All Chapters of Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku: Chapter 61 - Chapter 70

86 Chapters

61. Surat yang Manis

"Dear Lisa, Maaf untuk hari-hari sulit 6 bulan ini karena sikapku yang tak mengenakkan. Aku telah berubah menjadi monster yang gampang tersulut amarah dan mudah meledak. Aku hanya belum siap. Aku hanya butuh waktu. Beri aku kesempatan untuk mengenali diriku sendiri, untuk mengendalikan sikapku, dan membuka diri. Jangan pergi kemana-mana. Tetaplah duduk di taman bersama Milena saat aku pulang kantor. Tetaplah menyapaku di bawah matahari hangat itu ketika aku hendak berangkat ke kantor. Pikiranku memikirkan banyak hal. Dari masa lalu, saat ini, hingga yang belum terjadi. Aku hidup dalam kecemasan, ketakutan. Begitu penuh dan sesak isi kepalaku hingga kadang aku tak tahan dan meledak. Maaf. Percayalah, di antara sesaknya pikiranku, aku memikirkan kalian. Kamu dan Milena. Beri hatimu yang luas pintu maafnya ini untuk memberiku kesempatan bicara. Berdua saja. Malam, setelah Milena tidur. Aku ada di bangku taman tempatmu biasa duduk menimang Milena." -Mario-***Lisa mencoba menahan
last updateLast Updated : 2023-03-01
Read more

62. Saling Tunggu

Mario menatap jam tangannya dengan gelisah. Hari beranjak makin sore dan sudah seharusnya ia pulang. Kalau Lisa membaca suratnya, seharusnya Lisa akan menunggunya nanti malam setelah Milena tidur. Mario harap ia tidak terlambat pulang dan jalanan tidak macet agar bisa sampai rumah tepat waktu. Tapi ternyata meeting ini berjalan panjang. Timnya membawa isu penting perusahaan dan diskusi panjang untuk campaign perusahaan mereka bulan depan yang sudah harus segera disusun. Mario memang gila kerja semenjak Risa meninggal. Dia membunuh waktu dan hari-harinya di kantor agar tidak terlalu memikirkan semua masalah yang membuat dia trauma itu. Ia juga lebih suka terus bekerja di kantor dan pulang malam-malam agar tak sering melihat anak itu. Marsa alias Milena. Mungkin Mario sudah terlalu lelah untuk lari dan ia sadar tindakannya itu salah. Lalu ketika ia ingin mencoba memperbaiki semua dan bicara pada Lisa, pekerjaan kantor justru menghambatnya. Mario terlena oleh waktu. Apalagi timnya
last updateLast Updated : 2023-03-02
Read more

63. Ya, Aku Mau!

Mario yang sedang melamun langsung menoleh ke belakang. Wajahnya yang murung langsung berubah menjadi penuh senyum. Dilihatnya Lisa dengan gaun tidurnya yang berwarna putih itu berdiri di depan pintu dengan segelas air putih dingin di tangannya. "Kamu terbangun?" tanya Mario yang masih sambil terus menoleh. Tangannya yang satunya ia rentangkan di sandaran kursi taman itu. Lisa mengangguk dan berdehem dengan gugup. Awalnya ia ragu, apakah ia harus berbasa-basi saja lalu kembali ke kamar? Atau dia berjalan saja ke arah Mario lalu duduk di sampingnya? Tapi rupanya Lisa memilih opsi kedua. Ia berjalan ke arah taman dan Mario langsung dengan spontan menggeser duduknya agar Lisa bisa duduk di sampingnya dengan nyaman. Hening. Hanya suara air mancur dan angin malam yang bertiup pelan. Keduanya sama-sama bingung siapa yang harus duluan memulai bicara. Lisa bingung karena malu akibat teriakannya kemarin waktu mereka bertengkar. Sedangkan Mario terlalu gengsi untuk memulai. Tapi Mario
last updateLast Updated : 2023-03-03
Read more

