Home / Romansa / Pejuang Cinta Pendobrak Kasta / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pejuang Cinta Pendobrak Kasta: Chapter 11 - Chapter 20

41 Chapters

11. Plan A

Bab 11.Dara membuka mata, ia dibawa oleh lelaki itu ke sebuah bar yang cukup terkenal di Jakarta. Gadis itu ditidurkan di sebuah ranjang, di kamar khusus bagi pelanggan yang biasanya menikmati kesenangan dunia. Menghisap madu dari para gadis yang menjajakan diri demi kebutuhan, entah uang atau memang kehausan.Dara melenguh karena baru sadar dari pingsan akibat pengaruh obat bius. Dengan hati-hati ia meraba pakaian dan merasakan perubahan tubuhnya yang ternyata masih utuh. Baju dan jilbabnya masih seperti semula, itu artinya lelaki itu belum melakukan apa-apa padanya."Hai, cantik!" sapa lelaki yang sejak tadi memperhatikannya. Ia sudah lama menunggu Dara bangun dari pingsannya.Lelaki itu bangun dari sofa yang ia duduki, laku mendekat pada Dara dengan tatapan buas yang menjijikkan. Lelaki berwajah tampan yang umurnya sekitar tiga puluh dua tahun itu naik ke ranjang.Debar di dada Dara makin mengencang. Ia ketakutan saat lelaki itu semakin tak berjarak dengannya. Lelaki yang tak dik
Read more

12. Lelaki Penolong

Bab 12.Dara berhasil kabur dari tempat itu. Saat ia keluar beberapa orang melihatnya, mungkin merasa aneh dengan pakaiannya tak tak seksi seperti yang mereka kenakan. Juga aneh karena seharusnya semakin larut malam, maka gemerlap malam akan semakin indah di sana, tapi Dara malah keluar dari bar itu.Gadis itu tak peduli dengan tatapan beberapa orang itu, ia terus mengayunkan langkah dan menjauh. Sekilas Dara melihat area tempat itu. Terlalu jauh dengan rumah Dara, bahkan sangat jauh. Dara berjalan kaki untuk pulang ke rumah, meskipun ia terlalu lemah, dan tak tahu kapan akan tiba. Tak ada satupun angkutan umum yang lewat, persis seperti beberapa jam yang lalu saat ia menunggu di halte sebelum kejadian buruk itu menimpa dirinya. Ia mengeluarkan ponsel di saku celananya, ia coba untuk hidupkan dan sialnya ponsel itu mati karena kehabisan daya. Dara baru ingat, sejak tadi daya ponselnya memang tinggal sedikit. Saat akan pulang dari rumah Ayu, ia sempat memberitahu Omnya bahwa ia akan
Read more

13. Melawan Hati

Bab 13."Kamu perlu ngucapin selamat pada Bu Yasmin, karena sudah berhasil membuatku trauma." Dengan lantang Dara berbicara, tapi sayangnya semakin ia banyak berbicara, tetesan air di matanya tak ingin berhenti mengalir, seperti hujan yang semakin deras.Rayyan menatap nanar pada Dara, mendengar apa yang baru saja terjadi padanya membuat lelaki itu ikut hancur. Ia tak menyangka mamanya sanggup melakukan itu semua hanya karena tak suka pada Dara. Hati Rayyan terasa panas membara karena kemarahan, sekaligus remuk terluka karena melihat Dara.Sejenak keduanya saling menatap dalam kesenduan di bola mata masing-masing. Kemudian Dara merebut kembali ponsel di tangan Rayyan setelah ia membaca semuanya.Dara beranjak pergi, ia kembali berjalan menuju jalan pulang ke rumahnya. Wajah itu terlihat sudah sangat pucat, karena terlalu lama di bawah air hujan. Terlalu lemah karena sejak pagi disibukkan dengan pekerjaan dan di belum sempat beristirahat, bahkan saat jam sudah menunjukkan pukul sebela
Read more

