Home / Romansa / ISTRI BISU SANG CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of ISTRI BISU SANG CEO: Chapter 31 - Chapter 40

228 Chapters

30. Tidak Bisa Membantumu

Zoe kembali menunduk lalu mencengkram paha Wolf, meminta agar mereka keluar saja dari ruangan dokter itu.Tentu Wolf tidak beranjak memenuhi keinginan Zoe, tapi sebagai ganti, Wolf menggenggam tangan dingin Zoe yang panik itu. Zoe menarik tangannya, ingin memberi tahu kalau ia benar-benar ingin keluar.Namun, genggaman Wolf lebih kuat, dan bukan hanya mencengkram kuat. Wolf mengelus tangan Zoe. Menggosok punggung tangannya, mengelus telapak tangannya dengan lembut. Memberi sentuhan yang lebih menenangkan. Membujuk tapi dengan belaian, dan lebih manjur. Geli menggelitik dan hangat membuat jantung Zoe terpacu bukan lagi oleh ketakutan. Zoe mungkin akan mendesah, seandainya tidak mendengar dokter—yang tengah bersemangat menjelaskan, menyebut namanya dengan lengkap. Zoe mengatupkan bibirnya serapat mungkin setelah itu, sambil melirik ke arah Wolf. Yang tentu saja berwajah datar. Bahkan tidak terlihat berkedip saat memandang Howard.“Aku ingat siapa kau. Zoe Anderson. Aku tidak mungkin m
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

31. Bukan Akhir Buruk Untukmu

Zoe secepat kilat langsung menghapus air matanya dan kembali menunduk, tapi gerakan itu sangat menarik perhatian. Zoe sejak tadi tidak banyak bergerak.Bukan hanya Wolf yang melihatnya, tapi juga Howard yang terlihat langsung panik.“Astaga! Tunggu! Jangan bersedih dulu. Ini bukan kabar yang buruk. Bukan sesuatu yang harus ditangisi.”Howard dengan tergesa berdiri untuk mengambil tisu dan menyerahkannya pada Zoe. Wolf yang menerima, mengambil beberapa lembar tisu lalu menggulurkannya kepada Zoe.Ia tentu sudah menyesal karena air matanya semakin tidak terkendali. Emosinya bercampur aduk karena banyak hal.“Ini bukan kabar buruk. Maaf, seharusnya aku mengatakan dengan lebih jelas.” Howard juga menyerahkan botol air kepada Zoe, untuk menenangkannya.“Anda mengatakan tidak bisa membantu Zoe. Ini berarti keadaannya permanen bukan?” Wolf bertanya sesuai dengan pengertian yang tadi ditangkapnya. Semikian pula Zoe. Ia juga berpikir seperti itu, karenanya langsung menangis.“Bukan. Keadaan Zo
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

32. Masih Bukan Untukmu

“Untuk apa aku disini kalau ternyata kau tak datang?” Wolf mendesis. Waktunya sangat berharga, tentu ia akan kesal kalau ada janji yang dibatalkan dengan tiba-tiba seperti itu. Tapi ia bisa mengerti kenapa Clay tiba-tiba harus membatalkan janji. Istrinya harus pergi ke dokter atau semacam itu, maka batal rencana mereka untuk bertemu.. “Maaf, nanti aku akan mencoba membuat janji lagi.” Clay terdengar menyesal. “Tidak perlu. Kau urus saja istrimu itu.” Wolf sudah malas. Terdengar tawa renyah Clay. “Kenapa kau terdengar seperti istri yang cemburu? Aku curiga…” “Bawa kecurigaanmu itu sampai mati!” sergah Wolf, lalu memutuskan panggilan. Ia tahu lidah Clay terkadang tidak normal, tapi ia malas mendengar ketidaknormalan itu saat ini. Wolf meletakkan ponselnya, kembali mengiris steak yang menjadi makan malamnya. “Dia tidak jadi datang?” Zoe mengangsurkan ponsel berisi pertanyaan. Ia sendiri sudah selesai makan karena tidak harus menerima panggilan telepon dari siapapun. Wolf menata
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

