Semua Bab AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2: Bab 31 - Bab 40

74 Bab

Bab 31

Suara musik menghentak-hentak di ruangan berukuran 6 x 10 meter itu dengan setiap sisinya dilapisi cermin. Kinan mengikuti gerakan aerobic yang diperagakan oleh seorang instruktur di depan sana. gerakan Kinan masih terlihat kaku dan aneh. Namun, dia kembali teringat dengan perkataan temannya.“Elu mau berubah, atau suami elu diembat si Keong Racun selamanya? Walaupun elu nggak cinta, minimal elu bisa balikin rasa sakit hati elu sama dia.”Iya, sepertinya Sesyl memang benar. Lagi pula, diam-diam Kinan memang mulai menyukai Ken.“Badanku berasa remuk,” ucap Kinan selesai latihan aerobic. Dia duduk di sebuah alat fitness di samping Sesyl yang masih asik berlari di atas sebuah treadmill.“Baru sehari. Besok, elu ikut zumba. Lusa elu mulai pake alat-alat di sini. sayang, kan, elu udah jadi member,” ujar Sesyl yang sesekali menyeka keringat yang mengalir dari pelipisnya.“Gila, Syl, sampe kapan?” pekik Kinan merasa keberatan.“Olah raga itu buat kesehatan. Jadi, elu mesti lakuin seumur hidu
Baca selengkapnya

Bab 32

“Wah, wah, rupanya ada upik abu yang berubah jadi boneka Annabel,” cibir Miranda dengan tatapan mengejek. Matanya menilik Kinan dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dalam hatinya dia mengakui jika gadis itu terlihat jauh lebih cantik. Namun, itu justru semakin menyulut rasa bencinya semakin menjadi.Ken masih mematung dengan mata yang tak berkedip.“Bukannya boneka Anabel itu rambutnya panjang dan keriting seperti punyamu?” balas Kinan. Dia melihat ke arah Ken yang di depannya sudah ada sepiring nasi goreng yang tinggal setengah. ‘Oh, udah diambilin sama si Keong Racun,’ pikirnya. Dia lalu duduk di hadapan lelaki itu yang masih menatapnya.“Heh, enak aja. Elu tuh yang kaya boneka Anabel. Muka elu tebel banget pake make up-nya,” cibir Miranda yang melemparkan sepotong timun ke arah Kinan.“Tebal apanya? Tebalan juga muka kamu, nggak malu numpang tinggal di sini.”“Elu ya, berani-beraninya!” Miranda mau bangkit dan mencekik Kinan.“Heh, udah, udah. Ayo, sarapan,” sergah Ken menahan ta
Baca selengkapnya

Bab 33

Kinan menghela napas panjang dan menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi.“Entahlah—““Jawab yang yakin Kinan!” Sesyl sampai menggebrak meja.“I-iya, iya. Sejak dia bekerja dan merubah penampilannya. Dia ganteng banget.” Kinan refleks menjawab pertanyaan Sesyl.Kini giliran Sesyl yang mengembus napas gusar. “Emang gue akui, suami elu itu ganteng. Swear. Kalau dia bukan suami elu, mungkin gue juga bakalan suka,” aku Sesyl dengan jujur.“Hah?” Kinan sampai melotot tak percaya.“Ini kan, kalau, Nan. Kalau misalnya gue ketemu dia dalam keadaan sama-sama singel, mungkin gue akan mudah tertarik sama cowok seganteng itu. Cuman, gue kan tau kalau dia udah punya bini. Lagian, gue juga udah punya cowok, nggak mungkin lah, tertarik sama si Telor Asin itu. Mukanya sih, ganteng. Tapi kelakuannya minus.”Kinan tertawa pelan demi mendengar ungkapan jujur dari sahabatnya itu.“Ok, berarti sekarang misi kita itu, menarik si Ken biar suka sama elu, terus, misahin dia dari si Uler Keket kegatelan itu
Baca selengkapnya

