All Chapters of Rencana Rahasia Para Ipar Serakah: Chapter 41 - Chapter 50

106 Chapters

Bab 41

Sepanjang hari ini, pikiran Nauna masih dipenuhi pertanyaan tentang laki-laki bernama Jeremy yang dia dengar dari pembicaraan Rudy dan Lusi semalam. Dia ingin membicarakan soal ini dengan Dinara, tapi perempuan itu belum bisa dihubungi sejak pagi. Teleponnya tidak diangkat dan pesannya tidak dibaca. Sepertinya, Dinara sangat sibuk hari ini. Nauna merasa sungkan dan tidak ingin mengganggu. Jadi, dia memutuskan akan menunggu sampai sepupunya itu tidak sibuk dan membalas pesannya. Namun, sampai malam menjelang, dia belum juga mendapat balasan dari Dinara. Bahkan, pesannya belum terbaca sama sekali. Dia menjadi sedikit khawatir, tapi berusaha mengenyahkan pikiran negatif. Jam menunjukkan pukul tujuh malam ketika pintu kamarnya digedor dengan keras. Nauna tersentak dan bergegas membuka pintu. Ekspresi muram Tari dan Tika seketika menyambutnya. “Kamu belum menghidangkan makan malam, hah?” Tari bertanya dengan kesal. Pada saat ini, Nauna baru ingat bahwa dia memang belum menghidangkan m
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more

Bab 42

Dering panggilan masih terdengar. Nauna melirik Dean dan ponselnya bergantian. Dia tidak bisa leluasa berbicara dengan Dinara jika suaminya tetap ada di sini. Dia berharap Dean segera beranjak dan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu, tapi laki-laki ini sama sekali tidak pergi, alih-alih menatapnya dengan kening berkerut. Barusan, Nauna mengatakan akan mengangkat telepon, tapi dia malah terdiam dengan ekspresi bingung di wajahnya. Dean menjadi penasaran dan bertanya padanya, “Kenapa nggak diangkat?”“Ah, iya.” Nauna tidak punya pilihan lain. Dia tidak mungkin menyuruh Dean pergi. Jadi, dia segera menjawab panggilan dari Dinara dan meletakkan ponsel di telinga. “Assalamu'alaikum, Kak.” “Wa'alaikumsalam, Nau. Maaf, baru sempat menghubungimu. Aku sibuk sekali hari ini. Seharian harus mengurusi masalah klien dan sekarang Alina masuk rumah sakit.” Suara Dinara terdengar parau.Nauna membelalakkan mata dan segera bertanya dengan cemas, “Alina masuk rumah sakit? Bagaimana keadaannya? Apa
last updateLast Updated : 2023-04-05
Read more

Bab 43

Seharusnya, ucapan Tari dan Tika hanyalah angin lalu. Akan tetapi, perihal hamil adalah sesuatu yang sensitif bagi perempuan yang sudah menikah. Nauna tidak bisa menipu dirinya sendiri, dia merasa sedih dan sakit hati karenanya. Dia sudah mencoba melupakannya, tapi saat tiba di rumah sakit, dia memikirkannya lagi. Terlebih saat melewati ruangan dokter spesialis kandungan. Dia melirik ragu ke arah Dean yang berjalan di sampingnya. “Mas—” Nauna memanggil, tapi kalimat yang ingin dia ucapkan tertahan di tenggorokan. Dean menoleh dan segera menyadari ekspresi suram di wajah Nauna. Dia mengerutkan kening dan bertanya dengan hati-hati, “Ada apa, Nau?”Nauna merasa tidak bisa menyampaikan apa yang ingin dia katakan sekarang, jadi dia memutuskan untuk menyimpannya dan menggantinya dengan kata-kata yang lain, “Itu ruangannya.”Dia menunjuk sebuah ruangan yang berjarak beberapa meter di depan sana. Itu adalah ruang rawat Alina. Dinara sudah menginformasikan padanya sebelum dia dan Dean berang
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

