Home / Romansa / Wanita Kedua Tuan Marcello / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Wanita Kedua Tuan Marcello: Chapter 11 - Chapter 20

43 Chapters

Bab 11

Tangis haru menyelimuti keluarga Hutama menyambut kepulangan Raya pagi itu. Tak terkecuali, Hanum. Ibu tiri yang sangat menyayangi Raya selama ini.Wanita paruh baya itu terlihat sangat sedih melihat penampilan Raya yang terlihat pucat dan kurus, meski baru beberapa hari gadis itu menghilang."Kamu kemana, sayang? Mengapa kamu menghilang di hari pernikahan kamu? Apa yang terjadi, Nak? Apa ada yang menyakitimu?"Berbagai pertanyaan terlontar dari mulut bu Hanum. Wanita itu tidak kuasa melihat Raya yang menangis pilu dalam pelukannya."Sudah, Bu. Sebaiknya bawa Raya ke kamarnya dulu untuk membersihkan diri dan beristirahat. Anak kita butuh waktu untuk menenangkan diri," ujar pak Hutama, mengusap bahu dua perempuan yang sangat di sayanginya itu.Bu Hanum mengangguk, sembari mengusap air mata di wajahnya."Ayo, sayang. Kita ke kamar dulu. Ibu akan siapkan makanan dan teh hangat buat kamu."Wanita paruh baya itu kemudian menuntun Raya untuk ke kamarnya. Menyiapkan air hangat di bathtub unt
Read more

Bab 12

Raya keluar dari apartemen dengan air mata yang bercucuran. Gadis itu sudah tidak sanggup lagi melihat pergumulan panas antara Rafka dan Jesica, dan suara desahan mereka yang saling bersahutan. Apalagi mendengar pembicaraan mereka yang ternyata sudah bermain api di belakangnya selama ini.Rafka dan Jesica diam-diam telah menjalin hubungan di belakangnya. Bahkan mereka sering melakukan hubungan suami istri tanpa sepengetahuan Raya. Sungguh! Hatinya benar-benar sakit tiada terperi. Ternyata orang yang selama ini sangat dia cintai tega melakukan semua itu kepadanya, termasuk kakaknya sendiri."Mengapa semua ini harus terjadi kepadaku! Mengapa!" Raya berteriak seorang diri di pinggir sebuah danau. Gadis itu mengeluarkan semua keluh kesahnya dengan berteriak seorang diri di tempat yang cukup sepi itu."Apa salah dan dosaku, Tuhan. Mengapa mereka tega melakukan ini di belakangku?" rintih Raya sambil menangis pilu."Masa depanku sudah hancur! Dan kini orang yang sangat aku cintai menghian
Read more

Bab 13

Satu bulan kemudianSiang ini, Marcello dan Celina melangsungkan pernikahan. Akad nikah di laksanakan di kediaman Celina, sedang resepsi pernikahan akan di selenggarakan di sebuah hotel bintang lima.Perasaan bahagia terlukis indah di wajah kedua mempelai setelah Marcel selesai mengucapkan ijab qobul.Celina langsung bergelayut manja di lengan Marcel, ketika sanak saudara dan para tamu menghampiri mereka untuk mengucapkan selamat."Aku sangat bahagia sekali, sayang. Setelah sekian lama menunggu akhirnya kau menepati janjimu menikahiku," ucap Celina dengan binar bahagia di matanya.Kini mereka sedang berada di kamar Celina, untuk beristirahat sejenak menunggu malam resepsi tiba.Marcel tersenyum. Mencium kening Celina yang sudah menyandarkan kepala di bahunya."Bagaimana aku tidak akan menikahimu, jika kau adalah wanita yang sangat aku cintai, Celina."Pria itu memeluk pinggang ramping di sampingnya, sedikit menunduk mendaratkan sebuah ciuman lembut di bibir penuh milik istrinya.Begit
Read more

