Semua Bab BALADA SANG MANDARA: Bab 31 - Bab 40

78 Bab

PERTARUNGAN DUA PANGERAN

"Mandara, aku tanya padamu sekali lagi," Raut wajah tampan Pangeran Sofraz terlihat sangat dingin. "Apa yang kau lakukan dengan manusia itu disini?"Tirza menarik tangannya dari bahu Pangeran Gag dengan sekali sentakan. Lekas berbalik lurus menatap junjungannya dengan ekspresi ingin menjelaskan. "Aku bisa menjelaskannya Pangeran.""Kau mengobatinya. " Rasa panas terasa membakar dada putera raja Sofraz itu. Melihat Pangeran Gag menyentuh tangan Tirza tadi membuatnya ingin langsung menghajar pangeran ceriwis itu tanpa ampun."Aku...""Kau rupanya bersahabat dengan dirinya Putri Tirza. Jika tidak, bagaimana mungkin seorang pangeran negeri Gag bisa bertemu dirimu disini?" Nilam melihat kesempatan yang baik untuk menuangkan minyak kedalam api."Tidak seperti itu." Tirza menoleh khawatir pada Nava Satra yang memandangnya dengan tatapan yang penuh sorot ketidaksukaan. "Begini, aku tanpa sengaja melukainya karna mengira Pangeran Gag adalah hewan buruan..." Tirza belum selesai bicara ketika di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

MENYUSAHKAN

Malam itu di gedung divana sedang berkumpul para pemuda-pemuda bangsawan maupun putra para pemuka Sofraz. Mereka sama-sama berlatih, bertarung di ruang pelatihan dan kemudian melakukan acara minum bersama. Acara khusus pemuda itu tampak ramai dan seru. Mereka bersenda gurau dan membicarakan banyak hal. Pertemuan ini memang selalu dilakukan pada malam setelah perburuan. Davar Antara ada diantara mereka. Chandra Rafgarmalda, Putra salah satu panglima Sofraz pun hadir pula, Mereka berpesta dengan daging-daging buruan terbaik mereka .Keseluruhan para putra-putra bangsawan memang ikut berburu siang tadi. Davar Antara yang asyik bergurau tiba-tiba menyadari kalau Pangeran Sofraz tidak terlihat usai acara minum anggur tadi. Pemuda itu kemudian melangkah ke teras samping. Dia sedikit mengernyit ketika melihat Angin sedang berdiri di dekat pilar, menyesap anggurnya dalam kesendirian. "Pangeran sepertinya senang sendiri malam ini." tegur Davar Antara. Kakak Tirza Antara yang bermata emas itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

PENGUTUSAN

Raja Sofraz memandangi lembaran emas berisikan laporan dari Sofraz Timur itu beberapa lama. Itu adalah laporan yang dibawa oleh salah satu utusan Panglima Timur. Dia berpaling memandang seluruh pemuka kerajaan yang duduk berjejer vertikal disamping kiri kanan singgasananya."Kita tentu telah tahu bersama bahwa Sofraz Timur saat ini sedang resah." ucap Raja membuka suara. Lelaki bermata zaitun itu memandang satu persatu petingginya. "Ada makhluk aneh dari hutan Pavadan yang mengusik rakyat timur, sehingga Panglima Timur sampai memohon bantuan."Salah satu pemuka Istana yang telah berusia lanjut menghatur hormat pertanda ingin bicara. Ketika Raja mempersilakan, dia pun membuka suara. Dia adalah Prizan Adhala, salah satu penasihat yang dituakan di Sofraz."Yang Mulia, kita semua sama tahu kalau Panglima Timur tidak akan memohon bantuan kalau tidak benar-benar darurat. Hamba rasa ini persoalan yang serius, dan jika Sofraz sentral mengirimkan bantuan, maka orang yang dikirimkan harus ben
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

