Home / Pernikahan / Kaulah Jodohku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Kaulah Jodohku: Chapter 11 - Chapter 20

110 Chapters

PERMINTAAN AYAH

“Kamu mengapa menamparku, Fa?” Azril tertegun saat mendapat tamparan dari wanita yang ditolonginya.“Tidak usah mengambil kesempatan.” Safa murka saat tatapan Azril begitu menghunus amat dekat. Ia pun segera bangkit dan menjauh.“Kesempatan apa yang kamu maksud, Fa? Apa seperti ini?” Pria itu ikut bangkit dan sengaja mendekati Safa bahkan tanpa segan merapatkan tubuhnya dengan rangkulan bahu yang semakin rapat.Mata Safa melebar menahan amarah yang bergemuruh. “Ish, tidak usah peluk-peluk sana menjauh.”Safa berusaha melepaskan rangkulannya. Ia risih dan ingin segera pergi, terlebih beberapa pasang mata memerhatikan ke arahnya. Sungguh, bikin malu.“Padahal saat tertidur tadi kamu sendiri yang peluk aku.”Safa meneguk saliva dan semakin murka pada pria itu. Ternyata dia menyadari hal itu, tetapi dia sengaja membiarkan. Ah, malu sekali. Kini hatinya sudah dipenuhi oleh bara api yang rasanya ingin segera diluapkan.Namun, sekuat tenaga ia tahan. Pria itu benar-benar menguji kesabarannya
Read more

DILEMA

Azril mengangguk mengerti apa yang telah diceritakan oleh ayah mertuanya, tetapi ia juga tidak ingin memaksa hati Safa untuk mencintainya. “Ayah, Azril khawatir dengan Safa.” Tidak bisa dipungkiri jika hatinya tidak tenang. Pikiran Azril melalang buana jika Safa akan melakukan hal nekat. “Jangan lepas Safa dari doamu, Nak. Ayah yakin Safa baik-baik saja. Anak itu hanya butuh waktu dan menenangkan pikirannya untuk lebih terbuka.” Walau dirinya merasa khawatir, tetapi Marlan rasa Safa masih memiliki iman yang kuat. Hanya saja ego yang tinggi membuat Safa sedikit keras. Sementara Safa menghentikan langkahnya di taman. Membiarkan suara gemuruh dalam dada dikeluarkan dengan tangis. Duduk di kursi kosong, bingung pada dirinya sendiri, tidak tahu mengarah ke mana. Penuturan ayah membuatnya tertampar, tetapi Safa sulit percaya begitu saja sama Azril. Entah sogokan
Read more

MEMILIH DIAM

“Az-ril!" Safa tersentak kaget, bagaimana bisa pria itu datang kemari. Seketika wajahnya merunduk. Pria itu memandang sendu, tahu betul perasaan Safa, terlebih kehilangan wanita yang telah melahirkan dan mengenalkan diri pada dunia. Rindu dengan alam berbeda memang menyakitkan. Azril melangkah mendekat, lalu ikut berjongkok dan menatap wajah Safa yang begitu sembab. “Maafkan aku, Fa.” Hanya permintaan maaf yang mampu Azril ucapkan. Keadaan yang dialami mungkin hal terberat bagi Safa, tetapi Azril tidak akan membiarkan Safa melewatinya sendirian. Lagipula, ia tidak akan memaksa Safa untuk membalas cintanya. Azril akan menunggu sampai Allah menggerakkan hati Safa. Biarkan semua berjalan sesuai alurnya. “Ayo kita pulang.” Azril merangkul bahu Safa lembut dan tersenyum seraya menenangkan wanitanya. Safa terpaku, tubuhnya begitu lemah dan menurut sampai akhirnya pria itu membantu Safa berdiri. Sebelumnya, Safa melirik ke arah sang pusara ibu untuk pamit pergi. “Bu, Safa pulang, ya. M
Read more

