Home / Romansa / Wanita Kedua Tuan Marcello / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Wanita Kedua Tuan Marcello: Chapter 21 - Chapter 30

43 Chapters

Bab 21

Marcel bergerak naik ke atas tubuh Raya, mengungkung tubuh wanita itu di bawahnya."Ma-mas Marcel ...."Suara Raya seperti tercekat di tenggorokan. Wanita itu benar-benar tidak berdaya menolak Marcel.Namun, bayang-bayang peristiwa di malam itu membuat Raya kembali di landa ketakutan. Rasa sakit itu masih begitu terasa di tubuhnya."Aku menginginkanmu, sayang. Malam ini." Suara Marcel terdengar begitu berat, kedua matanya semakin berkabut menatap Raya.Ia begitu ingin segera memasuki tubuh wanita itu, hanya saja ia menginginkan Raya yang menyerahkan diri kepadanya, ia tidak ingin membuat wanita itu semakin terluka karna keinginannya.Tangan Marcel mulai bergerak membelai wajah cantik itu, lalu perlahan turun ke bawah mengusap bibir ranum yang begitu menggoda."A-aku takut, Mas," cicit Raya dengan bibir gemetar."Aku tidak akan menyakitimu, sayang. Aku janji, hem," bujuk Marcel dengan lembut.Tidak melukai? Bukankah sebelumnya ia sudah melukai Raya terlebih dahulu?Sekuat apa pun Raya
Read more

Bab 22

Wanita itu tertidur lelap, dalam pelukan pria yang semakin mencintainya kini.Setelah melewati malam pertama yang begitu panas, sampai membuat Marcel enggan untuk menyudahinya. Membuat Raya terkapar tidak berdaya di buatnya.Kalau tidak mengingat jika Raya sedang mengandung anaknya, dan kandungannya belum cukup kuat, ingin rasanya Mercel terus memasuki tubuh Raya sampai pagi."Maafkan aku, sayang. Kau pasti kelelahan," bisik Marcel, mencium kening Raya dengan lembut.Tangannya lalu bergerak turun, mengusap perut rata istrinya dengan senyum terukir di wajahnya."Tumbuhlah dengan baik di sini, baby. Ayah akan selalu bersama kalian."Marcel semakin erat mendekap tubuh Raya, lalu ikut memejamkan mata bersamanya."Mas ... haus."Baru saja memejamkan kedua matanya, Marcel kembali terbangun mendengar suara Raya yang kehausan."Sebentar, sayang. Aku ambilkan dulu," sahut Marcel.Dengan lembut memindahkan kepala Raya ke atas bantal, lalu bergegas turun untuk mengambil air minum di atas meja."
Read more

Bab 23

Marcel langsung bersorak girang mendengar Raya menyatakan cinta kepadanya.Marcel semakin mendekap erat tubuh Raya sambil berulang kali mendaratkan ciuman hangat di keningnya."Terima kasih, sayang. Terima kasih karna sudah mau mencintai pria seperti aku. Terima kasih cintaku, sayangku, belahan jiwaku, separuh nafasku, puja—"CupRaya yang gemas mendengar gombalan Marcel langsung membungkam bibir Marcel dengan sebuah ciuman lembut, tapi singkat.Wajah cantik itu langsung merona, begitu Marcel menatapnya penuh cinta tanpa berkedip.Luka yang dulu di torehkan Marcel telah berganti dengan cinta dan kebahagiaan. Meskipun dia hanya wanita kedua, setidaknya Marcel begitu tulus mencintai dan menyayanginya."Aah ... Raya, kau benar-benar membuat pria tua ini seperti anak muda yang baru merasakan jatuh cinta," ungkap Marcel.Pria itu meraih dagu Raya, mendorong wajahnya ke atas hingga bertemu pandang dengannya.Marcel sedikit merunduk, hingga bibirnya bertemu dengan bibir Raya dan melumatnya d
Read more

