Semua Bab BALADA SANG MANDARA: Bab 21 - Bab 30

78 Bab

KETAHUAN

Ketika Saron dan Riana berangkat ke sekolah dengan Sapphire, mereka menyadari bahwa gadis itu lebih banyak diam. Sepanjang perjalanan dalam mobil tak ada suara yang keluar dari bibir mungil gadis cantik itu. Dia duduk dengan tenang di kursi belakang, menatap ke arah jalanan dengan pandangan yang sulit diartikan.Mobil mereka mulai memasuki kawasan parkiran Persada Bangsa, dan Sapphire turun dengan bungkam. Saron dan Riana cepat melangkah di belakangnya. Sapphire berhenti didepan sebuah kelas. Matanya yang dilapisi softlens hitam memandang ke dalam kelas itu lurus-lurus. Dia bahkan melangkah masuk dan mengedarkan pandangan tajam ke seisi kelas. Beberapa siswa yang sedang bermain-main menghentikan kegiatan mereka dan memandang ke arah ke tiga perempuan yang seharusnya tidak berada disana."Sapphire, mengapa berhenti disini?" tanya Saron heran. Dia dapat merasakan pandangan segan penghuni kelas itu pada Sapphire. Sementara Riana yang jeli memilih diam sembari mengamati ekspresi Sapphire
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

KOMPENSASI HARGA DIRI

Kedua ajudan Sapphire sudah berdiri didekat meja Rose saat gadis itu kembali ke kelasnya. Riana memandangnya lamat-lamat kemudian mencoba tersenyum. "Rose, kau resmi dikeluarkan dari Poison sejak hari ini."Rose tak menyahut. Dia sudah mengira ini akan terjadi. Hatinya mengumpati kegagalannya yang tak dapat menjamah nilakandi hingga detik ini. Dia gagal.Saron memandang Rose penasaran, masalah apakah sebenarnya antara Ariza dan gadis ini? Namun gadis itu tahu batasannya. Bersama Riana, mereka pergi dari sana. Rose mengepalkan tangannya, bila dia menoleh ke jendela kaca kelas, tampak di suatu tempat sesosok pemuda berkacamata tegak menatapnya dengan raut datar. Dan dia semakin merasa bersalah.***Ariza melangkah memasuki kantin, dia memesan semangkuk soto sambil mengedarkan pandang mencari meja yang masih kosong. Satu meja di sudut terlihat masih cukup kosong, karna disana hanya ada Bayu yang duduk. Gadis itu melangkah tanpa ragu, mengambil tempat didepan Bayu, dan mengulas senyum
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

INSIDEN

Hal yang tidak pernah Zeilo pikirkan adalah ketika dia harus terlempar kesamping tatkala dia hampir saja mencium Ariza. Ariza yang refleks bergerak mundur mengerutkan keningnya sekilas dan mengangkat kepala memandang ke depan. Sepasang matanya memandang bingunwg. Bayu sudah berdiri disana, menatap tajam ke arah Zeilo dengan rahang mengeras. Ikatannya sudah terlepas dan Jeri sudah meringkuk kesakitan dengan pisau yang terlempar jauh."Bagaimana bisa Bayu bergerak cepat dan melumpuhkan mereka?" Ariza semakin heran. Dia ingat bahwa Bayu bahkan tidak berdaya menghadapi Trio Bandit yang membulinya habis-habisan di masa lalu. Selagi Ariza masih terpaku, Zeilo sudah bangkit berdiri sambil meringis. "Bangsat!" Makinya pada Bayu. Dia bergerak menerjang melancarkan jurus karate selama ini yang telah dia pelajari. Siapapun yang melihat setiap gerakan Zeilo menyadari betapa terlatihnya dia. Namun ternyata Bayu dapat mengimbangi dengan mudah, bahkan sempat menyusupkan satu tonjokan di rahangnya se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