Bab 14

"Raya."Wanita itu menengadah, menatap tidak berkedip pria yang berdiri di depannya."Raya," lirih Marcel. Perasaan rindu tiba-tiba saja membuncah di dadanya.Tangis Raya semakin pecah. Terdengar begitu pilu dan menyayat hati. Wanita itu perlahan berdiri, dengan tubuh yang semakin gemetar.Wajah rapuh dan penuh luka itu membuat Marcel ingin segera membawanya ke dalam pelukannya.Pria itu perlahan mendekat dengan tubuh yang juga gemetar, memberanikan diri memangkas jarak di antara mereka."Raya, apa kau baik-baik saja?"Raya menegakkan kepalanya, menatap dalam manik mata pria di depannya. Wanita itu diam seribu bahasa, hanya sorot matanya yang seolah ingin menyampaikan kepedihan hatinya kepada Marcel.Marcel mengulurkan tangannya, mencoba meraih pundak gadis itu, namun Raya segera menepisnya."Biarkan aku mati!"Nada putus asa itu begitu terdengar jelas di telinga Marcel, menghadirkan rasa bersalah yang kembali merajam hatinya."Kau tidak boleh mati, kau harus tetap hidup.""Apa perdu
Read more

Bab 15

Tangis pilu itu kembali terdengar nyaring di telinga Marcel. Membuat hati pria itu kembali di rundung rasa sesal.Namun, sesal itu tidak akan cukup mengobati luka dan penderitaan Raya selama ini.Marcel merengkuh tubuh wanita muda itu ke dalam pelukannya. Mengusap punggungnya dengan lembut, membiarkan Raya terus memukul punggungnya hingga merasa lelah sendiri."Kita akan menikah," kata Marcel dengan lembut. Jemarinya bergerak lembut, menyusut air mata pada wajah rapuh di hadapannya.Namun Raya menggeleng lemah."Aku datang bukan untuk meminta tanggung jawabmu. Aku hanya ingin kau tau jika aku ... a-aku ...."Raya berbicara terbata-bata, hingga tidak sanggup untuk melanjutkan ucapannya."Aku tau. Dia tumbuh di sini," kata Marcel. Tangannya bergerak lembut mengusap perut yang masih rata itu.Tanpa di duga, Raya menghambur ke dalam pelukan Marcel. Bahkan wanita itu melingkarkan tanganny di pinggang pria yang kemarin sangat di bencinya itu.Kemarin? Lalu sekarang?"Kau membuat hidupku ha
Read more

Bab 16

Marcel menunggu dengan perasaan gelisah di depan pintu ruang kerja ayahnya.Tidak hanya gelisah karna memikirkan apa yang sedang dikatakan ayahnya kepada Raya, tapi juga gelisah karena sebentar lagi acara resepsi pernikahannya akan dimulai dan Celina sudah berulang kali menelponnya sejak tadi. Untung saja ponselnya di pegang oleh Peter, dan sang asisten tentu sangat pandai memberikan alasan kepada wanita itu.CeklekSuara pintu dibuka dari dalam dan muncullah Raya dari balik pintu dengan wajah menunduk.Marcel bergegas menghampiri wanita itu dengan wajah cemas."Apa kau baik-baik saja? Apa ayahku mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaanmu?" tanya Marcel dengan harap-harap cemas."Aku baik-baik saja. Tidak ada hal penting yang dibicarakan oleh ayah beliau hanya memberiku hadiah kalung ini," jawab Raya sambil menunjukkan kalung yang dipakainya.Marcel menyipitkan kedua matanya, mengamati kalung itu dengan seksama. Dalam hati pria itu bertanya seorang diri, "Bukankah itu kalung penin
Read more

Bab 17

"Apa dia belum datang juga?" Celina kembali bertanya pada asistennya yang baru saja memeriksa ke bawah.Malam ini dirinya sungguh di buat cemas oleh Marcel. Tamu undangan sudah berdatangan termasuk para wartawan yang secara kusus di undang olehnya, namun Marcel belum muncul juga."Tuan Marcel sudah datang, Nona. Beliau sedang menuju kemari."HuufftCelina bernafas lega. Ia kembali meminta tim penata rias untuk merapikan riasan dan penampilannya."Maaf, aku terlambat."Marcel muncul di ambang pintu dengan senyum di wajahnya.Semua orang yang ada di kamar hotel itu segera pergi dan memilih menunggu luar."30 menit!" kata Celina dengan wajah cemberut."Maaf, Celina. Ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan, dan itu sangat penting," kilah Marcel.Pria itu menghampiri Celina, memeluk pinggang ramping istrinya dengan mesra."Lalu resepsi pernikahan kita ini kau anggap tidak penting?" cecar Celina.Marcel terkekeh pelan. Di belainya wajah cantik Celina dengan lembut. Dalam hatinya ia me
Read more

