Home / Romansa / Pejuang Cinta Pendobrak Kasta / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pejuang Cinta Pendobrak Kasta: Chapter 21 - Chapter 30

41 Chapters

21. Takdir Punya Cara

Bab 21.Gone.Semua yang tersisa terpaksa harus pergi karena perbedaan. Semua yang ia perkirakan terjadi begitu saja seperti sebelumnya, bahwa ia tak layak untuk jatuh cinta pada sembarang hati, Dara harus tahu diri.Pukul dua belas malam, Dara masih belum bisa terpejam karena pikirannya masih tertinggal pada setiap kejadian yang menimpanya. Pikiran gadis itu tetap serabut, meski berkali ia mencoba untuk memejamkan mata dan melupakan semuanya. Berkali-kali ia coba untuk istirahatkan pikirannya."Aku harap kamu menyerah, Tuan Dokter!" gumam Dara seorang diri. Di kamar yang gelap itu, ia merintih perih atas cinta yang ia inginkan tetap berjalan, tapi tak bisa.Dara seolah dipaksa berhenti atas hak mencintai dan dicintai yang seharusnya bisa dirasakan setiap manusia.Gadis itu akan mencoba untuk bangkit dan menata hatinya kembali. Ia berharap Rayyan akan melupakannya, karena ia bukan gadis istimewa untuk diperjuangkan. Rasa rendah diri yang kerap kali menyelimuti pikiran Dara itu terlal
Read more

22. Tentang Perasaan

Pertemuan demi pertemuan terjadi seolah memang Tuhan sedang merencanakan peluang, menciptakan alasan Dara dan Rayyan bertemu. Setelah tak sengaja bertukar nomor ponsel, Dara hanya bertanya tentang keberadaan anak itu, tidak lebih. Hal itu membuat Rayyan juga segan jika ingin menanyakan kabar gadis itu lewat telepon.Malam ….Udah tidur?Gimana kabar nenek?Boleh ngobrol sebentar?Pesan-pesan yang sempat terketik, lalu dihapus kembali oleh Rayyan. Canggung dan terasa klise, bersatu menjadi dua rasa yang tak memberi peluang untuk lebih dekat.Hingga di lain kesempatan, Rayyan mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Dara. Semakin ia cari tahu, semakin banyak hal yang tak ia ketahui. Lelaki itu tak berani mengikuti, tapi kini ia tahu tempat Dara bekerja.Sore itu, pengunjung di cafe sedang ramai. Alunan lagu western menghibur para pengunjung melepas penat di meja-meja. Rayyan berdiri di depan pintu, langkahnya terayun pelan untuk masuk ke dalam. Ia datang bersama seorang teman yang juga
Read more

23. Damar Bertemu Dara

ADARABab 23."Bagaimana kabarmu?" tanya Damar menatap wajah sendu yang duduk di depannya.Hari ini Dara kembali bekerja seperti biasanya. Berdiam diri dan merenungi nasib buruk, tak akan membuatnya kenyang. Gadis itu dengan sisa ketegarannya harus melangkah memainkan peran dalam kehidupannya.Damar mencoba menemui Dara setelah ia mengobrol banyak hal dengan Rayyan. Gadis itu bahkan sempat tercekat di depan pintu saat akan keluar pulang dari tempatnya bekerja. Dara tak menyangka bahwa kali ini ayah dari Rayyan akan menemuinya.Yasmin sudah pernah menemuinya, Fahira juga, Rayyan bahkan sering datang meski kadang hanya diam-diam mengamati, atau pura-pura datang sebagai pelanggan, yang berakhir tak diacuhkan oleh Dara. Kini Damar yang datang, entah besok siapa lagi."Seperti biasa, Pak! Kuat atau tidak, saya tetap harus berjalan untuk hidup saya." Dara tersenyum perih.Sementara Damar hanya mengangguk, dari nada gadis itu bicara, ia bisa mengerti bahwa Dara belum baik-baik saja. Hanya k
Read more

