Home / Pernikahan / Wanita Bercadar Itu, Istriku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Wanita Bercadar Itu, Istriku: Chapter 11 - Chapter 20

37 Chapters

Bab 11

Pov Khanza"Kenapa Anda membawa saya ke tempat ini?"Pria yang ternyata Kakak dari Najwa menarik wajahnya yang tadi begitu dekat. Ia berjalan menuju lemari usang yang tidak jauh dari ranjang tempatku duduk dan menyandarkan tubuhnya di sana. "Supaya kamu tidak mengganggu kebahagiaan adikku.""Saya Mengganggu? Anda tidak salah?" Aku cukup tersinggung dengan apa yang ia katakan. Seharusnya perkataan itu lebih pantas ditujukkan kepada adiknya. Najwa yang hadir menjadi orang ketiga dalam rumah tanggaku dan Mas Emir. Mencuri sebagian hati suamiku tanpa memikirkan perasaanku. Lantas kenapa pria ini malah menuduh orang yang salah?"Istirahatlah. Sebentar lagi anak buahku membawakan makanan untukmu."Pria yang kutahu bernama Aidan sama sekali tidak menanggapi ucapanku. Ia kembali berjalan menuju pintu kamar dan hampir saja keluar sebelum aku menahannya."Anda ingin membunuh saya?"Pergerakannya terhenti. Ia bergeming di posisinya tanpa menoleh padaku."Jika memang dengan membunuh saya membua
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 12

Pov EmirHampir satu minggu sudah Khanza menghilang dan aku masih berusaha untuk mencarinya. Meski rasa lelah kadang menyapa karena selain disibukkan oleh pekerjaan, aku pun harus mendampingi Najwa yang tengah mengandung dengan kondisi yang sangat lemah. Istri keduaku menolak setiap makanan yang dimasak oleh Asisten Rumah Tangga di rumah Mama. Alhasil, aku harus menuruti keinginannya yang kerap kali ingin makan makanan luar bahkan di waktu yang seharusnya aku gunakan untuk beristirahat.Papa menyarankan untuk melapor kepada polisi atas kehilangan Khanza dan aku sudah melakukannya. Namun hingga saat ini belum menemukan titik terang di mana istriku itu berada. Bahkan di Pondok Ustadz Hakim pun sudah aku kunjungi dan Khanza tidak ada di sana. Ustadz Hakim menyayangkan karena hal seperti ini harus terulang. Beliau merasa kecewa karena aku lalai menjaga putri angkatnya tersebut."Maafkan saya, Ustadz." Hanya kalimat itu yang bisa aku ucapkan di depan ayah angkat Istri pertamaku."Mas ....
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 13

"Sayang!"Khanza yang tengah duduk di salah satu kursi menoleh padaku. Tanpa merasa sungkan ataupun malu oleh beberapa orang polisi yang berada di ruangan ini, aku memeluk istriku erat. Rindu, khawatir sekaligus lega bercampur menjadi satu. Kehilangan Khanza kembali ditambah dengan menghadapi kehamilan Najwa yang cukup lemah membuatku nyaris gila. Rupanya mempunyai dua istri tidak semudah yang aku bayangkan. Berusaha bersikap adil tapi nyatanya sangat sulit kulakukan jika situasi sudah mendesak. Apa memang aku harus melepas salah satunya seperti yang diminta oleh Mama Alice?Ah, biar nanti saja kupikirkan lagi. Yang terpenting saat ini aku ingin melepas rindu kepada istri pertamaku ini. "Kamu dari mana saja? Apa yang terjadi sampai kamu menghilang beberapa hari?" cecarku setelah mengurai pelukan. Aku sedikit kecewa karena Khanza tidak membalas pelukanku. Bahkan tidak terlihat senang ketika bertemu denganku lagi. "Maaf, Pak Emir. Sebaiknya kita duduk dulu. Kita dengarkan keterangan d
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 14