64. Orchard Mall

Pagi itu Lisa sedang menyuapi Milena di taman depan saat dilihatnya Mario keluar dari pintu utama. Alisnya mengernyit. Kenapa jam segini Mario masih terlihat dengan baju santainya? Kenapa ia tak memakai baju kantor? Mario tersenyum ke arahnya seolah tahu apa yang ada di pikiran Lisa. "Aku cuti. Nggak ngantor hari ini," ucap Mario lalu ia berjalan mendekat ke arah Lisa dan Milena. Cuti? Ya ampun berbulan-bulan pria gila kerja itu ke kantor setiap hari, bahkan weekend. Dia sakit pun tetap nekat masuk dengan dalih sakit ringan saja. Apa yang terjadi padanya? Cuti? Mario menarik kursi satu lagi dan duduk di dekat mereka. Semenjak Lisa pindah ke rumah ini dan resmi mengurus Milena, baru kali ini Mario berjarak sedekat ini dengan mereka. Biasanya kalau Milena sakit atau ada dokter yang datang ke rumah, ia hanya akan berdiri di depan pintu. Hanya interaksi sekedar bertanya apa anak itu baik-baik saja lalu ia naik lagi ke kamarnya. Menyentuh pun tak pernah sama sekali. Lalu sekarang?
last updateLast Updated : 2023-03-05
Read more

65. Jarak yang Begitu Dekat

Daniel mengatur loadspeaker ponselnya menyala agar ia bisa mengangkat telepon sambil membuka lemari pakaiannya untuk mengambil baju. Maklum, setelah pemulihan patah tangan kirinya belum sempurna, ia cedera parah lagi karena jatuh. Dan cedera itu makin parah lagi ketika Daniel kabur dari rumah sakit setelah operasi karena mendengar Risa meninggal. Di makam itu, Mario memukulnya karena emosi. Ia kembali ke rumah sakit dengan kondisi kacau. Setelah itu tangannya yang dokter bilang bisa pulih lagi seperti semula, jadi mati sebelah, alias tidak bisa digerakkan lagi. Sekilas ia tampak normal saja, seolah-olah posturnya tetap tampan sempurna, punya dua tangan yang gagah. Tapi pada kenyataannya, hanya tangan kanan saja yang bisa ia gunakan dengan maksimal. Tangan kirinya hanya menjuntai seperti tulang tak berguna. Menyetir ia jelas tak bisa lagi. Bahkan untuk aktivitas sederhana macam mengangkat telepon sambil memilih-milih baju ia tak bisa. Makannya ponselnya ia geletakkan di meja semen
last updateLast Updated : 2023-03-06
Read more

66. Prioritas

Sang sopir melirik ke arah belakang dengan bingung. Tujuan sudah sampai, mesin mobil juga sudah dimatikan, tapi kenapa tuannya ini tidak segera turun? "Sebentar, Pak. Tahan. Tunggu," ucap Daniel dengan wajah tegang. Jantung Daniel langsung berdegup bertalu-talu. Tangannya langsung berkeringat dan mengepal. Pemandangan beberapa meter di depannya sungguh membuat ingatan yang ingin ia kubur dalam-dalam itu kembali lagi. Dilihatnya Mario sedang membuka bagasi belakang mobilnya dan mengambil stroller bayi yang terlipat itu lalu membukanya. Dan dari kursi penumpang, keluarlah seorang perempuan yang ia kenali sebagai adik Risa. Ya, ia ingat. Itu wanita yang sama yang ia ditemui di pemakaman. "Itu Lisa. Dan yang digendong berarti... Marsa. Anakku...," bisik Daniel dalam hati. Setelah cederanya divonis dengan berat tidak bisa pulih lagi, Daniel resign dari kantor dan menghilang. Mario mengira ia pengecut dan senang akan fakta itu. Padahal Daniel berobat. Orang tuanya memaksanya melarikan
last updateLast Updated : 2023-03-06
Read more

67. Takdir Temu

Daniel tentu tak mungkin bilang begitu di depan Pak Harjo. Soal ia yang punya anak dari hubungan gelapnya dengan Risa kan hanya ia dan Risa saja yang tahu. Orang tua dan keluarganya saja tak ada yang tahu. Daniel pikir begitu. Ia tak tahu saja, Mario dan Lisa sudah menguliti skandalnya dengan Risa yang menjijikkan itu. Bahkan mereka sudah membuat rencana agar ia tak bisa bertemu bayinya lagi. Daniel melirik ke luar kaca coffee shop yang sepi itu lalu tertawa. Dengan satu tangan, ia tampak agak kesulitan menyimpan surat yang berharga itu kembali ke dalam tasnya. Daniel lalu menggeleng pelan. "Nggak, Pak. Saya belum punya pasangan," ucapnya. Sungguh Daniel minder sekali dengan keadaannya sekarang. Ia menganggap dirinya cacat. Mana ada perempuan yang mau? Ada yang mau pun pasti mengincar hartanya saja. Daniel makin minder karena sekarang karier-nya juga belum naik-naik amat seperti dulu di kantor lama. Selain itu, hatinya masih terpaut pada Risa. Risa cinta terlarangnya yang member
last updateLast Updated : 2023-03-06
Read more