SOFRAZ TIMUR

Tirza Antara tersentak, tangannya refleks mendorong dada sang pangeran. Pangeran Sofraz yang juga menyadari kekhilafannya bergerak melepaskan ciumannya, hanya tangannya yang masih memeluk pinggang sang mandara, menatapnya dibawah keremangan cahaya, menyaksikan sepasang matanya yang biru bak bersinar dalam keterkejutannya. Bahkan membuka bibirnya Tirza Antara tak sanggup lagi. Dia masih terlampau kaget dengan hal yang terjadi beberapa detik yang lalu. Tangan Angin Nava Satra yang melingkar di pinggangnya, wajah pemuda itu masih sangat dekat diwajahnya sehingga mereka dapat merasakan hembusan nafas masing-masing yang terasa begitu hangat.Pelan, Pangeran Sofraz melepaskan tangannya. Membiarkan Tirza yang masih tertegun tak menyangka."Maaf," bisiknya pelan. Tirza terkesima. Tanpa mengatakan apapun dia berlari meninggalkan sang pangeran dan melupakan segala macam protokol. Seluruh keseimbangan jiwanya terasa kacau. Pangeran Nava Satra memandang punggung gadis itu dengan berbagai pera
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

PERMOHONAN MAAF

Tirza Antara baru saja usai membersihkan diri malam itu, dan bermaksud beristrahat sampai matahari terbit dimana besok dia akan menuju hutan pavadan. Namun pintu kamar yang ditempatinya di Istana Sofraz Timur itu mendadak diketuk dari luar. Ketukan itu halus dan terdengar sedikit ragu-ragu. Gadis itu merapatkan pakaian tidurnya yang berubah gaun ringan berwarna putih, lalu mengambil mantel dan membungkusnya. Rambutnya tergerai lurus membingkai wajahnya yang tampak segar. Setelah merasa penampilannya tidak terlalu memalukan, Tirza Antara pun membuka pintu kamarnya. Bayangan yang singgah di netranya adalah sosok Pangeran Nava Satra dalam balutan pakaian malamnya, tersenyum pada Tirza."Pangeran?" Tirza mengerutkan keningnya. Dia melangkah keluar dan menutup pintu, "Ada apa Pangeran kesini?" tanya Tirza. Dia tidak berani menatap wajah junjungannya itu berlama-lama. Kilasan kejadian dimana sang pangeran menciumnya terus berputar-putar dalam benaknya, membuat mandara pangeran Sofraz itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

HUTAN PAVADAN

Tiga sosok tubuh itu melompat turun dari difra masing-masing, memandangi pohon-pohon yang tumbuh lurus berjejer serupa pagar. Jenis pohon itu adalah pohon sejenis pinus, namun memiliki batang sebesar beringin, Sementara tampaklah aliran sungai berarus deras yang memisahkan ketiga sosok itu dengan gerbang hutan pavadan yang terdiri dari pepohohan yang berjejer itu."Hamba akan masuk ke dalam," ucap Tirza pula dengan ekspresi tenang."Pangeran bisa mengawasi dari udara. Hamba akan memberikan tanda dan mengirimkan acazana jika hamba sudah menemukan makhluk itu."Pangeran Sofraz tak menyahut apapun. Dia terus-terusan diam.Hanya pandangannya yang terus tertuju pada sang mandara.Tirza Antara membungkuk pada sepasang tunangan didepannya, hanya dengan melakukan dua kali lompatan menjejak air, gadis itu sudah sampai di seberang. Dia menoleh untuk penghabisannya pada Pangeran Sofraz dan sesaat kemudian tubuhnya menelusup dicelah-celah pohon dengan kecepatan angin.Bila sosok Tirza Antara tel
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

BERLIAN DALAM LINGKARAN

Warna tembaga menguar dari sosok perempuan berpakaian putih zamrud itu. Sementara Tirza masih berdiri diam di tempatnya, matanya terus mengkaji situasi. "Gadis kecil, apa permohonan terakhirmu?"Tirza Antara menyipitkan matanya. "Kau bahkan belum bisa menyentuhku." ejeknya pula. Perempuan itu tersenyum merendahkan. Tirza Antara belum sempat berkedip ketika sambaran tangan perempuan itu telah mengejar wajahnya. Tangan kiri dan kanan lawan membuat gerakan merobek. Yang harus Tirza akui dari wanita asing itu adalah gerakannya yang secepat kilat. Cepat dan mematikan. Putri Antara Dafruz itu membuang kepalanya ke belakang dengan posisi wajah menghadap langit sehingga sapuan maut sang lawan lewat tepat didepan wajahnya. Perempuan itu menyeringai, kembali melancarkan serangan ganasnya yang cepat usai menarik pulang tangannya. Kali ini dia membuat gerakan mematuk dengan tangannya, mengincar titik titik kematian di tubuh dan kepala Tirza. Mandara Pangeran Sofraz itu terus menghindar pada juru
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