MENATA HATI

Setelah kejadian itu, Safa menjadi lebih diam. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar bahkan tidak ikut serta menjemput ayahnya hari ini yang dikabarkan pulang dari rumah sakit.Safa ingin kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda seraya mengobati hatinya yang dilema. Menjalani kesibukan seperti biasa.Saking fokusnya, Safa tidak sadar dengan kehadiran seseorang hingga terdengar suara dehaman. Seketika kepalanya menoleh, memerhatikan pria paruh baya itu berdiri di ambang pintu.“A-ayah!” Segera memeluknya penuh kasih sayang.“Kenapa kamu tidak ikut Azril? Kamu masih marah dengan Ayah?” Marlan memandang wajah putri kecilnya yang ia rindukan.Marlan merasa kesepian setelah kejadian kemarin. Saat itu, Safa tidak hadir lagi di rumah sakit dan hanya Azril yang setia menemani dirinya.Safa menggeleng, sama sekali tidak marah. Hanya saja belum siap menampakkan wajahnya di hadapan sang ayah.“Maafin Safa, Yah. Safa tidak mau membuat Ayah semakin marah karena melihat Safa,” ujarnya
Read more

MASIH BIMBANG

Azril terbelalak kaget saat punggung tangannya dikecup oleh Safa. Entah angin dari mana, dan membuat matanya tak percaya.“Ayo.”Safa hendak menarik lengannya dan Azril semakin tak percaya membuat matanya menoleh ke arah ayah mertua. Melihat bibirnya tersenyum lebar, Azril tak menyiakan kesempatan dengan tangannya untuk merangkul bahu Safa.“Kami izin ke atas dulu, Yah!” Azril sopan dan menggiring Safa lembut.Jujur, jantungnya seperti ingin copot melihat sikap Safa yang menurutnya manis. Namun, ia tidak marah jika memang itu hanya sandiwara Safa di hadapan ayah. Azril mengerti dan setidaknya Safa menghargai keberadannya. Azril berharap bisa seterusnya bahkan menjadi awal perubahan Safa untuk menjadi istri yang baik.Tidak hanya Azril, Safa pun merasakan hal yang sama pada hatinya. Suara detak jantungnya berderu tak karuan dan membuat tubuhnya semakin beku.Bahkan posisi Safa yang lebih rendah dari Azril dapat mendengar suara detak jantung pria itu. Sungguh, semakin membuatnya gugup.
Read more

BELUM SIAP

Safa langsung meremas kedua tangannya yang masih tergenggam. Entah motif apa dia mengatakan hal itu padanya.“Safa, dengarkan aku. Aku tidak memaksamu.” Azril pun menimpali sikap Safa yang seolah tidak terima. “Aku hanya menyampaikan agar aku tidak merasa bersalah pada Amih.”Sejak kepulangan itu, Azril selalu didesak oleh ibunya yang ingin bertemu dengan Safa bahkan sampai detik ini sang ibu masih mengirim pesan menanyakan hal yang sama. Namun, Azril sendiri tak bisa menjawab.Sehingga ia memastikan sendiri dengan terpaksa mengatakan hal tersebut. Walau Azril tahu jawabannya jika Safa akan menolak.“Aku tidak tahu, Ril. Aku permisi!” Segera Safa berlari meninggalkan Azril.Hatinya meringis dan wanita itu menangis. Rasanya tidak ingin menyakiti semua orang, tetapi belum siap untuk menghadap orang tuanya Azril.Semua yang ia dengar terlalu mengejutkan bahkan pernikahan yang dijalani pun masih terasa kosong dalam hati. Safa belum menemukan jawaban dari kedilemaannya.Keesokan harinya, S
Read more

WAKTU BERDUA

Cuaca malam cukup dingin dengan rintikan hujan yang mengguyur bumi seolah menjadi saksi hatinya sekarang. Bahkan, raganya begitu menikmati dengan tatapan ke atas langit yang gelap.“Boleh aku duduk di sini?”Wanita itu menoleh, lalu mengembuskan napasnya pelan. Tidak ada jawaban yang terlontar dan pandangan Safa kembali pada air hujan yang turun.“Aku perhatikan kamu kayaknya banyak pikiran. Ada masalah?” tanya Azril yang masih berdiri. “Atau kamu kepikiran dengan ucapan Ayah tadi?”Azril tidak bermaksud kembali mengungkit, tetapi ada rasa tidak enak hati dengannya karena usai makan Safa langsung beralih ke luar.“Aku minta maaf, tidak bermaksud mencari perhatian Ayah Marlan.” Ia tidak ingin Safa salah paham.“Tidak masalah,” kata Safa singkat. Lagipula, wajar ayah memerhatikan Azril karena pria itu berhasil menarik simpati sang ayah.Bahkan, saat pertama kali ayah mengenal Azril. Entah, amalan apa yang dikerjakan Azril sampai membuat ayah begitu sayang padanya.Tanpa sadar aroma coke
Read more

