"Halo, assalamualaikum, Nuri.""Halo, wa'alaykumussalam, Mas.""MasyaAllah, belum juga selingkuh, saya udah dipanggil, Mas. Jadi makin semangat ini. Jadi, kapan kita check in?""Ha ha ha ... ngaco! Selingkuh yang saya maksud, selingkuh bohongan.""Loh, selingkuh bohongan itu gimana maksudnya, Nuri? Gini deh, apa kita bisa bicara? Kapan kamu ada waktu? Kita ketemu di rumah mama aja untuk membicarakan teknis perselingkuhan kita, setelah itu, baru kita ketemuannya di hotel atau villa, gimana?""Mas, kita bukan mau bikin acara seminar, jadi gak perlu pake teknis."Kali ini, Dika yang tertawa."Oke, kapan jadinya kita mau bertemu? Apa saya ke warung baso kamu lagi?""Gak bisa, Mas, saya gak jualan. Nanti saya alasan deh, kita ketemu di rumah mama aja, sore jam empat. Gimana?""Ya udah, oke."Dika melompat kegirangan setelah menutup panggilannya dengan Nuri. Hati mana yang tidak bahagia dan gegap gembira, karena Nuri sebentar lagi, akan dekat dengannya. Dia sendiri juga tidak mengerti kenap
Baca selengkapnya