14. Setelah Pingsan

Bab 14*Dara meregangkan otot-ototnya, ia membuka mata saat matahari mulai menembus lewat kaca jendela di kamar. Perlahan ia mengamati sekeliling kamar dan seketika ingatannya kembali pada kejadian semalam. Ia tak tahu sedang berada di mana, suasana kamar ini sama sekali tak pernah dilihatnya. Ia mengecek tubuh sendiri dari atas hingga ke bawah. Terbangun di atas ranjang menjadi suatu hal yang menakutkan baginya, alam bawah sadarnya kembali mengingatkan pada lelaki yang ia gores nadinya semalam.Gadis itu masih mengenakan jilbab saat bangun tidur. Ia kembali mengumpulkan kesadaran, terakhir kali ia bertemu dengan Rayyan semalam. Mereka singgah di sebuah toko untuk membeli pakaian, setelah itu tak ada yang ia ingat.Dara terperanjat dan segera bangun dari tidurnya saat ia melirik jam di nakas sudah menunjukkan pukul enam lewat. Ia belum menunaikan subuh. Entah di mana sekarang ia berada. Ia membuka pintu kamar untuk melihat keberadaanya.Saat membuka pintu, ia malah berhadapan dengan
Read more

15. Kemarahan Seorang Paman

Bab 15."Aaargh!" Napas Herman memburu. Tangannya terkepal kuat seraya berteriak dengan menatap tajam pada dinding rumah ibunya. Seolah di sana ada perempuan yang diceritakan Dara.Darahnya seketika seperti mendidih saat mendengar cerita Dara atas sebab kenapa ia tak pulang semalam. Dara bercerita semuanya, tentang bagaimana ia dibius, dibawa ke bar dan hampir dile ceh kan oleh seorang lelaki. Bahkan ia juga bercerita siapa dalang di balik semua itu.Herman marah, sekaligus merasa lega karena Dara gadis yang cerdas. Selain bisa membela diri ia juga selalu ingin tahu dan harus menyelesaikan setiap masalah yang ia hadapi dengan cara apa pun. Setidaknya Herman merasa lega karena Dara tahu pelakunya, jadi Herman bisa memutuskan untuk membalas perbuatan itu. Bukan seperti kejadian yang menimpa Liana, tak ada jejak sedikit pun. Meski saat itu Herman menyuruh kepala desa untuk mengumpulkan semua orang, dan bertanya satu persatu. Namun, tak ada hasil dari semua itu, yang membuat Herman semak
Read more

16. Ray Marah

Bab 16."Ma …," panggil Rayyan begitu sampai di pintu masuk."Mama …," panggilnya lagi.Tak ada jawaban, hingga Rayyan tetap mengayunkan langkah dan masuk ke dalam. Ia mencari sang mama di ruang keluarga, tapi tak ada. Itu artinya mama sedang di kamar. Kembali Rayyan melirik jam di pergelangan tangan. Pukul delapan malam, biasanya mama sudah berada di rumah setelah seharian bekerja.Setelah mengantarkan Dara, Rayyan pergi ke rumah sakit, tapi ia memutar kemudi ingin pulang ke rumah dan langsung bertemu dengan mama. Namun, ia seperti lupa kebiasaan mamanya, perempuan itu sejak pagi buta sudah tiba di perusahaan miliknya.Rayyan kembali mengemudi ke rumah sakit. Ia datang dengan semangat yang lunglai, karena setiap menit pikirannya dipenuhi oleh Dara dan mamanya. Ia ingin waktu berlalu dengan cepat dan pulang meminta penjelasan."Apa sih teriak-teriak?" tanya Yasmin yang turun dari kamar, karena mendengar suara Rayyan."Mama masih bertanya ada apa?" sarkas Rayyan seolah lupa dengan si
Read more

17. Gadis Pemberani

Bab 17."Apa karena kami pasien BPJS?" sindir Dara pada para petugas yang duduk di meja sudut ruangan.Ruang IGD terlihat cukup luas dengan segala alat medis yang dibutuhkan untuk pertolongan pertama. Di suatu sudut dekat pintu ada beberapa brankar kosong yang sengaja diletakkan di situ untuk mempermudah saat ada pasien. Sementara di sudut lainnya, ada meja memanjang dan beberapa kursi tempat para perawat yang bertugas piket di IGD.Lelaki berseragam putih yang beberapa tahun lebih tua dari usia Dara itu menatap teman di sampingnya, tampak ia tak suka dengan sindiran Dara.Halimah tak berhenti muntah karena penyakit lambungnya kambuh. Malam itu Dara membawanya ke sebuah rumah sakit umum di daerah terdekat. Awalnya Dara hanya Diam saat dalam jangka waktu sehari semalam, nenek tak kunjung mendapat ruang rawat.Namun, kali ini ia tak bisa tinggal diam. Prasangka buruk tentang permainan orang dalam di beberapa rumah sakit umum semakin menguatkan hatinya. Malam ini, untuk malam kedua Dara
Read more