MENGENAI DIMENSI

Ruangan yang didominasi warna merah tua itu nampak hening. Ada tiga orang sebenarnya yang duduk disana. Tapi rupanya mereka masih enggan bicara. Lelaki pertama adalah seseorang berusia 40 an tahun, berkacamata dan berwajah bersih. Orang kedua dan ketiga adalah dua orang muda mudi yang sama-sama bermata cokelat terang."Apa yang sudah kalian lakukan?" Lelaki itu menarik nafas panjang. "Kalian membiarkannya melakukan hal gila seperti itu?""Dia berkata ingin mengikuti permainan ini, Paman. Kami sebenarnya ingin ikut bersamanya, namun dia melarang kami." jawab sang pemuda, Chandra."Keselamatan Yang Mulia adalah yang utama, Chandra. Jangan sampai karna satu kelalaian, kita kehilangan Raja.""Kami tidak berdaya, Paman. Waktu itu kami bilang akan menguntitnya, namun dia menolak."Lelaki yang dipanggil paman itu terdiam beberapa lama. "Dia pasti merencanakan sesuatu. Tugas kalian adalah menjaganya, menggantikan tugas dari pelindung yang terbuang itu. Awasi terus dirinya meski hanya dari ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

KARNA TIDAK ADA YANG ABADI

"Akan sulit jika aku menjelaskan padamu mengenai dimensi secara detail karna pola pikir manusia pada hakikatnya sederhana, dan akan sulit percaya pada sesuatu yang tak terlihat. Padahal, mata adalah indra yang terbatas." jelas Chandra pula. Daniah mengangguk-anggukkan kepalanya. "Menarik, tapi mengapa kau tidak menjelaskannya lebih jauh?""Dengan otakmu yang tak seberapa itu?" Chandra mengetuk kening Daniah sambil tersenyum. "Dimensi ke lima dan keatas terlalu sulit untuk dijelaskan. Kau harus berpikir lebih keras untuk sekedar memahaminya."Daniah merengut. "Apakah kau akan percaya kalau nun ditempat yang tidak pernah kau bayangkan, tidak dapat kau lihat, ada sebuah kehidupan yang sungguh-sungguh berbeda dengan dunia yang kita tinggali ini? Adanya makhluk-makhluk dan manusia lain yang rupanya berbeda?" Chandra menatap langit. Daniah menggeleng. "Seperti apa, semacam elf?"Chandra mengangkat bahu. "Indah untuk didefinisikan."Daniah menatap Chandra menyelidik. "Kau bicara seperti su
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

SEPENGGAL CERITA MASA LALU

Cermin besar dalam kamar Sapphire itu membiaskan bayangan gadis itu yang duduk menatap kesana. Jangan salah, itu masih Ariza. Gadis itu memakai kalung bermata biru safir itu di lehernya. Kalung itu memancarkan cahaya biru sesaat kemudian meredup. Ariza melepaskan softlens dimatanya. Menampilkan iris biru yang terang bagai samudra. Pelan, dia beralih ke mata lainnya, melepas softlens yang tersisa dengan hati-hati dan membuangnya ke tempat sampah. Ya, dia tidak akan memakai sepasang softlens lebih dari satu kali. Ariza kembali menoleh pada cermin, meraih sisir dan berniat menyisir. Namun gerak tangannya terhenti. Ariza mengerjabkan matanya berulangkali, dan mendekatkan wajahnya ke cermin.Dia melihat keanehan. Keanehan yang membuatnya tampak benar-benar seperti monster. Separuh iris mata kanannya yang seharusnya hitam kecoklatan, kini tampak separuh kebiruan. Deru nafas Ariza menggebu karna kaget. "Sapphire... Sapphire..." Bibirnya bergetar menyebut nama itu. "Kau dimana?"Bahu Ariza m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

HUKUMAN PARA PUTRI

Hy guys! Makasih sudah membaca sampai bab ini, jadi mungkin untuk beberapa bab selanjutnya aku akan flashback lengkap kisah Tirza dengan settingan di Sofraz. Selamat membaca ya!***Tirza Antara memandangi dirinya sendiri dalam cermin. Dia mengenakan gaun berwarna biru berkilauan yang cantik. Selama ini sangat jarang gadis itu mengenakan gaun istana karna dirinya lebih sering berada di lapangan, berlatih layaknya seorang satria, sehingga bila dia menyaksikan penampilannya dia agak merasa aneh. Para faidara menjalin rambutnya dengan jalinan cantik, dengan hiasan batu permata safir dirambutnya. "Anda sangat cantik, Firi." ungkap salah satu faidara yang meriasnya sambil tersenyum. "Bahkan Putri Nilam Rencana kalah dengan keindahan pesona Anda." sambungnya. Tirza Antara tersenyum lembut, "Jangan terlampau memujiku. Nilam Rencana sangat cantik, bagaimana mungkin aku dapat menyainginya?""Kami bicara kenyataan, Firi." Ucap Faidara yang disebelah kanan. "Anda jauh lebih cocok menjadi perma
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

