Home / Pernikahan / Dianggap Benalu Oleh Suamiku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Dianggap Benalu Oleh Suamiku: Chapter 91 - Chapter 100

103 Chapters

Si Pemain Hati

Mataku membelalak mengingat Rafni bahkan sudah mengetahui nama mantan istri Salman. Sebenarnya apa yang telah mereka bincangkan. Dan, apa yang Salman ceritakan mengenai mantan istrinya ini pada anak-anak."Tunggu!" Percuma saja aku berteriak, Salman sudah membanting keras pintu mobil, sementara Rafni sudah duduk anteng di sebelahnya. Putri sulungku itu melambaikan tangan padaku seraya tersenyum manis."Bye, bye, Ma." Sekilas aku berhasil membaca gerak bibirnya.Tanpa menunggu aba-aba dariku, Salman langsung saja tancap gas memutar mobilnya meninggalkanku yang masih berdiri mematung di depan rumahnya.Sebenarnya sudah sejauh mana Salman bercerita pada mereka? Kenapa mereka tahu lebih banyak dibanding diriku? Jika bukan Sonia yang berterus terang kemarin padaku, mungkin aku tidak akan pernah tahu jika yang meriasku adalah mantan istri Salman. Tapi pada anak-anak, belum bertemu pun sudah dia ceritakan. Apa maksudnya seperti itu? Dia lebih nyaman cerita pada anak-anakku dibandingkan dir
last updateLast Updated : 2023-08-27
Read more

Terpesona semenjak pandangan pertama

POV SalmanPagi ini aku bangun dengan perasaan remuk di sekujur tubuh, begini lah akibatnya jika aku tidur dalam keadaan gelisah. Sejak semalam pikiranku tidak tenang memikirkan Selvi yang pulang lebih dulu membawa anak-anak, meninggalkanku bersama Sonia.Perasaan bersalah menyeruak di sudut hatiku membayangkan tiga beranak itu pulang tanpa aku. Entah dengan apa mereka kembali ke rumah. Melihat sifat lelet Selvi yang masih seperti dulu, aku tidak yakin dia bisa menjaga anak-anaknya dengan baik.Aku juga tak mengira akan bertemu Sonia di sana saat sedang bersama mereka. Tapi melihat raut wajah Selvi saat meninggalkanku menimbulkan rasa lain di hatiku. Aku takut dia akan salah paham dengan pertemuanku bersama Sonia."Maafkan aku soal semalam, aku tidak mengira akan bertemu Sonia di sana. Kuharap kamu tidak salah paham.""Ck, terlalu serius. Jangan gunakan kata-kata begituan.""Sel, kamu tidak marah 'kan karena kejadian semalam ..." "Aah, memangnya aku ini siapanya dia? Pasti dia akan m
last updateLast Updated : 2023-09-04
Read more

Merasa Cemburu

Jantungku yang sudah tak terkendali degupannya menjadi semakin liar mendengar ucapan Salman. Rasanya kakiku tidak berpijak di bumi lagi.Meski tidak begitu mengerti ke mana arah ucapannya, tetap saja jantungku bereaksi lebih dulu. Seakan mengerti jika perkataannya adalah sebuah angin segar untukku.“A–aku tidak penasaran dengan hubungan kalian,” ucapku berdusta. Sebenarnya, berkali-kali kutahan hati supaya tidak keceplosan untuk menanyakan perasaan Salman terhadap Sonia. Semakin ke sini, timbul rasa untuk ingin memiliki pria yang ternyata penuh perhatian ini, jauh berbeda sekali dengan seseorang yang telah kukorbankan semuanya demi dia, tapi malah meninggalkanku.Oh, Mas Agus. Sepintas terbersit nama itu dalam penyesalan yang tak pernah usai. Dia adalah penyesalan terbesarku selama hidup. Menyesal pernah mengenalnya, menyesal rela meninggalkan mama dan papa demi dirinya serta menyesal mengorbankan diri selama bertahun-tahun ini hanya untuk mengabdi padanya sebagai istri yang dia hara
last updateLast Updated : 2023-09-09
Read more