18. Awal Pertemuan

Bab 18.Rayyan balik ke ruangan setelah itu, rencana untuk segera pulang mendadak berubah. Ada beberapa hal yang harus ia kerjakan di dalam ruangannya, kepalang tanggung jika dibawa pulang ke rumah, karena laporannya hampir selesai. Lelaki yang hampir genap tiga puluh tahun itu menatap layar komputer dan terus mengetikkan sesuatu dengan fokus. Namun, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki di luar. Suasana yang sunyi membuat derap langkah itu semakin nyata. Ray melihat jam di ponselnya, sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Biasanya hanya keluarga pasien yang menunggu operasi yang masih berkeliaran di luar, atau para perawat yang bertugas menjaga.Rayyan membuka gorden dan melihat keluar jendela. Ia tersenyum saat melihat seorang gadis berdiri dengan ragu di dekat ruangannya.Adara.Gadis itu melihat lorong yang gelap ke ujung sana. Ia sedang mencari mushalla rumah sakit untuk menunaikan isya yang sudah terlewat waktu. Namun, gadis itu ragu, karena kesunyian begitu kentara.Ia ta
Read more

19. Rayyan Merasa Bersalah

Bab 19.Dara duduk di atas hamparan pasir di tepi pantai, matanya menatap kosong pada laut luas dengan deburan ombak yang menyapu membasahi ujung kakinya. Perlahan hujan rintik-rintik mulai turun membasahi jilbab warna mint yang ia kenakan. Gadis itu tampak tak peduli, meski di sekelilingnya para pengunjung mulai mencari tempat berteduh.Harusnya di waktu seperti itu, para pengunjung sudah ramai mengunjungi pantai di hari Minggu. Namun, cuaca sedang hujan, jadi pantai tampak sepi. Sementara Dara menyukai susasana itu, karena ketika hujan turun, ia bisa menangis sepuasnya tanpa takut pada tatapan iba dan pertanyaan mengapa dari orang lain.Gadis itu menatap jauh pada laut yang tak berbatas di hadapannya, lalu mata sembabnya kembali meneteskan air mata yang mengalir di pipi. Kembali Dara membayang wajah ibunya, dan perlahan tanpa diminta, memorinya membuat bayangan-bayangan kejadian yang menimpa ibunya puluhan tahun yang lalu, seperti yang diceritakan keluarganya. Dara terluka amat dal
Read more

20. Permohonan Dara

Bab 20.Dara berjalan lesu menapaki gang untuk sampai di rumah. Sesekali ia pejamkan mata sejenak dan mengusap matanya untuk menghalau rasa hangat di matanya, agar sisa sembab tak begitu kentara.Di depan rumah, ia melihat Om Herman sedang duduk di depan pintu seperti sedang menunggunya.Dara langsung mendekat, dan Herman juga melihatnya. Lelaki itu keluar dari rumah dan mendekat kada motor yang diparkir di depan rumah semi permanen itu."Ikut, Om!" ujar Herman tanpa peduli pada ekspresi bingung Dara."Ke mana?" tanya Dara masih tak mengerti."Jangan ke kantor polisi, Om, please!" pinta Dara mengiba. Baru saja ia dengar kalimat dari Rayyan yang ikut melukai hatinya. Lelaki itu akan menolongnya melaporkan Yasmin ke polisi. Namun, keputusan Dara sudah bulat, ia tak ingin ada banyak hati yang terluka lagi. Ada Rayyan, Fahira dan suami Yasmin. Dara sungguh tak sanggup jika itu terjadi.Herman menarik tangan Dara dan menuntunnya untuk segera naik ke atas motor. Sementara nenek dan kakek h
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status