Bab 18

"Ma-mas Marcel mau apa?" tanya Raya dengan wajah panik.'Mas Marcel?' Seulas senyum terukir di wajah Marcel mendengar panggilan tersebut."Sssttt--tenanglah.""Menjauhlah! Jangan menyentuhku!" ketus Raya, seraya menatap tajam ke arah Marcel yang sedang menatap ke arahnya."Aku suamimu, sayang. Aku hanya ingin membuatmu hangat agar kau bisa beristirahat," ucap Marcel dengan lembut.'Suami? Sayang?'Marcel menyisir rambut Raya. Merapikan anak rambut yang berantakan di wajahnya."Aku bisa beristirahat sendiri," ujar Raya."Tenanglah. Aku tidak akan menyentuhmu," bisik Marcel.Tubuh Raya menegang, darahnya berdesir, jatungnya seolah berhenti berdetak tatkala Marcel menelusupkan tangannya ke bawah baju, mengusap perutnya yang masih rata dengan lembut."Tidak menyentuh? Lalu apa ini?" protes Raya.Marcel terkekeh pelan. Pria itu kemudian mencium kening Raya sekilas."Apa dia baik-baik saja?" tanya Marcel dengan lembut.Raya menelan ludahnya kasar, lantas mengangguk pelan, tanpa berani memb
Read more

Bab 19

"Kenapa sudah longgar begini?" pikir Marcel.Marcel tentu terkejut mendapati milik Celina yang sudah longgar, seperti sudah sering di pakai keluar masuk.Berbeda jauh dengan milik Raya.Marcel masih ingat jika malam itu ia harus bekerja ekstra keras untuk dapat membobol gawang wanita itu. Bahkan dirinya harus bertindak kasar untuk dapat mencapai keinginannya."Sayang, ada apa?" tanya Celina dengan lembut, wajah wanita itu terlihat cemas.Marcel menggeleng samar. Ia tidak pernah meniduri wanita lain selain Raya, dan sekarang Celina. Tapi ia bukan lelaki bodoh yang tidak bisa membedakan mana yang masih terjaga mana yang sudah terlepas.Pria itu ragu hendak mengambil keputusan. Sudah terlanjur masuk, mau di cabut lagi--tanggung. Mau lanjut di goyang--takut kecewa.Tapi Celina terus menggoyang-goyangkan pinggulnya di bawah sana dengan gerakan erotis, menghadirkan sensasi rasa yang menggugah hasrat kelakiannya."Sayang," panggil Celina dengan suara mendesah, membuat Marcel menatap ke arah
Read more

Bab 20

Wanita itu memakai kemeja putih miliknya, tanpa bawahan. Terlihat kebesaran tapi juga terlihat seksi.Begitu juga dengan kakinya yang ramping, terlihat sangat seksi. Rambut panjang yang di cepol ke atas sembarangan, meski berantakan namun justru terlihat indah.Leher jenjang itu ... terlihat begitu menggoda di mata Marcel.Tanpa bersuara, Marcel terus mendekat hingga berdiri tepat di belakangnya, begitu dekat.Rupanya wanita muda itu sedang mencuci tangannya. "Raya."Wanita itu berjengit kaget. Begitu menoleh ia mendapati wajah Marcel yang begitu dekat dengan wajahnya-- nyaris bersentuhan."Mas Marcel," cicit Raya dengan jantung berdebar.Bahkan hembusan nafas hangat Marcel menerpa wajahnya.Raya buru-buru memalingkan wajahnya, namun ia kembali terkejut saat mendapati kedua tangannya sudah di pegang oleh Marcel.Pria itu melanjutkan mencuci kedua tangannya dengan lembut, bahkan sampai mengusap satu persatu jari-jarinya yang lentik, sampai selesai.Marcel meraih handuk di atas lemari
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status