Membalas Kebaikan

“Hmm, Sonia ... aku tidak tahu kenapa kamu selalu membawa-bawaku dalam permasalahan rumah tanggamu. Kalian menikah saja aku nggak tahu karena sudah pergi merantau ke sini. Tapi, aku minta maaf padamu jika ada membuat kesalahan yang tidak kusadari.”Aku tetap merasa bersalah meski tidak tahu di mana letak kesalahanku.Jujur, karena hal ini aku tidak nyaman berada di dekat Sonia. Sebab, jika sudah membicarakan perihal hubungan masa lalunya pasti akan selalu menyangkut pautkan dengan diriku. “Kamu gimana perasaannya pada Salman?” Pertanyaan tak terduga itu terlontar dari mulut Sonia. Apakah dia menyadari perasaanku pada mantan suaminya? Sejelas itu kah?“A–aku tak lebih menganggap Salman sebagai orang suruhan Papa, Son. Tidak perlu kamu ragu dengan keberadaanku di dekatnya, tak akan pernah aku mengambil dia darimu.” Tulus kusuarakan isi hatiku. Sebelum perasaanku pada Salman bertambah liar, lebih baik kuserahkan pria yang memiliki sikap penuh tanggung jawab itu pada seseorang yang mema
last updateLast Updated : 2023-09-15
Read more

Membalas Kebaikan dengan Menyatukan

Sonia yang sedang fokus mencatat produk skincare untuk kugunakan mendongak mendengar ucapanku.“Bantu apa?” tanyanya.Dari cara dia bertanya bisa kutangkap dia tak percaya dengan bantuan yang akan kuberikan. Jika dibandingkan aku dengannya, memang tidak meyakinkan sih aku bisa memberinya sesuatu. Bukan dilihat dari segi materi karena aku yakin Sonia bukan wanita penggila harta. Dengan keterampilan yang dia punya aja, dia sudah bisa bebas finansial.“Memang terdengar tidak meyakinkan sih, tapi sebagai imbalan atas kebaikanmu, aku akan berusaha membantumu sebisaku,” imbuhku serius. Terserah dia percaya atau tidak, tapi saat ini sedang bersungguh-sungguh.“Bantuannya ini apa dulu? Aku nggak meragukan kamu kok. Tapi aku harus tau kamu mau membantuku dari segi apa? Biar aku bisa menjelaskan apa saja yang harus kamu lakukan kalau benar-benar mau membantu,” balas Sonia terlihat serius, tapi setengah detik kemudian bibirnya merekah mengeluarkan kekehan lembut.“Bercanda ... apa pun yang akan
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

96

“Emm, Salman ... aku bukan gadis remaja yang bisa kamu gombalin seperti itu. Jadi aku mohon berhenti merayuku dengan kata-kata yang bisa membuatku salah paham.” Aku bukannya perempuan yang terlalu polos sehingga tidak mengerti maksud ucapan Salman. Hati setiap wanita kurasa pasti akan sama, akan tergoyah jika terus-menerus mendengar kalimat gombalan. Sekuatnya aku menahan diri untuk tidak tergoda pada Salman tetap saja pesonanya kadang tak mampu kulewatkan, terlebih dia seperti memberi angin segar padaku yang terlihat juga menaruh perasaan padaku.“Siapa yang bilang kamu gadis remaja? Kamu itu emak-emak beranak dua,” timpal Salman dengan wajah sok polosnya.“Bukan secara harfiah juga, Salman! Au ah, males ngomong sama kamu.” Aku mendengkus seraya membuang muka membelakanginya. Kudengar kekehan di belakang kepalaku.Setelahnya tercipta keheningan cukup lama di antara kami. Aku sedang sibuk menyusun kalimat yang bagus untuk mengutarakan niatku menjodohkan Salman kembali bersama Sonia.
last updateLast Updated : 2023-10-01
Read more

97

“Ngapain di sini, Mas?” tanyaku kaget pada pria yang sudah lama tak kulihat itu.Di depanku, Mas Agus sedang bermain bersama Ayuni. Membuka perintilan mainan makeup yang tadi Sonia berikan.Tidak terlihat kaget dengan kedatanganku, Mas Agus tampak asyik mendengar ocehan Ayuni yang menjelaskan nama-nama alat makeup di tangannya.“Mas!” panggilku lagi. Sedikit membentak sehingga mampu mengalihkan perhatiannya. Salah sendiri, kenapa pura-pura budek.“Apa salahnya Mas pulang, Dek, ini kan rumah Mas juga.” Mas Agus mendongak sebentar ke arahku kemudian kembali meladeni Ayuni. Panggilannya itu, kembali memanggilku 'Dek' setelah beberapa waktu lalu terang-terangan membentakku dengan memanggil namaku demi membela istri mudanya.Dan, memang benar ini rumah dia, tapi sudah lama sekali dia tidak pulang ke sini. “Aku kira kamu sudah melupakan kami, Mas. Tampak tertutup matamu melihat jalan ke rumah belakangan ini,” sindirku. Ucapanku seperti tak masuk ke pendengaran Mas Agus, terlihat dia cuek
last updateLast Updated : 2023-10-03
Read more