Bab 24

Wanita itu masih mengenakan kimono mandinya dengan rambut yang masih setengah basah. Setelah selesai memandikan Raya, Marcel langsung saja membawanya ke balkon untuk berjemur."Duduklah dulu di sini, sayang. Aku akan mengambilkan sarapan untukmu di bawah."Marcel mendudukkan tubuh Raya di sebuah sofa bed yang ada di balkon bagian samping kamarnya. Balkon itu tepat menghadap ke arah matahari terbit, sehingga Raya bisa menikmati sinar matahari pagi setiap hari."Matahari pagi sangat bagus untuk kesehatan, sangat bagus juga untuk perkembangan calon anak kita di dalam, sayang," ucap Marcel sambil mengusap perut istrinya."Apa Mas Marcel sangat bahagia dengan kehadirannya?" tanya Raya dengan wajah polos."Tentu saja, sayang. Pria tua ini tentu sangat bahagia dengan kehadirannya," jawab Marcel dengan senyum bahagia."Pria tua yang sudah membuatku tidak berdaya," lirih Raya dengan wajah merona.Marcel terkekeh. Pria itu menunduk, mendaratkan sebuah ciuman lembut di bibir Raya."Aku ke bawah
Read more

Bab 25

Marcel menyelimuti tubuh Raya, tangannya bergerak merapikan anak rambut di keningnya. Wanita itu benar-benar lelap dalam tidurnya.Marcel tersenyum bahagia menatap wajah cantik di depannya. Wanita itu benar-benar sudah membuatnya bekerja keras pagi ini.Menyuruhnya untuk terus memasukinya hingga Raya benar-benar terkulai dan akhirnya lelap dalam pelukannya."Tidurlah, sayang. Jangan kuatir, aku akan segera pulang," lirih Marcel.Pria itu membungkuk, mencium kening wanita itu dengan lembut sebelum melangkah pergi meninggalkan kamar itu.Pria itu menuruni tangga, lalu menuju ke ruang kerja sang Ayah. Mengetuk pintu terlebih dulu, sebelum masuk ke dalam ruangan tersebut."Kau mau pergi, Nak?" Tuan Adam lantas bertanya begitu melihat Marcel menghampirinya."Iya, Ayah. Aku akan pergi bulan madu dengan Celina. Aku tidak ingin mengecewakannya lagi kali ini," jawab Marcel.Tuan Adam mengangguk samar, jari telunjuknya bergerak mengetuk permukaan meja."Kau yakin?" tanya Tuan Adam. Pria paruh ba
Read more

Bab 26

Marcel terdiam beberapa saat, menatap tubuh mulus Celina yang tertutup busa sabun. Kulit putih mulus itu begitu menggoda mata.Tapi entah mengapa, tidak ada sedikit pun keinginan yang timbul di hati Marcel untuk menyentuhnya. Hasratnya seakan menguar begitu saja."Sayang ... kau sudah pulang?"Marcel tersadar dari lamunananya, begitu mendengar suara Celina yang bertanya.Pria itu mengangguk, sembari tersenyum menatap wanita cantik yang kini menegakkan tubuhnya, hingga memperlihatkan dua bukit kembar miliknya.Terlihat besar dan menantang."Apa kau sudah berendam sejak tadi?" tanya Marcel seraya menghampiri Celina."Apa kau tidak mau bergabung bersamaku?" Celina balas bertanya.Marcel kembali tersenyum, lalu menggeleng. "Aku akan menunggu di tempat tidur, selesaikanlah mandimu dulu," jawab Marcel. Pria itu sedikit membungkuk, lalu mendaratkan sebuah ciuman lembut di kening Celina. Setelah itu melangkah keluar meninggalkan Celina yang tersenyum penuh arti di dalam bathtub.Bukan di atas
Read more

Bab 27

Kedua matanya masih terpejam, namun tangannya bergerak ke sana kemari meraba tempat tidur di sampingnya. Mencari sosok yang beberapa jam lalu masih di sampingnya.Raya perlahan membuka kedua matanya, dan mendapati tempat tidur di sampingnya kosong."Mas Marcel ...." cicit Raya.Wanita itu lalu bangkit, duduk bersandar ke belakang. Kembali melihat tempat tidur di sampingnya dengan perasaan tidak menentu. Seperti ada yang hilang di hatinya. Kedua matanya tiba-tiba terasa panas, hingga tanpa ia sadari kristal bening mengalir begitu saja dari kedua matanya.Raya tersenyum miris, lalu mengusap air mata di pipinya."Aku harus sadar diri, wanita yang dicintai oleh mas Marcel tidak hanya aku," gumam Raya mengingatkan dirinya sendiri.Wanita itu perlahan turun dari tempat tidur, dan melangkah masuk ke kamar mandi. Namun lagi-lagi, dia harus menangis di dalam kamar mandi karena bayangan Marcel juga muncul di sana.Ada rasa nyeri saat dirinya membayangkan jika Marcel sekarang sedang bersenang-
Read more