KEKASIH HALAL

Safa hanya menatap jalan tanpa banyak berbicara. Ia terpaksa mengikuti pria di sampingnya yang entah ingin membawa ke mana. “Safa, kamu tidak suka, ya, pergi sama aku?” Azril menoleh mencairkan ketegangan yang terjadi. Tatapan sinis pun terpancar. Sebenarnya dia sudah tahu, tetapi masih saja bertanya dan Safa tidak suka jika pergi tanpa tujuan yang jelas. “Oke, aku minta maaf, aku salah. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Azril memberitahu yang kemudian memarkirkan mobilnya di depan gedung sesuai tempat yang sudah dijanjikan. “Ayo turun.” Safa menatap bingung, memerhatikan gedung bertingkat yang entah mengapa Azril mengajaknya kemari. “Apa mungkin dia ingin mempertemukanku dengan orang tuanya?” lirih Safa dalam hati. Kesal sekali rasanya, mengapa harus selalu memaksa seperti ini. Seketika Azri
Read more

CEMBURU

Sepanjang perjalanan pulang pun Safa hanya diam. Ia tidak memedulikan ocehan Azril yang terus berisik sejak tadi.“Safa, aku minta maaf,” ujar Azril melirik wanitanya. Tidak tahu apa yang membuatnya marah seperti itu.Bahkan tidak mendapat jawaban dari Safa yang akhirnya tiba di rumah dan wanita itu langsung berlari yang menutup pintu dengan cukup keras.Azril tersentak kaget, lalu menggeleng lemah. Tak lama, langkahnya mengikuti Safa masuk ke dalam. Niat untuk membahagiakan justru membuat Safa murka.Sedangkan Safa sendiri menggerutu kesal di dalam kamar. “Ish, apa maksud dia itu? Mau pamer kalo banyak fansnya?”Matanya menatap tidak suka dan Safa sudah memukul gulingnya dengan keras. Bahkan, ia sudah menutup pintunya rapat agar pria itu tidak bisa masuk kamarnya. Entah dia ingin tidur di mana, yang penting tidak satu kamar.“Akh, menyebalkan,” teriak Safa geram. Kemudian bangkit untuk membersihkan diri.Usai itu, Safa memilih merebahkan tubuhnya hingga terpejam. Mungkin hati dan pik
Read more

TIDAK ADA CINTA

Mata Safa melebar mencerna ucapan Azril yang didengar membuat hatinya penuh tanya. “Cemburu dan takut, apa mungkin?”“Kenapa diam, Safa?” Azril masih mengunci tubuh Safa agar tidak bisa kabur. “Tapi aku senang itu tandanya kamu sudah mulai mencintaiku, bukan?”Pria itu masih menerka perasaan Safa, sebab sikap dia yang tak biasa membuatnya paham. Bahkan, yang biasanya dia tertidur lebih dulu kini masih terjaga hanya untuk menanyakan hal yang mungkin mengusik hatinya.“Tidak. Jangan terlalu percaya diri,” tegas Safa. “Minggir, aku mau tidur.” Safa mendorong tubuh Azril agar menjauh.Namun, pria itu justru tidak mau menghindar dan Safa semakin murka hingga memukul dada bidang Azril yang berada di hadapannya.“Awas, Azril.” Rasa emosi juga resah terkumpul menjadi satu dalam hatinya.Hati Azril meringis dan langsung mendekapkan tubuh Safa tanpa izin, menenangkan pikirannya yang sudah salah paham. Meski Safa berontak, tetapi Azril tetap memeluknya hingga wanita itu diam tak lagi bersuara.“
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status