33. Aku Ingin Mendengarmu

Tidak perlu meminta dengan seram seperti itu sebenarnya, karena Zoe tidak berencana melawan.Tapi tentu Zoe kembali mengutuk kepatuhannya itu. Pikiran kategori nakal yang seharusnya tidak muncul. Tapi suara rendah Wolf yang menggelitik—belum lagi sentuhan tangannya, yang membawa Zoe ke tengah ruangan, hanya memperparah rasa yang melanda Zoe saat ini.Wolf membawanya ke tengah ruangan, dan Zoe sudah akan mengikuti saat Wolf duduk di sofa, tapi Wolf melepaskan tangannya. Zoe mengernyit karena tentu hal itu tidak biasa.“Kau kecewa? Ayolah… jangan terlalu mudah ditebak…” Wolf mengejek saat melihat kerutan di kening Zoe. Senyum kepuasan itu jelas saja membuat Zoe kesal.Zoe akhirnya mengacungkan jari tengahnya. Sudah sangat jelas kalau sejak tadi Wolf hanya menggodanya. Ia tidak mengajaknya kesini “APA MAUMU?!!” Zoe menambahkan tanda seru sebanyak mungkin untuk menunjukkan kemarahannya. Wolf hanya tersenyum, lalu menuang brandy yang sudah disiapkan sesuai pesanannya juga.“Sing for me
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

34. Tawamu yang Langka

Zoe mengedipkan mata beberapa kali. Ingin melihat apakah sosok yang saat ini tertidur di sampingnya akan menguap dan hilang menjadi asap, menjadi bagian dari mimpinya.Tapi Wolf masih ada. Tertidur nyenyak dengan napas berat. Menangkup pinggang Zoe, membuatnya tidak bisa bergerak menjauh.Ini sangat baru, karena biasanya Wolf tidak pernah tinggal sampai tertidur di sampingnya. Kalau pun tinggal sampai tertidur, Zoe tidak tahu, karena ia selalu lelah dan tertidur cepat. Lalu setiap kali bangun Wolf sudah bangun terlebih dahulu. Entah dia mandi, atau bahkan kadang sudah berangkat kerja. Yang jelas Zoe tidak pernah terbangun di samping Wolf setelah mereka tidur bersama.Wolf sendiri nyaris tidak pernah tidur di rumah. Jadi selain hari di mana mereka ‘melakukannya’, mereka tidak pernah tidur bersama di satu ranjang. Zoe tidak tahu di mana Wolf tidur pada hari yang lain, dan tidak terlalu ingin peduli. Tapi sekarang ia bertanya-tanya. Karena bisa jadi Wolf ada bersama wanita lain saat ti
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

35. Drama Untukmu

Setelah perjalanan ke Los Angeles itu, Wolf menghilang hampir selama seminggu. Tidak benar-benar menghilangkan karena kadang Zoe masih melihatnya pulang. Sekadar berganti baju, mengambil sesuatu atau entah melakukan apa. Yang jelas Wolf tidak pernah ada di rumah lebih dari dua jam, dan Zoee tentu saja amat sangat bersyukur untuk itu.Selain karena berarti dirinya bebas tugas tidur, Zoe bisa melanjutkan kegiatannya untuk menguntit.Sebenarnya Zoe juga ingin tahu bagaimana kelanjutan konsultasi dengan psikiater itu, tapi ia tidak akan memaksa Wolf dengan bertanya-tanya, karena itu adalah keinginan Wolf.Dan sejujurnya Zoe hanya tidak ingin kecewa seandainya psikiater yang ditemuinya nanti mengatakan keadaannya sulit ditanggulangi atau lain sebagainya. Zoe saat ini lebih memilih untuk lari dan merasa aman. Pelariannya tentu saja mengerjakan apa yang menjadi tujuannya sejak awal. Balas dendam.Zoe memakai kacamata hitam murahan yang dibelinya kemarin. Meski sudah tertutup, Zoe masih mema
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

36. Aku Ingin Melihat Wajahmu

“MATAMU BUTA?!” bentak Iris. Zoe menahan senyum mendengar itu. Tapi tentu ia tidak menampakkannya.Zoe dengan cepat mengetikkan balasan di ponselnya.“Maaf, aku tidak sengaja. Dan maaf lagi, aku tidak bisa bicara karena tenggorokanku sakit.”“Yakin hanya tenggorokanmu yang sakit? Matamu juga sakit! Kau tidak memakainya dengan benar!” Iris mengamuk, dan menepis saat Zoe berusaha mengusap bahunya.“Maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Aku akan mengganti biaya laundry pakaianmu.” Zoe meminta maaf sekali lagi, dan menambahkan soal uang karena tahu hal itu akan membuat Iris semakin marah.“Uang? Aku tidak membutuhkan uangmu! Kau membuat tubuhku lengket dan tidak nyaman!” Iris menendang minuman yang Zoe letakkan di lantai, membuat basahnya melebar.Zoe saat ini menyayangkan karena ia tidak bisa mengambil video karena itu tadi kekasaran yang epic. Tapi suara itu sudah sangat mewakili. “Iris, aku mohon jangan marah.” Cleo menghampiri dengan panik. Sambil menatap sekitar untuk melihat apakah
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