68. Sandiwara Nyata

Drttt! Drttt! Di depan eskalator naik itu Daniel merasakan ponselnya bergetar. Ada notifikasi pesan dari Pak Anto alias sopirnya. Ada dua foto yang dikirimnya. Semua foto Mario yang sedang memasukkan tas belanjaan dan aneka paper bag toko pakaian ke dalam bagasi mobilnya. [ "Yang cowok masukin belanjaan terus masuk mall lagi, Pak." ] Daniel mengernyitkan alisnya. Diamatinya sekilas dari foto yang dikirim Pak Anto itu. Tampak Mario memasukkan tas-tas belanjaan berlogo brand fashion wanita dan juga beberapa tas belanjaan yang sepertinya dari toko bayi. Oke, Daniel mengasumsikan Mario berarti sudah selesai berbelanja di lantai ini. Ia lalu melongok ke lantai atas. Sekilas dilihatnya di sana ada beberapa resto, toko, dan juga tempat lainnya yang entah apa itu. Masalahnya baru pertama kali ia datang ke mall ini. Ia tampak tahu secara detail apa yang ada di lantai 4. "Oke, mungkin habis naruh belanjaan, mereka makan di resto di lantai 4. Mungkin, kan?" Daniel bergumam dan tanpa piki
last updateLast Updated : 2023-03-07
Read more

69. Ini Anakku

Lisa tampak membeku. Ini situasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Beberapa minggu setelah mereka resmi menikah dan Milena resmi berganti nama, Mario sempat bilang kalau kabar terakhir dari Daniel yang ia dengar adalah pria itu pindah ke Singapura. Waktu itu, ada kelegaan tersendiri di dalam dada Lisa. Artinya perseteruan dan perebutan soal anak itu tak akan pernah terjadi. Ia pikir begitu. Ia pikir Daniel memutuskan untuk menjadi pengecut dan tidak berani mengakui hubungan terlarangnya dengan Lisa dan juga soal Marsa pada Mario. Sudah begitu saja. Ia pikir kisah itu selesai dan Mario tinggal mengobati rasa trauma dan juga memulihkan diri. Tapi ternyata tidak. Setengah tahun berlalu dan hal yang paling menakutkan ini terjadi di depan mata. "Ceritanya panjang, Daniel. Kamu kayaknya nggak punya banyak waktu untuk mendengar," ucap Mario lalu ia tertawa kecil. Daniel yang pucat tampak menyeka keringat di dahinya. Tentu dengan tangan kanannya, sehingga tas selempang berisi lap
last updateLast Updated : 2023-03-07
Read more

70. Anak Har...

"Ini anak Lisa. Namanya Milena. Dia hamil di luar nikah dan pacarnya kabur. Sekarang jadi anakku. Umurnya seusia Marsa. Ya, menurutmu Lisa dulu bisa jadi donor ASI karena apa? Ya karena di waktu yang sama dia sedang menyusui anaknya. Cantik, kan?" Mario tersenyum lalu tangannya merogoh kantong stroller di bagian bawah untuk mengambil susu. Milena rupanya bangun setelah Mario membuka penutup strollernya. Mungkin kaget. Padahal tadinya ia sedang tertidur lelap. Tapi hebatnya walau terbangun, anak itu tak menangis. Tangan Mario agak gemetar juga. Sudah lama ia tak menyodorkan botol minum ke arah bayi ini. Bibirnya tersenyum lega saat Milena melahap botol favoritnya dan mata beningnya kembali terpejam pelan-pelan. Daniel masih tercengang. Ia berusaha mencerna fakta barusan dengan kepala berdenyut-denyut. Oke, ini bukan Marsa. Ini Milena anak Lisa dengan pacarnya. Lalu kemana Marsa? "Marsa dimana?" tanya Daniel pelan. Matanya terus menatap Milena yang sedang minum susu dari botol itu
last updateLast Updated : 2023-03-07
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status