"Bolehkah aku menyerah?"Perkataan Khanza terus terngiang di telinga ini. Ucapannya tersebut berhasil membuatku hampir kehilangan napas. Melepaskan Khanza sama saja dengan merenggut separuh jiwaku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kacaunya hidupku jika harus kehilangan dia untuk yang ke sekian kalinya."Mas mohon jangan menyerah. Beri Mas waktu untuk memperbaiki semuanya dan mengembalikkan semuanya seperti semula." Aku mengeratkan pelukan di pinggangnya. Saat ini kami tengah berbaring bersama di peraduan dengan posisi Khanza membelakangiku. Kupeluk dirinya dari belakang. Rasa takut kehilangan membuatku mengabaikan keberadaan Najwa dan kakaknya yang mungkin saja masih berada di ruang tamu. "Bagaimana caranya? Semuanya sudah terlambat, Mas. Najwa sedang mengandung anakmu dan kamu tidak mungkin menceraikannya.""Nanti kita pikirkan. Mas akan membicarakannya dengan Papa dan Mama. Kamu harus janji tidak akan meninggalkan Mas lagi. Mas mohon bersabarlah sebentar saja." Aku terus berus
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 15

"Jangan takut, mobil itu sudah tidak mengikuti kita."Aku menenangkan Khanza yang masih terlihat gelisah. "Bersiaplah, sebentar lagi kita sampai," sambungku seraya mengelus kepalanya yang tertutup jilbab. Kami sampai di kediaman megah keluarga Pak Bambang. Aku membukakan pintu untuk Khanza yang terlihat jauh lebih tenang. Kuulurkan tangan untuk meraih lengannya. Kami bergandengan menuju pintu masuk yang dijaga oleh beberapa petugas keamanan. Beberapa rekan bisnis yang kukenal menyambut kedatangan kami dengan hangat. Kami terlibat obrolan sebentar sebelum naik ke pelaminan untuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. "Terima kasih sudah bersedia datang, Pak Emir," ucap Pak Bambang ketika aku menghampirinya yang tengah berbincang dengan beberapa orang. "Sama-sama, Pak.""Ini ... istri Pak Emir?"Aku menoleh ke arah Khanza yang menangkupkan kedua tangan sambil mengangguk sopan. "Iya, Pak. Ini istri saya.""Masya Allah, istri Pak Emir ini pandai sekali menjaga auratnya. Selamat d
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 16

"Tolong jangan sentuh istri saya, Bang! Kalian bukan mahram."Aku menyingkirkan tangan Bang Aidan dari tubuh Khanza, kemudian meraih tubuh istriku untuk kupeluk. Bang Aidan menatapku tajam, tapi aku tak peduli. Aku tidak suka dia terlalu berlebihan saat membangunkan istriku yang tidak sadarkan diri. Sebagai sesama pria, aku bisa melihat ada ketertarikan dari diri Bang Aidan terhadap istri pertamaku. Ternyata dugaanku benar. Keanehan sikap Bang Aidan ada hubungannya dengan Khanza yang terlihat selalu gelisah ketika Kakak iparku itu datang ke rumah ini. "Saya hanya berniat membantu," ucapnya dengan mata yang tak lepas dari wajah istriku. "Terima kasih. Tapi seharusnya Abang tidak perlu menyentuh anggota tubuh istri saya.""Maaf, saya hanya reflek."Aku mendengkus tak suka. "Jangan mencari kesempatan," tegasku. Gegas kubopong tubuh Khanza untuk kubawa ke kamarnya di lantai atas. Tidak ingin lebih lama berhadapan dengan Bang Aidan yang terus memperhatikan istriku. "Mbak Khanza kenapa,
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 17

"Apa maksudmu, Khanza? Kamu mau bilang kalau Najwa ingin menyingkirkan kamu?" Aku menebak jika Khanza mulai terpengaruh oleh mamanya. Istri pertamaku tidak pernah berprasangka buruk kepada orang lain, tetapi kini ia dengan tega menuduh Najwa melakukan hal sekeji itu. Aku paham, Khanza pasti merasa cemburu dan tidak suka kepada adik madunya. Namun, jangan sampai istriku memfitnah orang lain demi memuaskan rasa sakit hatinya karena tentu saja aku tidak akan membenarkan sikapnya."Jangan menuduh tanpa bukti, Sayang. Jatuhnya kamu memfitnah Najwa dan Bang Aidan.""Aku tidak sedang menuduh. Aku hanya berbicara kenyataan." Mata Khanza menatap nyalang ke arahku. Sepertinya ia tersinggung karena aku tidak mempercayai ucapannya. "Jangan seperti itu, Khanza. Mas tidak suka kamu memfitnah orang lain!""Aku tidak memfitnah!" Ia memekik."Apa yang dikatakan Khanza benar, Emir."Kami semua serempak menoleh ke arah Bang Aidan. Pria yang beberapa menit lalu hanya menjadi pendengar itu kini angkat b
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 18