ELEGI BERLIAN DALAM LINGKARAN

Putri Tirza Antara kembali ke gedung keluarganya dengan menyelinap keluar dari pesta. Dia merasa kedinginan dan lekas mengganti bajunya dengan gaun yang lebih simpel. Beberapa faidara kepanglimaan membantu menata rambutnya lagi. Mahkota putri yang anggun dengan permata safir bertengger dikepalanya dengan anggun. Mahkota yang serupa dengan mahkota Nilam Rencana, hanya saja milik Nilam dihiasi permata zamrud yang berwarna hijau. Gadis itu berjalan kembali ke ruang pesta, seperti biasa menolak bantuan para faidara dan membawa lipatan jubah sang pangeran . Dia pertama-tama menuju gedung divana, bermaksud untuk menyerahkan jubah itu pada pelayan sang pangeran untuk dibersihkan. Namun tatkala dia melewati ruang latihan, dilihatnya Pangeran Sofraz sedang duduk mengusap pedang emasnya sambil tersenyum miring pada Tirza. Perasaan gadis itu mendadak tidak enak."Pangeran disini?""Aku bosan dengan keramaian dan ingin mencari sepi sejenak. Apa yang kau lakukan di gedungku, Mandara?""Aku ingi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

PERTUNANGAN

Apakah yang salah dari jatuh cinta? Banyak manusia merasa dirinya hanyalah korban dari takdir yang tidak pernah bertanggungjawab. Permainan takdir yang begitu seenaknya. Tidak ada satupun manusia dimuka bumi ini yang bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa dan kapan. Bahkan banyak yang tidak menyadarinya sampai mereka merasakan cemburu.Lalu diantara sekian banyak kasus jatuh cinta, Tirza merasa kalah dan perih pada saat bersamaan. Mengapa dia harus terlibat cinta yang terlarang? Gadis itu tidak menampik lagi tatkala dia duduk diatas batu di tepi air terjun, melihat sang pangeran yang sedang berlatih kecepatan diatas air. Dia memang jatuh pada pesona calon rajanya sendiri. Gadis itu menghela nafas berat, melirik pedang mandara safirnya yang menguatkan eksistensinya sebagai pelindung pangeran Nava Satra. Tidak ada celah untuk mencintai. Karna efek perasaan itu akan berpengaruh pada banyak aspek. Angin Nava Satra memang berjodoh dengan Nilam Rencana, dan dia seharusnya tidak mengaca
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya

PERBURUAN

Istana mengadakan pertandingan berburu setiap satu musim sekali. Hari itu adalah hari pertama pertandingan berburu diadakan. Pertandingan itu boleh diikuti oleh semua kalangan. Baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata. Tirza Antara seperti biasa mengikuti pertandingan itu. Kali ini gadis itu memilih memakai pakaian silver dan membuang imagenya yang selalu lekat dengan warna biru. Rambutnya dikuncir ke atas, dia duduk diatas batu diantara banyak pemburu lain yang menunggu pertandingan dimulai. Gadis itu mengenakan sarung tangan jari terbuka berwarna abu-abu miliknya, lantas memeriksa mata panah perak dalam tabung panahan yang ia bawa. Gadis itu melirik tatkala para pemburu membungkuk memberi penghormatan. Mandara pangeran Sofraz itu turut berdiri dan membungkuk. Yang datang adalah anggota kerajaan, Raja Sofraz, Sang Pangeran dan satu wanita diatas kuda yang tidak dilihat jelas oleh Tirza karna sosoknya terhalangi oleh sosok Raja Sofraz. Gadis itu memang bermaksud menga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status