Bab 44

Alih-alih menjawab pertanyaan Dean, Jeremy justru menanyakan hal yang sama padanya, "Apa yang kamu lakukan di sini?"Dean tersenyum canggung dan segera menjawab, "Keponakan istri saya dirawat di sini, kami datang untuk menjenguk.""Kamu datang bersama istrimu?" Jeremy bertanya. Tatapan matanya menjadi lebih tajam dari sebelumnya. Dean pikir, Jeremy tidak senang karena dia pergi dari kantor saat jam makan siang. Jadi, dia segera berkata dengan sopan, "Maaf, Pak. Saya akan segera kembali ke kantor sebelum jam makan siang berakhir."Jeremy melirik jam tangannya sekilas, lalu berkata dengan tegas, "Ya, kembalilah sebelum jam makan siang berakhir atau kamu akan mendapatkan masalah!" Tatapan Jeremy begitu mengintimidasi. Dean merasa sangat tidak nyaman. Dia segera menunduk dan berkata, "Baik, Pak."Dering panggilan tiba-tiba terdengar di antara mereka. Jeremy menarik ponselnya keluar dari saku dan menatap layar yang menyala. Dia melirik Dean sekilas, lalu berbalik dan pergi tanpa mengatak
last updateLast Updated : 2023-04-09
Read more

Bab 45

Beberapa saat setelah Nauna dan Dean pergi, Alina terbangun. Dinara lekas menghampiri dan duduk di kursi sebelah ranjang. Dia menyambut puteri kecilnya dengan senyum dan usapan lembut di kepala. Sepasang mata Alina mencari-cari ke segala arah, lalu berhenti pada bingkisan buah di atas nakas. Dia melirik Dinara dan bertanya dengan suara serak, "Apa itu dari Papa?"Dinara menggeleng pelan dan berkata dengan jujur, "Itu dari Tante Nauna dan Om Dean. Mereka datang menjengukmu, tapi sekarang sudah pulang."Alina tidak begitu mengingat nama-nama yang disebutkan Dinara. Dia hanya bergumam pelan dengan raut wajah yang begitu kecewa. Dinara tahu apa yang gadis kecilnya pikirkan. Dia mengenggam tangan kecil itu dan berkata dengan lembut, "Papa akan segera datang.""Kapan?" Alina menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Sebentar lagi."Sejak Alina demam tinggi dan dibawa ke rumah sakit semalam, dia terus menanyakan keberadaan Papanya. Jawaban Dinara selalu sama; Papa akan segera datang. Walaupun
last updateLast Updated : 2023-04-10
Read more

Bab 46

Dinara ingin bertanya lebih jauh, tapi segera menyadari posisinya. Dia bukan lagi bagian dari hidup Jeremy, jadi tidak semestinya ingin tahu urusannya. Apapun yang dilakukan laki-laki ini, dia tidak harus tahu. Pada akhirnya, Dinara tidak berkomentar apa-apa lagi. Dia memilih diam, sambil memandangi Alina yang tertidur. Keheningan yang kembali melanda membuat Jeremy menghembuskan napas perlahan. Dia ikut memandangi Alina, lalu berkata dengan lirih, "Ibu ingin bertemu dengan kalian."Dinara sedikit tersentak. Dia tidak menyangka akan mendengar kata-kata ini setelah sekian lama berpisah. Tiga tahun berlalu, Ibu Jeremy tidak pernah menanyakan kabarnya dan juga Alina. Dia pikir, perempuan itu sudah lupa pada mereka. Dia sendiri juga tidak ingin menanyakan tentang mantan mertua yang telah banyak melukai hati. Setiap kali dia dan Jeremy bertemu, mereka tidak pernah membahasnya. Sekarang, ketika mendengar bahwa Ibu Jeremy ingin bertemu dengan dirinya dan juga Alina, Dinara merasa sedikit
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

Bab 47

Apapun bisa saja terjadi dalam waktu tiga hari. Jeremy telah memegang semua surat-surat penting dan juga sertifikat rumah ini. Entah dengan cara apa dia akan mendapatkan tanda tangan Dean. Nauna merasa pusing memikirkannya. Dia ingin membicarakan hal ini dengan Dinara, tapi segera mengurungkan niat. Sepupunya itu pasti masih di rumah sakit, dia tidak tega jika harus mengganggunya selarut ini. Lagipula, Dinara juga tidak bisa langsung membantunya. Kecuali dia tahu identitas Jeremy, tapi dia tidak punya petunjuk apa-apa. Rudy telah menutup rapat dan tidak mau membocorkan sedikitpun tentang siapa laki-laki itu sebenarnya. Pada akhirnya, Nauna tidak bisa tidur sepanjang malam. Ketika hendak beranjak setelah menunaikan sholat subuh, dia merasa dunia berputar dan kakinya melayang. Dia terhuyung dan jatuh terduduk di atas lantai. “Nau, kamu kenapa?” Dean bertanya dengan cemas. Dia baru saja melipat sajadah saat melihat Nauna tehuyung dan terjatuh. “Kamu sakit?”Dean segera menghampirinya
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Bab 48

