"Raya."Wanita itu menengadah, menatap tidak berkedip pria yang berdiri di depannya."Raya," lirih Marcel. Perasaan rindu tiba-tiba saja membuncah di dadanya.Tangis Raya semakin pecah. Terdengar begitu pilu dan menyayat hati. Wanita itu perlahan berdiri, dengan tubuh yang semakin gemetar.Wajah rapuh dan penuh luka itu membuat Marcel ingin segera membawanya ke dalam pelukannya.Pria itu perlahan mendekat dengan tubuh yang juga gemetar, memberanikan diri memangkas jarak di antara mereka."Raya, apa kau baik-baik saja?"Raya menegakkan kepalanya, menatap dalam manik mata pria di depannya. Wanita itu diam seribu bahasa, hanya sorot matanya yang seolah ingin menyampaikan kepedihan hatinya kepada Marcel.Marcel mengulurkan tangannya, mencoba meraih pundak gadis itu, namun Raya segera menepisnya."Biarkan aku mati!"Nada putus asa itu begitu terdengar jelas di telinga Marcel, menghadirkan rasa bersalah yang kembali merajam hatinya."Kau tidak boleh mati, kau harus tetap hidup.""Apa perdu
Read more