Home / Romansa / ISTRI BISU SANG CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of ISTRI BISU SANG CEO: Chapter 41 - Chapter 50

228 Chapters

40. Tipe Pria Kesukaanmu

“Venti caramel ribbon crunch frappuccino, ekstra pisang, ekstra sprinkle, ekstra karamel, ekstra krim kocok, ekstra es, ekstra taburan cinnamon, dan tujuh pompa saus karamel hitam.”Zoe memandang Sara yang sedang memesan minuman dengan mulut ternganga. Ia hanya memerlukan dua kata untuk memesan minuman tadi. Americano hangat dan sudah.Tapi barista yang ada di belakang kasir tidak tampak gugup, karena sudah terbiasa. Ia bahkan masih bisa tersenyum saat menyerahkan pesanan Sara yang penuh warna itu—dan pesanan Zoe yang berwarna hitam polos.“Kita duduk di sana.”Sara menunjuk salah satu sudut di halaman kedai kopi itu, dan mereka duduk di sana. Cuaca dingin, tapi masih bisa tertahan. Yang tidak tertahan bagi Zoe adalah bagaimana Sara bisa meminum—memakan?—pesanannya itu dengan santai, memakai sendok.Karena terlalu banyak extra, Sara tidak bisa menyedot minumannya begitu saja, ia harus memakai sendok.“Apa sesi kita sudah selesai?” tanya Zoe. Ia menulisnya di atas sticky note berwarna-
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

41. Tubuhmu Bukan Untukku

“Wolf?”“Hm?” Wolf melepaskan headphone dari kepalanya. Becca menjentikkan tangan di depan wajahnya untuk menarik perhatian.“Ada apa?” Wolf mendesis. Ia tak suka gangguan saat dirinya bekerja di studio. Terutama saat sedang melakukan proses final untuk memutuskan apakah lagu siap dilepas atau tidak. Proses ini membutuhkan waktu, karena Wolf sangat detail—dan tidak segan meminta rekaman ulang atau proses mixing ulang saat tidak puas. Ia akan membutuhkan konsentrasi tinggi dan benci diganggu setengah jalan.Hampir seminggu ini Wolf tidak keluar dari studio, melakukan marathon quality checking banyak lagu yang dijadwalkan akan keluar bulan depan. Kesabarannya sedang ada dalam titik nir toleransi.“That Bitch is here.” (Wanita Sialan itu di sini)Becca tidak merasa bersalah telah mengganggu, malah mengumpat karena siapapun yang datang itu adalah orang yang dibencinya.“Which Bitch?” (Sialan yang mana?)Tapi Wolf tidak paham karena Becca punya daftar panjang untuk orang yang mendapat jul
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

42. Pakailah Perasaanmu

Sara mendengus. “Kalau hanya itu traumanya, dia tidak akan menjadi bisu. Ini masalah psikologis lain. Kalau memang hanya jatuh dari tangga, kemungkinan besar ia akan takut ketinggian atau mungkin tidak akan pernah menaiki tangga lagi seumur hidup. Bisu ini bukan karena ia jatuh dari tangga. Dia merepresentasikan rasa sakit lain, kemungkinan karena pria. Shit! Seharusnya aku tidak mengatakan itu padamu!”Sara mengumpat karena ia membagi terlalu banyak. Tidak seharusnya ia mengatakan soal pria yang kemungkinan menyakiti Zoe itu.“Pria bagaimana?” Wolf tentu tidak mengerti. Sara mengibaskan tangan. Tidak ingin Wolf membahas pria lagi.“Begini. Aku hanya ingin mengatakan kalau masalah Zoe mungkin tidak akan mudah untuk ditangani, karena ia tidak mau terbuka padaku. Padahal inti permasalahannya sebenarnya adalah itu. Dia menahan sesuatu dalam dirinya, dia menyimpan rasa sakit atau apapun itu dalam dirinya. Aku tidak akan bisa menyembuhkannya kalau bukan dari Zoe sendiri yang mulai membuka
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

