merapatkan mata dan menulikan telinga.***Semenjak kedatangan Ashley, dua hari berikutnya Effendy sangat jarang berada di apartemen. Biasanya pagi-pagi setelah membersihkan diri dia akan meninggalkan apartemen dengan berpamitan seadanya pada Eleanor, pergi keluar bersama kekasihnya. Mereka kembali saat malam dengan pakaian yang sudah berbeda yang Ele tebak mereka beli secara acak
Read more

PENGAWASAN

Tristan mengerutkan keningnya dengan heran, menyaksikan dua pria tinggi besar dalam setelan serba hitam, dengan earpiece di telinga mereka berjaga di depan pintu apartemen Eleanor."Abimanyu memang tidak tanggung-tanggung," gumam Tristan pula dengan sedikit berdecak. "Aku ingin bertemu dengan adikku," ungkap Tristan saat kedua bodyguard itu memandangnya penuh perhitungan."Nyonya Abimanyu tidak memiliki saudara," jawab bodyguard di sebelah kiri. Mereka bukan bodyguard yang kemarin datang menemui Ele. Sudah ganti penjaga.Tristan tidak menanggapi, dia mengeluarkan ponselnya, menelpon Eleanor. Tak lama kemudian, pintu apartemen di buka dari dalam. Sang Nyonya Abimanyu tampak sudah rapi dengan setelan sopan dan make up tipis. Rambutnya tergerai di sepanjang bahu, terlihat cantik dan menawan."Ayo berangkat, Mas."Salah satu bodyguard menyimpangkan tangan dengan sopan, "Maaf Nyonya, Tuan tidak memperkenankan Anda pergi dengan orang asing.""Orang asing?" Ele mengangkat alisnya. "Dia itu
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status