37. Perhatianmu Tidak Seberapa

“Aku ingin melihat wajah seperti apa yang kau anggap buruk itu,” kata Max, sambil tersenyum menatap wajah Zoe.Zoe rasanya ingin mati saat Max terus menatapnya. Mata Max bergulir memandang bintik di atas hidung Zoe, tapi hanya itu.Jantung Zoe yang tadinya mekar karena panik, perlahan bergetal melambat dan menyusut saat tidak melihat tanda Max mengenalinyaSelain wajahnya sangat memerah saat ini, make up yang dipakai Zoe memang bisa dikatakan sangat tebal—jauh dari dirinya yang dulu lusuh. Tapi bintik di pipi dan atas hidungnya itu, sangat tidak mencerminkan Zoe, karena wajahnya dulu bersih mulus.“Aku tidak melihat keburukan di sini. Kau tidak perlu malu berfoto denganku.” Max melepaskan dagu Zoe, dan tentu saja Zoe otomatis menjauh.“Maaf, tapi aku benar-benar malu.” Zoe menuliskan itu dengan tangan yang sangat gemetar untungnya masih bisa tertulis dengan benar.Max kembali tertawa. “Kau lucu sekali,” katanya.“Begini saja. Aku akan memberimu nomor ponselku. Kalau kau ingin sesi f
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

38. Tidak Istimewa Untukmu

“Apa kau sudah bangun? Aku ingin bertanya sesuatu.”Zoe baru saja menggeliat—dan ingin kembali tidur, tapi terpaksa membuka mata saat mendengar itu. Zoe berpaling dan terkejut melihat Wolf masih duduk di sampingnya. Ia masih tidak memakai baju, melihat dari pinggangnya yang terbuka, tapi masih sopan dengan mencoba menutupi separuh tubuhnya dengan selimut. Zoe melihat ada tato ular yang ternyata melingkari pinggangnya itu.Dan ini adalah kali kedua Zoe melihat Wolf di tempat tidur saat bangun.Zoe merapatkan selimut sambil mengerutkan kening dan mengangkat tangan. Ingin tahu apa yang diinginkan Wolf sampai membangunkannya.“Aku ingin kau mendengar sesuatu, dan katakan apa pendapatmu.”Wolf melepaskan salah satu airpod dari telinganya, menyerahkannya pada Zoe yang juga langsung memasangnya. Tapi ia meminta waktu pada Wolf untuk bertanya—mengambil ponselnya terlebih dulu.“Kenapa aku harus mendengar ini?” Zoe ingin tahu.“Kau terlalu banyak bertanya. Dengarkan dulu.” Wolf menyingkirkan
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

39. Wanitamu

“Sara bekerja untuk perusahaanku. Hampir semua artis yang ada di bawah Wolf selalu berkonsultasi dengannya. Rutin kalau memang diperlukan.”Wolf menjelaskan saat mereka berjalan memasuki gedung tempat psikiater itu berada. Tidak jauh dari gedung Wolf—perusahaan milik Wolf. Nama perusahaan itu memang sama dengan namanya sendiri. Dan itu membingungkan Zoe sejenak.“Siapa namamu yang asli?” Zoe menunjukkan pertanyaannya saat mereka naik ke lantai sepuluh. Zoe hanya ingin mengisi pikirannya yang panik dengan pembicaraan ringan.“Kau tahu Wolf bukan namaku yang sebenarnya?” Wolf mengernyit.“Aku tidak yakin ada ibu di dunia ini yang tega menamai anaknya sebagai binatang buas.” Wolf tertawa membacanya tulisan Zoe. “Aku pikir nama Wolf keren. Aku memilihnya dengan hati-hati.”“Tidak. Kau hanya memilihnya untuk terlihat seram.”“Tapi aku memang seram bukan? Aku memilih nama itu karena nama asliku tidak seram sama sekali. Nama itu terlalu pintar.”Zoe ingin tahu apa maksudnya dengan nama pint
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status