43. Apa yang Membuatmu Nyaman?

Zoe mengeluh, karena rekaman yang beberapa hari lalu diambilnya, membutuhkan banyak editan. Selain harus memotong suara Max—agar Iris tidak terdengar bisa ditenangkan, ada banyak suara orang lain yang saat itu ada di gym.Karena terlalu terfokus pada Iris, Zoe tidak terlalu menyadari keberadaan banyak orang berkumpul karena kejadian itu, mereka kebanyakan berbisik dan tentu saja hal itu mengganggu karena microphone dari ponsel akan menangkap semua suara di sekitar. Ada bagian dimana Cleo membubarkan mereka, tapi setelah bagian akhir.Zoe ingin memperjelas suara Iris dan menghapus bagian suara lain agar lebih jelas, tapi tidak punya kemampuan untuk itu.Ia bisa sedikit mengedit video dan membuat blur beberapa wajah, karena terbiasa memakai media sosial saat dulu mempromosikan Max—dan dirinya sendiri, sebelum Billy menemukan mereka.Tapi untuk bagian suara, biasanya menjadi bagian Max. Zoe menyesal karena seharusnya ia ikut saat mengerjakan bagian itu, jadi punya sedikit pengetahuan se
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

44. Ujian Sulit Untukmu

“Oke, hal apa yang membuatmu kebingungan?”Clay bertanya sambil meminum cocktail berwarna biru yang baru saja diantar.Seperti permintaan Clay Mereka berada di bar yang paling normal pelanggan yang ada di sana benar-benar datang untuk menemani untuk minum dan cocktail yang ditawarkan bar itu sangat beragam. mereka duduk di salah satu sudut yang memiliki sofa agar bisa bicara dengan lebih santai“Bagaimana caranya untuk membuat wanita nyaman?”Kali ini Clay benar-benar menyemburkan minuman yang ada di mulutnya dan terbatuk. Wolf mendecak, karena ada beberapa titik basah mengenai punggung tangannya.“Itu menjijikkan, Clay!” keluhnya.“Kau menyeretku ke sini hanya untuk bertanya itu?” Clay memakai tisu untuk membersihkan bibir dan pakaiannya.“Ya, kau tau jawabannya bukan? Aku ingin detail yang spesifik. Aku tidak mau bayangan global. Perhatian, pengertian—aku tidak mau jawaban seperti itu. Aku mau contoh jelas!”Wolf menuntut itu karena kalau hanya jawaban global maka Sara sudah menyebu
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

45. Sikapmu yang Tidak Biasa

Zoe menggeliat sambil melempar selimut yang dipakainya dengan sembarangan sampai terjatuh dari ranjang. Memang kebiasaannya seperti itu. Ia mengacak rambutnya yang megar karena tadi malam ia terlalu mengantuk untuk menyisir rambut, jadi hanya mengeringkannya saja setelah mandi, Zoe menguap lebar-lebar dan kembali menggeliat untuk meluruskan punggung saat menurunkan kakinya. Ia masih mengantuk karena tadi malam bangun sampai larut. Masih mencoba untuk mengedit rekaman Iris. Hanya sama sekali tidak berhasil. Hari ini Zoe berencana untuk mencari ilmu lagi di internet. Mencari tutorial yang lebih tepat agar bisa melakukannya. Tidak meyakinkan, karena temuannya kemarin juga tidak sesuai keinginannya, tapi apalagi yang bisa dilakukannya. Zoe melangkah malas ke kamar mandi sambil menahan kuap. “Apa yang membuatmu bangun sampai larut malam dan mengantuk?” “AH!” Zoe tentu saja memekik dengan amat keras saat mendengar itu. Matanya nyalang saat berbalik, dan memandang sekitar. Lalu menemu
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

46. Permintaanmu Akan Aku Kabulkan

Zoe kembali mengusap dada karenanya. Wolf tidak menunjukkan tanda kalau ia mengetahui kedatangannya.Zoe akhirnya masuk ke dapur mewah yang biasanya selalu berkilau itu, sambil menunjukkan ponselnya.“Bagaimana kau tahu aku datang?” tanya Zoe“Aku mendengar langkah kakimu,” jawab Wolf.Zoe membelalak. “Aku tidak memakai alas kaki apapun!”Ia bisa memakai sepatu di dalam rumah itu, tapi saat ini Zoe tidak memakai alas kaki apapun karena memang baru turun dari kamar.“Bukan berarti aku tidak bisa mendengarnya. Telingaku terbiasa mendengar suara sekitar dengan lebih jelas. Dan jarakmu mengintip tidak jauh, Zoe.” Dapur itu tidak terlalu besar memang, karena Wolf tahu ia akan sangat jarang memakainya.Zoe mengangguk, saat teringat kalau pekerjaan Wolf yang utama adalah mendengar dengan detail, karena ia seorang produser.“Makanlah,” kata Wolf, sambil meletakkan dua piring yang sudah terisi penuh ke atas counter. Ada bangku tinggi yang bisa dipakai makan di sana, tidak perlu ke meja makan.
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