"Khanza akan saya bawa pulang. Tolong beri ia waktu untuk berpikir dan menenangkan diri. Kamu fokus saja menenangkan Najwa yang saat ini lebih membutuhkanmu."Ingin sekali aku membantah perkataan Mama Alice. Berpisah dengan Khanza di saat hati ini dilanda gundah, sepertinya bukan pilihan yang tepat. Aku ingin mendengar ceritanya ketika ia disekap oleh Aidan. Apa saja yang mereka lalui di sana hingga keduanya bisa sedekat itu. Aku tidak bodoh untuk bisa mengartikan sikap mereka. Aidan dan Khanza. Mereka seakan terikat satu sama lain. Apalagi setelah mendengar ucapan Khanza yang ingin membantu meringankan hukuman pria itu. Bukankah terkesan aneh?Seharusnya, Khanza menuntut Aidan agar dihukum lebih berat karena dua kali telah mencoba mencelakainya. Seharusnya, Khanza tidak menaruh rasa iba pada penjahat yang telah membuatnya hampir kehilangan nyawa. Namun, sikap istriku sangat bertolak belakang dengan keinginanku yang ingin Aidan lebih lama mendekam di penjara. "Baiklah, Ma. Emir meng
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 19

"Terima kasih, Sayang. Kali ini kamu tidak menolak Mas lagi."Aku mengeratkan dekapan. Kurasakan Khanza mengangguk lemah dalam pelukanku. "Aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri. Berdosa kalau aku terus menerus menolak Mas."Ya, aku paham meski sedikit kecewa. Khanza melakukannya bukan karena menginginkannnya, tetapi hanya sebatas kewajiban. Namun meski begitu, aku tetap merasa puas karena telah menuntaskan rasa rindu yang selama ini hanya bisa kutahan sendirian. "Mas akan menginap di sini," ucapku kemudian. "Menginap? Lalu bagaimana dengan Najwa?""Ada Mama. Mas sudah menitipkan dia padanya. Najwa juga mengizinkan bahkan ia meminta Mas menyampaikan permintaan maafnya padamu."Khanza tidak menjawab. Kami dilanda keheningan beberapa saat hingga ketukan di pintu kamar terdengar. Khanza bergegas memakai kembali handuk yang tadi sempat kulempar. "Tolong buka pintunya, Mas. Tapi jangan lupa pakai pakaianmu dulu," ujarnya tergesa seraya bergegas menuju kamar mandi. Aku m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 20

"Aku bersedia mundur, Mas."Perkataan Najwa terus terngiang di telinga ini. Ia rela melepaskan diriku demi Aidan, kakak yang telah menculik istri pertamaku. Jujur saja aku merasa terhina. Aku dikalahkan oleh seorang Aidan yang bahkan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan denganku. Kedua istriku sama-sama menginginkan Aidan dibebaskan, dan permintaan tersebut sangat sulit kukabulkan. Kini, aku memilih pergi menjauh dari mereka untuk sementara waktu sampai amarah dan kecewa dalam diriku sedikit berkurang. Aku tidak ingin menyakiti kedua istriku dengan perkataan atau tindakan kasar, dan di sinilah aku sekarang. Di salah satu villa milik keluarga di daerah Puncak. Aku sengaja mematikan ponsel agar tidak ada satu orang pun yang mengganggu ketenanganku, termasuk istri-istriku. Melepas Najwa memang sempat terlintas dalam pikiranku. Pernikahan poligami ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. Selain dituntut untuk adil dalam pemberian nafkah dan waktu, aku pun harus bisa menjaga perasaan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status