Bab 34

“Hei, kenapa kamu seperti yang malu?” tanya Ken dengan alis yang terangkat sebelah. Kinan langsung membuang muka untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat.“Nggak apa-apa. Maaf. Kemana pacarmu itu?” tanya Kinan lalu duduk berhadapan dengan Ken. Lelaki itu bersandar dan mengembus napas kasar.“Entahlah, mungkin dia marah karena kejadian tadi pagi,” jawabnya, lalu kembali mengambil sendok dan menyuap sesendok tongseng kambingnya.“Wow, masakan kamu selalu enak,” puji Ken dan mulai menyendok tongseng itu ke atas nasi. Hanya dalam waktu sekejap nasi dan tongseng itu sudah habis tak bersisa.“Mau nambah, boleh?” tanya Ken terdengar sopan. Kinan benar-benar melongo mendengarnya. Seumur-umur pernikahan mereka, tak pernah sekalipun lelaki itu bersikap baik padanya. Walau bersikap baik pun, itu hanya sekadar pura-pura saja.“Bo-boleh, tentu saja.” Kinan gegas bangkit dan mengambilkan lagi nasi dan tongsengnya.“Terima kasih,” ucap Ken saat menerima piring berisi nasi. Tangannya l
Baca selengkapnya

Bab 35

Kinan mematikan alat itu dan menyimpannya di meja rias. Lalu, matanya menangkap bayangan seorang lelaki di belakang sana dan sedang memperhatikannya dengan mata tak berkedip.“Aaarggh!” Kinan berteriak kaget sambil menutupi dadanya dengan kedua tangan.“Kenapa kamu masuk ke sini tanpa mengetuk pintu?” ujar Kinan yang langsung berbalik memunggungi. Setidaknya jika posisi seperti itu Ken tidak akan lagi melihat badannya karena tertutupi rambutnya yang panjang.“Mmh, maaf, tadi aku ketuk beberapa kali. Tapi … kamu nggak jawab. Ternyata kamu lagi pake hair dryer.”“Ya udah, sana kamu keluar dulu. Aku mau pake dulu baju,” usir Kinan sambil menggeser tubuhnya ke arah lemari.“I-iya, aku tunggu kamu di luar. Aku mau minta tolong,” katanya masih gugup. Namun, dia gegas keluar juga.Ken mengusap wajahnya berkali-kali untuk menghilangkan bayangan yang tadi dillihatnya. Sedangkan Kina dia buru-buru mengambil sweater juga bergo dari lemari dan segera memakainya.“Astagfirullah, kenapa aku sampai
Baca selengkapnya

Bab 36

Ken kembali berusaha melihat luka di kaki Kinan. Namun, gadis itu bersikukuh mempertahankannya untuk tidak dilihat.“Kinan, aku mohon. Aku hanya ingin melihat lukamu. Aku merasa bersalah karena aku yang tadi minta bantuan kamu, ” ucap Ken dengan wajah memelas.Kinan terlihat ragu. Namun, Ken bersikukuh jika dia hanya ingin membantunya mengobati.“Aku ingin lihat, takutnya serpihan kacanya masih ada. Bisa bahaya itu,” jelasnya seolah Kinan tidak mengerti. Betul juga, pikir Kinan. Lagi pula, tadi dia sudah coba melihatnya, tetapi sulit karena dia harus memelintir kakinya. Terlihat nggak, malah kakinya semakin sakit.“Aku lihat, ya?” pintanya lagi saat melihat wajah Kinan yang mulai bersahabat. Ken membetulkan posisi kaki Kinan menjadi selonjoran. Dia lalu mengangkat kaki kiri Kinan yang tertancap serpihan kaca. Ken meniliknya, tapi cahaya lampu kamar tidak begitu membantunya. Dia lalu minta izin pada Kinan untuk memakai ponselnya sebagai senter. Kinan pun mengiyakan.Ken mengambil bend
Baca selengkapnya

Bab 37

“Aku … ingin memperbaiki hubungan ini,” pungkasnya dengan tatapan dalam. Tangannya meraih jemari Kinan, lalu Ken beranjak maju dan menciumnya. Mata Kinan melebar seketika. Jantungnya berdebar tak karuan.“Kenapa? Kamu takut?” tanya Ken tersenyum tipis. Kinan langsung membuang muka karena malu. Ken semakin merasa di atas angin.“Apa aku boleh tidur di sini?” tanya Ken lagi.“Hah?” Kinan tersentak kaget dengan permintaan suaminya. “A-aku tidak bisa.”Ken tampak memberengut kecewa. “Apa kamu tidak ingin memperbaiki hubungnan ini?” telisiknya.“Eh?”“Ok, kalau kamu belum siap untuk melakukan ‘itu’, aku tidak akan memaksa. Aku akan menunggu sampai kamu siap,” ucapnya yang semakin membuat Kinan panas dingin.Itu? Itu apa maksudnya? Kinan ketakutan setengah mati.“Entah aku bisa menerimamu atau tidak. Kamu menganut sex bebas. Aku takut jika kamu membawa penyakit,” ungkap Kinan jujur.Ken tertawa kecil sambil mengacak rambut istri kecilnya. “Kamu pikir aku akan begitu ceroboh? Aku selalu mem
Baca selengkapnya