47. Kenanganmu Mengganggu

Zoe menatap peralatan dalam studio Wolf dengan takjub, karena sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan studio yang dulu disewanya bersama Max—dengan hitungan jam saat ingin membuat demo lagu.Bahkan peralatan mixingnya lebih lengkap dari studio Billy di Nova. Wolf bahkan memiliki ruang rekam profesional yang tentu kedap suara di situ.Ruang tertutup yang letaknya di samping ruang kerja Wolf itu, ternyata menyimpan area yang membuat Zoe merasa seperti telah menemukan gua harta karun rahasia.“Duduklah.”Wolf menggeser kursi satu lagi, agar Zoe bisa duduk di sampingnya setelah menyalakan komputer yang ada di sana,“Aku akan mengajarkan yang dasar dulu. Program yang bisa kau pakai untuk membuat layer pada lagu dan juga…” Zoe menepuk lengan Wolf, memintanya sedikit mengerem penjelasan, karena sama sekali tidak bisa mengikuti bagaimana cepatnya layar di komputer Wolf berubah.“Tidak bisakah kau menjelaskan memakai program yang lebih mudah? Maksudku yang lebih sederhana.”“Kenapa kau mem
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

48. Terima Kasihmu yang Pertama

“Zoe?!” Wolf menjulurkan kepala untuk melihat lebih jelas, tapi tidak menemukannya. “Zoe!” Akhirnya Wolf bangkit, dan membuka pintu ruang rekaman. “Kau…” Wolf yang melihat Zoe meringkuk di dekat tembok, tentu saja ingin menegur, tapi kemudian ia menyadari kalau Zoe gemetar. “Zoe? Apa kau sakit?” Wolf ingin menarik Zoe berdiri, tapi saat menjauhkannya dari tembok, ia mendengar isak tangis lirih dan tetesan air mata membasahi karpet. Wolf tentulah semakin panik melihat itu. Merasa kalau usulannya menyuruh Zoe bernyanyi sama sekali tidak membuatnya nyaman ternyata. Menjadi sangat buruk malah, karena membuatnya menangis. “Kenapa… tunggu…” Wolf membiarkan Zoe tetap meringkuk, sementara mengusap kepalanya dengan kebingungan. “Apa yang harus aku lakukan ?!” Gumaman kepanikan itu amat lirih, tapi cukup membuat Zoe tersadarkan. Ia berusaha menghapus air matanya. Wolf yang masih berpikir keras tentang segala hal yang dipelajarinya secara instan sejak bertemu dengan Sara, menatap bagaiman
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

49. Sebagian Kisahmu

“Apa kau pernah menjadi penyanyi atau semacamnya?” tanya Zoe. Setelah Wolf membaca pertanyaan yang disodorkannya, Zoe menempelkan sticky note itu pada dashboard yang ada di depannya. Zoe meniru Wolf yang menempelkan sticky note di samping kemudi tadi. Sudah ada dua menempel di sana. “Tidak pernah. Suaraku tidak cocok untuk menjadi penyanyi. Kau sudah mendengarnya bukan? Suaraku terlalu kasar,” kata Wolf. “Memang, tapi aku pikir bukan mustahil untuk menjadi penyanyi. Banyak penyanyi dengan suara serak.” Zoe menyebut kenyataan yang memang terjadi saat ini. “Tidak berlaku untukku. Perlu kerja keras untuk membuat suaraku pantas didengar. Dan untuk apa kerja keras itu? Ada banyak suara indah lain di luar sana yang sudah pantas didengar. Aku lebih suka mendengar itu.” Zoe mengangguk. Intinya Wolf tidak pernah berkeinginan untuk menjadi penyanyi, karena ia lebih suka mendengar suara orang lain. “Kau sudah memiliki suara indah sejak kecil?” tanya Wolf, separuh menebak mengingat Zoe pern
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more
PREV
1
...
34567
...
23
DMCA.com Protection Status