MANDARA

Tirza terbangun ketika rasa muntah naik memenuhi kerongkongannya. Dia lantas terduduk dan memuntahkan cairan kehijauan dari dalam tubuhnya. Gadis itu berusaha memandang untuk menguji fungsi matanya. Segala sesuatu tampak berangsur jelas kini. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Gadis itu tahu dirinya masih berada dalam goa. Tapi ini bukan bagian yang sama dimana dia bertarung melawan sang wanita dan ularnya. Tubuhnya terbaring diatas tumpukan lumut lembut berwarna hijau muda, yang membungkus sebuah batu pipih.Tirza berpaling saat mendengar suara desisan yang tidak asing. Dia lantas bergerak waspada tatkala melihat Nahama, si nalus raksasa itu bergelung didekat pintu ruangan goa itu, seolah menjaga agar dirinya tidak kabur. Binatang itu tampak tenang dan terlihat tidak berniat menyerangnya. Mandara Pangeran Angin Nava Satra berusaha menggerakkan kakinya, namun dia harus terkesiap menyadari sepasang kakinya itu tidak mau menuruti perintah otaknya. Tidak mau bergerak."Perempuan itu men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

CERITA SANG MANDARA

Nilam Rencana mengerutkan kening melihat Pangeran Angin Nava Satra membawa difranya turun lebih rendah ke dalam hutan. Gadis itu segera bersuara. "Kau tidak berniat untuk masuk ke dalam kan?""Lalu membiarkan mandaraku menghadapi ini sendirian?" Angin Nava Satra melirik tajam pada tunangannya, lalu mengarahkan difranya untuk mendarat di kawasan hutan yang sedikit pepohonan. Nilam Rencana menekan emosinya dalam-dalam dan turut mendarat disamping tunggangan Angin Nava Satra. Pemuda berwajah menawan itu turun dari difranya dan memandang sekeliling. Kabut sudah hilang. Dan sang pangeran mulai bisa mendeteksi arah keberadaan Tirza Antara."Kau dimana?" Pangeran Sofraz mengirimkan acazana kepada mandaranya, lewat pikiran. Namun tidak ada jawaban apapun. Sepi. Pemuda itu melangkah menuju arah yang diyakininya. Hutan itu untungnya tidak dipenuhi semak belukar, hanya pohon-pohon besar bertajuk lebat dimana-dimana. Mereka melangkah diatas daun-daunan yang membusuk dan lumut yang tercipta karn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya

MANIPULASI SANG MANDARA

"Kamu pasti berpikir aku demikian kejam, bukan? Ah, tidak. Kamu pasti mengerti. Lebih dari mengerti. Kau sudah melihat bukan? Apa yang aku alami mungkin akan terjadi padamu suatu saat nanti. Itu mengerikan, Tirza Antara. Sangat mengerikan. Maka sebelum itu terjadi, mengapa tidak kau habisi saja calon rajamu itu? Pokok persoalannya adalah dia. Bunuh dia dan kau akan terbebas dari beban ini. Kau dengar aku Tirza? Jangan berharap dia akan membelamu di masa depan. Karna tahta dan kerajaan akan selalu menjadi nomor satu baginya kelak. Ya, seperti Vraz Praherin kakek moyangnya itu. Kau dengar aku, Tirza? Bangun dan bunuh Pangeran Sofraz!"Sepasang mata Tirza yang terpejam mendadak terbuka. Matanya bersinar lebih terang. Mata itu membawa jejak kebencian mendalam dan begitu banyak kekecewaan. Ketika dia pelan-pelan bangkit, tampaklah kabut biru gelap disekujur tubuhnya. Keseluruhan sosoknya membawa aura membunuh yang hebat."Bagus, Anakku. Sekarang lakukan apa yang harus kau lakukan!"***"T
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status