98

“Ngapain dia di sini, Ma? Mau apa lagi dia ke sini?” Pertanyaan tidak suka itu dilayangkan oleh Rafni begitu melihat Mas Agus rebahan di depan televisi saat dia pulang.Dia menyusulku ke kamar khusus untuk menanyakan keberadaan Mas Agus. Sementara adiknya langsung mengambil mainan baru yang diberikan Sonia. Dia tidak begitu peduli pada Rafni terdengar marah. “Nak, Papa masih orang tuamu, tidak baik kamu berucap seperti itu.” Aku menegur ucapannya yang menurutku kata-katanya tidak cocok keluar dari mulutnya sebagai anak. Sebenci apa pun dia terhadap salah satu orang tuanya, aku tetap tidak suka mendengar dia berucap tak sopan mengenai mereka. Cukup membenci saja.“Aku tidak mempunyai orang tua yang suka menyakiti, Ma. Aku cuma punya Mama.” Meninggi suara Rafni, dadanya terlihat naik turun saat dia harus mengatur napas bersamaan dengan meluapkan emosi yang membuncah di dada.“Mama tidak menyuruhnya ke sini. Tadi, ketika Mama masuk ke rumah Papamu sudah berada di sini sedang bermain den
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

99

Hampir meloncat jantungku mendengar ucapan Mas Agus yang berdiri di depan pintu.Dia bilang apa barusan? Memintaku untuk tidur sekamar dengannya? ‘Dasar laki-laki rakus! Tak akan pernah aku mau satu ranjang dengannya lagi!’ rutukku dalam hati.Bayangan dia bergumul penuh mesra dengan Yuni membuat perutku mual dan perasaan jijik memenuhi dada. Nggak akan pernah aku mau memakai cangkul yang sudah merambah di ladang orang lain, apalagi itu ladang milik Yuni. Najis!“Suaminya manggil tuh, Ma. Cepat temani sana, bukannya Mama yang mengizinkan dia tinggal di sini?” ujar Rafni menyindirku.Baru saja aku hendak menolak Mas Agus, tapi ucapan Rafni yang menohok langsung ke ulu hatiku membuat kuurung untuk bersuara.Jika kutolak Mas Agus sekarang di depan Rafni, dan Rafni juga menolakku tidur bersama mereka akan membuat posisiku tak menguntungkan. Bisa saja Mas Agus mengambil kesempatan untuk mendesakku supaya bisa tidur dengannya.Kupaksa otakku bekerja keras untuk memikirkan jalan keluarnya d
last updateLast Updated : 2023-10-08
Read more

100

Ceklek! Bam! Pintu bagian belakang terbuka lalu di tutup kembali, bersamaan dengan itu muncul penumpang lain di bagian belakang. Salman yang hendak menghidupkan mobil menjadi urung karena kaget dengan kedatangan penumpang tak diundang itu.Netranya beralih menatapku tajam, bisa kutebak dia ingin menuntut penjelasan padaku mengenai keberadaan Mas Agus bersama kami. Dia mungkin tidak tahu, jika pria yang masih bergelar suamiku itu semalam menginap di rumahku.Aku hanya mengangkat bahu sekilas sebelum berbalik pada Mas Agus.“Mas, kamu ngapain?” pekikku setengah tertahan melihat Mas Agus sudah duduk di bangku belakang. Kudengar geraman rendah keluar dari mulut Salman. Dia pasti kesal melihat penumpang gelap di belakang.“Mau pergi ke perusahaan bareng kamu,” jawab Mas Agus santai. Dia menyugar rambutnya yang masih setengah basah, entah apa maksudnya. Ingin terlihat keren di depan Salman kah? Atau ingin memanasi Salman.“Kamu bisa pergi sendiri, Mas. Nggak harus bareng denganku,” ucapku
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status