Bab 38

Ternyata Ken menepati ucapannya. Dia kini sedang menunggu Kinan di depan sambil memanaskan mesin mobilnya. Lagi-lagi Ken menatapnya tak berkedip saat Kinan keluar dengan gaya barunya. Make up tipis dengan ootd yang kekinian.“Ayo,” ajak lelaki itu yang membukakan pintu untuk wanitanya. Kinan lagi-lagi terpaku tak percaya. Ok, fine. Dia mungkin memang sudah berubah, pikirnya.Seumur pernikahan mereka baru kali ini Ken membukakan pintu mobil untuknya. Seingat dia. Entahlah jika sedang di depan orang tua ataupun kakek neneknya. Hanya saja, yang kali ini terlihat begitu tulus.Mobil mulai meluncur di jalanan mulus. Sesekali Kinan melirik pada lelaki yang fokus menyetir. Menatapnya takjub dengan debaran jantung yang menghentak dadanya begitu kencang.‘Tidak salah, bukan, jika seorang istri mencintai suaminya?’ bisik hati Kinan. Ken sepertinya bisa merasa jika sedang diperhatikan. Dia kemudian menoleh sambil menaikan ssebelah alisnya.“Kenapa?” tanyanya sambil tersenyum.Kinan serasa keperg
Baca selengkapnya

Bab 39

Selesai kuliah  Kinan dan Sesyl seperti biasa langsung menuju tempat kebugaran. Kinan ikut-ikutan Sesyl menggunakan alat-alat yang disediakan di sana sambil menunggu waktu berlatih salsa. Mata Sesyl melebar. Dia juga langsung bangkit dari tempatnya melakukan sit up saat melihat kedatangan seseorang yang sangat dikaguminya. Badan tegap itu terlihat makin mempesona dengan stelan olahraganya. Sebuah celana pendek dan kaos putih. Sebuah tas besar tersampir di pundaknya. “Pak Dony?” sapa Sesyl tampak bahagia. Lelaki itu menautkan alisnya lantas tersenyum. “Lho, kalian olah raga  di sini juga?” tanyanya, lalu menyimpan tas besarnya di lantai. “Iya, nih. Kebetulan banget ya, kita bisa latihan bareng di sini,” ujar Sesyl mengakrabkan diri. Sementara itu Kinan yang melakukan latihan yang sama dengan Sesyl hanya duduk dan mengangguk hormat. Sat
Baca selengkapnya

Bab 40

Tubuh Kinan diseret menjauh dari sana. Tenaga lelaki itu begitu kuat meski kerempeng. Kinan berusaha melepaskan diri dengan menendangkan kakinya. Namun, sebuah tangan lagi memeganginya. Mereka menggotong tubuh Kinan menjauh. Gadis ituberusaha membuka mulutnya dan menggigit telapak tangan yang membekapnya.“Aaww!” Lelaki kerempeng itu menjerit dan melepaskan sebelah tangannya hingga tubuh Kinan bagian atas terjatuh. Dia tak sia-siakan kesempatan untuk berteriak sekeras-kerasnya. Namun, baru saja Kinan akan membuka suaranya, terdengar lelaki kerempeng tadi kembali mengaduh kesakitan. Sepertinya ada seseorang yang datang dan menendang lelaki itu dengan kekuatan penuh.Begitu pula dengan lelaki satu lagi yang memegangi kaki Kinan. Dia terjengkang dan mengaduh kesakitan. Kinan gegas bangkit dan menoleh ke arah dua orangn yang tengah berkelahi. Tadi, Kinan mengira jika itu adalah Ken yang datang menolongnya, tetapi dari siluetnya lelaki itu sangat berbeda.Kinan menajamkan penglihatan dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status