24. Bertamu

ADARABab 24.Seorang lelaki membukakan pintu mobil, sedikit membungkuk seraya menunggu sang majikan keluar dari mobil mewahnya. Minggu pagi, Yasmin menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah pribadi Rayyan. Sudah empat hari putra sulungnya itu tak pulang ke rumah. Rayyan merasa masih marah dan kecewa atas perlakuan Yasmin terhadap Dara.Sebab itu, ia mencoba untuk menghindari sang mama untuk sementara waktu, hingga rasa kecewa itu perlahan terkikis dari hatinya.Yasmin berjalan lurus ke depan, hingga terdengar suara sepatu haknya yang berirama. Saat wanita itu tiba di depan itu, jari lentiknya mencoba menekan beberapa angka untuk membuka pintu.Yasmin menggeleng, karena beberapa kali ia masukkan angka, pintu itu tetap tak terbuka. Padahal ia masih ingat dan yakin telah menekan password dengan benar.Wanita itu menggeram kesal, bisa-bisanya Rayyan mengubah password di pintu tanpa sepengetahuannya. Dengan hati yang kesal, ia lalu menekan bel di pintu agar Rayyan sadar bahwa di luar i
Read more

25. Terkuak Satu Fakta

ADARABab 25."Kamu ingkar janji, Mas …," ucap Liana menatap lurus pada Damar yang kini membalas tatapan Liana dengan lekat. Damar menatap lama pada Liana, memastikan sesuatu dari perempuan itu."Tolong … tolong aku, Mas!" Tiba-tiba Liana berteriak histeris, hingga orangtua dan abangnya datang mendekat.Liana melempar pensil dan buku yang ada di dekatnya, ia tarik sprei yang tadi rapi dari tempat tidurnya. Perempuan itu mencengkeram kuat-kuat kasur yang menjadi tempat duduknya, lalu kakinya menendang-nendang bagian kasur. Liana menangis hingga membuat hati siapa saja menyayat.Tindakan yang dilakukan Liana seolah ia sedang terjebak di kejadian hari itu. Saat ia dengan sekuat tenaga melawan lelaki yang menodainya dengan kejam. Perempuan itu melawan semampunya, tapi tak ada yang bisa ia pertahankan.Nenek dan kakek Dara mendekat dan mencoba menenangkan anaknya. Ia belai rambut panjangnya dengan lembut seraya mengucapkan kalimat-kalimat istighfar agar dirinya dan Liana sedikit tenang.D
Read more

26. Fitnah

AdaraBab 26.Pagi itu, Damar kembali ke kampung Liana, sebuah desa di pesisir Selatan Jawa, setelah tiga bulan mengurus pekerjaannya di kota Jakarta. Bibirnya melengkung senyum, diiringi degup jantung tak berirama. Damar mersakan rindu yang begitu menyeruak, menanti pertemuan kembali dengan Liana. Rindu yang sebelumnya benar-benar terpangkas jarak dan tak ada komunikasi, karena saat itu Liana tidak memiliki ponsel. Hanya janji yang Liana percaya, bahwa lelaki itu akan kembali untuknya. Mereka telah sama-sama berjanji untuk menjaga hati.Hanya beberapa kali Damar menerima surat dari Liana. Surat yang sedikit mengobati kerinduanni. Mengetahui Liana baik-baik saja, cukup menenangkan dirinya dan bersemangat untuk menyelesaikan proyek di Jakarta.Di sana, Damar memberitahu ayahnya tentang rencana merekrut siswa pedalaman untuk mendaftarkan beasiswa dari perusahaan sang ayah. Juga memberitahu tentang perasaannya, dan gadis yang telah mencuri hatinya. Damar meminta restu sang ayah.Sang a
Read more