Bab 28

"Tapi tidak!"Tuan Adam mengurungkan niatnya untuk menelfon Marcel. Tiba-tiba saja terbesit sebuah rencana di benak pria paruh baya itu.Sambil tersenyum samar, tuan Adam kembali masuk ke dalam rumah untuk melihat kondisi anak menantunya. Baru saja sampai di depan tangga, tuan Adam sudah melihat bibi Marta menuruni tangga dari atas."Bagaimana keadaanya? Apa dia masih menangis?" tanya Tuan Adam, sebelum melanjutkan langkahnya menapaki anak tangga."Tadi sudah tidak menangis, anaknya baru saja selesai solat zhuhur," jawab Bibi Marta."Aku akan melihatnya ke atas, aku kuatir dengan kondisi kandungannya," ujar Tuan Adam."Apa Tuan sudah mengabari tuan muda Marcel?" tanya Bibi Marta."Aku berencana menghubunginya besok, kira-kira anak itu baru saja sampai," jawab tuan Adam menahan senyum."Aku yakin anak itu pasti akan langsung putar arah jika mendengar kabar ini," ucap Bibi Marta."Sepertinya begitu," timpal Tuan Adam."Tapi mengapa tuan Marcel tidak menggunakan jet pribadinya? Mengapa ha
Read more

Bab 29

Malam semakin larut, tapi Raya masih terpekur seorang diri di atas tempat tidur. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu merindukan sosok Marcel dan sangat ingin dipeluk oleh pria itu.Namun kenyataannya, ia hanya bisa memeluk buket bunga pemberian Marcel sebagai pengganti rasa rindunya."Mas Marcel, mengapa tiba-tiba aku merindukanmu? Belum genap 48 jam kau pergi, tapi rasanya sudah seperti 48 hari saja," cicit Raya dengan berlinang air mata.Wanita itu mencoba memejamkan kedua matanya yang masih saja meneteskan air mata, sambil terus mendekap buket bunga dari suaminya.Hingga perlahan-lahan wanita itu terlelap dalam tidurnya dengan menahan sebuah kerinduan.*****Kaki panjang itu melangkah dengan cepat, menapaki anak tangga dengan tidak sabar seolah waktu akan segera berakhir malam itu.Begitu sampai di depan kamar, tangan besarnya segera meraih gagang pintu, memutarnya perlahan lalu mendorong daun pintu ke dalam dengan sangat pelan.Marcel tertegun di tempatnya begitu melihat pemand
Read more

Bab 30

"Malu? Mengapa harus malu? Bukankah kita suami istri? Itu hal wajar kalau kita melakukannya apalagi kita pengantin baru. Aku rasa ayah akan memakluminya, sayang," tutur Marcel memberi pengertian kepada istri kecilnya itu."Aku malu Mas ... biarpun kita suami istri tapi apa kata mereka nanti? Seperti tidak ada hari esok saja menunggu sampai gips nya di lepas--kan malu?" rengek Raya sambil mendusel-dusel ke dalam pelukan Marcel.Marcel terkekeh. Pria itu semakin gemas saja melihat tingkah laku istrinya yang malu-malu, tapi malah meliuk-liukkan tubuh dalam pelukannya."Memangnya kita mau bercinta di mana, sayang?" tanya Marcel serayak mencubit dagu Raya membuat wajah itu menengadah ke arahnya."Di dalam kamar ini," jawab Raya pelan."Biarpun kau menjerit menggunakan pelantang suara, tidak akan ada yang mendengar suaramu di luar sana, karna kamar ini kedap suara, sayang," jelas Marcel."Lalu, dari mana mereka bisa tau?""Mas Marcel suka menggigit leher dan seluruh tubuhku, dan itu akan te
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status