Setelah mendengar apa yang dikatakan Rudy, Nauna merasa ini adalah kesempatan baginya untuk mengetahui siapa Jeremy. Tidak butuh waktu lama untuk memutuskan, dia akan membuntuti iparnya itu nanti. Pada saat ini, Dean masuk ke kamar dengan membawa dua mangkuk bubur. Nauna segera melepas handsfree dan menyambutnya dengan senyuman. “Mbak Lusi dan yang lainnya belum masak. Jadi, aku beli bubur. Nggak apa-apa, ya?” Dean berkata sambil duduk di tepi ranjang dan menyerahkan satu mangkuk bubur pada Nauna. Ketika pergi ke dapur beberapa saat lalu, Dean tidak mendapati seorangpun di sana. Tidak ada yang memasak, meja makan juga masih kosong. Sepertinya, para iparnya belum keluar dari kamar. Dean tidak bisa menunggu. Jadi, dia mengambil motor dan pergi ke luar. Ada yang menjual bubur di persimpangan, tak jauh dari rumah. Dia membeli dua porsi untuk sarapan bersama Nauna. “Tumben mereka belum masak, biasanya sudah ada makanan di meja makan jam segini.” Dean kembali berkata. Dia terlihat sedi
last updateLast Updated : 2023-04-14
Read more

Bab 49

Nauna benar-benar tak habis pikir. Dia hanya diberi waktu sepuluh menit untuk pergi membeli sarapan. Jika terlambat, dia akan mendapat hukuman dari para iparnya. Entah hukuman seperti apa yang telah mereka siapkan untuknya. Apapun itu, dia pasti akan sangat dirugikan. Jadi, dia tidak bisa membantah dan terpaksa menurut. Ada penjual bubur di persimpangan yang tidak jauh dari rumah. Itu adalah tempat di mana Dean membeli bubur ayam untuknya tadi. Nauna pernah datang ke sana. Jadi, dia tahu, ada bubur sumsum juga di sana. Akan tetapi, dia tidak tahu di mana tempat terdekat untuk membeli lontong sayur. Seingatnya, tidak ada yang menjual makanan itu di dekat sini. Mungkin, dia harus pergi lebih jauh untuk mendapatkannya. Nauna menahan kepalanya yang masih agak berat. Jika berjalan perlahan, sepuluh menit tidak akan cukup, jadi dia memaksakan kakinya untuk melangkah lebar-lebar. Tidak lama setelah melewati pintu gerbang, seseorang menghentikan motor di depannya. Nauna mengerutkan alis
last updateLast Updated : 2023-04-15
Read more

Bab 50

Nauna menautkan alis. Dia tidak menyangka, Tika akan melarangnya pergi secara spontan. Padahal, dia sudah memberikan alasan yang masuk akal. Apakah mereka masih mencurigainya? “Aku nggak boleh pergi?” Dia mencoba bertanya dengan sopan. Tika mendelik ke arahnya dan berkata dengan ketus, “Cuci pakaian dulu, baru pergi belanja!” Nauna merasa gerah melihat tingkah perempuan ini, tapi tidak boleh memperlihatkan ekspresi kesal di wajahnya. Jadi, dia menarik napas panjang dan memaksakan seulas senyum. “Hampir nggak ada apa-apa di kulkas. Bagaimana kalau anak-anak ingin makan camilan atau minum jus buah sepulang sekolah? Mereka pasti akan kecewa melihat kulkas kosong.” Dia berkata dengan tenang. Tika terdiam. Dia tampaknya sedang berpikir. Sementara Tari berdecak dan berkata dengan acuh tak acuh, “Ya, ya! Pergilah untuk belanja!” Mendengar ini, Tika tidak setuju. “Dia bisa pergi belanja setelah mencuci pakaian. Nggak harus pergi sekarang, kan?” Tari bersedekap dan menjawab dengan santai
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status