27. Tawaran

Adara Bab 27.Dara duduk di kursi panjang rumah sakit. Di depan laboratorium, gadis itu menenggelamkan kepalanya di kedua lutut seraya menunduk dalam posisi duduk. Dara menangis, ia tak bisa menghentikan isak tangisnya setelah membaca hasil tes DNA antara ia dan Damar.Hasil tes menunjukkan bahwa mereka bukan anak dan ayah secara biologis. Sembilan puluh sembilan persen DNA keduanya tak cocok.Dara hanya merasa sedikit putus asa dalam menemukan pelakunya. Sejak awal Damar menceritakan hubungannya dengan Liana, Dara bisa melihat kejujuran di matanya. Hanya saja ia terlalu krisis kepercayaan, hingga ia harus tetap waspada dan bergerak hati-hati."Hari Jumat saja, bagaimana?" tanya Rayyan pada Dara, setelah mendapat persetujuan dari sang papa untuk melakukan tes DNA."Hari Jumat saya visit pasien di rumah sakit umum pagi-pagi, dan segera jemput kalian di sini." Rayyan menjelaskan alasannya.Sejenak Dara menatapnya, mencoba memikirkan bagaimana baiknya. Sementara Damar mengangguk setuju
Read more

28. Liana Dibawa ke RSJ

ADARABag 28.Atas persetujuan Dara dan keluarganya, Liana hari ini dibawa ke salah satu rumah sakit jiwa terbaik di Jakarta.Liana memang pernah diobati oleh keluarganya menggunakan fasilitas BPJS, tapi tak ada perubahan berarti. Kadang ia lebih lebih tenang dan tak mengamuk. Namun, di lain waktu penyakitnya kambuh lagi, tak pernah benar-benar sembuh. Itu yang menyebabkan Dara bekerja mati-matian agar bisa mengumpulkan uang untuk biaya pengobatan sang ibu, tapi nyatanya tak banyak yang bisa ia sisihkan.Satu sisi, Dara ingin mempertahankan sisi egois dan harga diri di depan Rayyan dan Damar, karena tak ingin berhutang Budi pada keluarga itu. Namun, melihat ketulusan mereka membuat Dara yakin, karena sampai kapan pun, kesembuhan Liana adalah mimpi utamanya. Liana dituntun Halimah untuk keluar dari rumah. Wanita tua itu bahkan merasa lebih sehat dari hari biasanya, karena ia juga menanti hari ini dari jauh-jauh hari setelah kejadian pada anak gadisnya. Menanti anaknya dirawat dengan
Read more

29. Masa Kecil Dara

ADARA Bab 29.Dara kecil sering mengamati seorang perempuan di kamar itu, tatapannya yang kosong, bicaranya yang tak teratur dan segala macam tingkah yang menurut Dara aneh. Perempuan yang sering kali tertawa dan menangis tak kenal waktu dan alasan. Ah, bukankah alasannya bahkan tak bisa ia terima hingga membuatnya menjadi seperti itu.Perlahan seiring pertumbuhan Dara, ia bertanya pada nenek dan kakeknya tentang perempuan itu. Gadis itu hanya ingin memastikan jawaban yang ia dengar dari orang-orang tentang hubungannya dengan perempuan itu tanpa ditanya."Ibunya gila. Dirantai di kamar." Entah berapa kali Dara harus mendengar kalimat yang sama dari teman-teman sebayanya. Pernyataan yang mungkin mereka dengar dari pembicaraan orangtuanya, atau mungkin orang tua anak-anak sengaja memberitahu yang menurut mereka itu kebenaran yang seharusnya tak akan melukai hati Dara.Tahu apa mereka tentang hati gadis kecil itu?Sebelumnya, Dara hanya tahu bahwa ia adalah anak pertama dari Herman da
Read more

30. Karma

ADARA Bab 30.Malam itu Dara kembali harus keluar karena persediaan obat nenek sudah habis. Padahal berulangkali ia ingatkan pada nenek dan kakek agar segera memberitahu jika obatnya sudah habis. Dara bukan tak memeriksa, tapi kesibukannya setiap hari terkadang membuatnya lupa tentang persediaan obat di rumah."Nenek pikir tahan hingga besok pagi. Kita ambil rujukan, dan berobat di rumah sakit seperti biasa biar gratis."Alasan nenek tak memberitahu Dara karena tak ingin membuatnya repot. Padahal justru lebih parah jika nenek kehabisan obat saat malam, karena Dara terpaksa harus keluar dan menyiapkan diri dengan segala rintangan kejatahan kota di malam hari.Sama seperti alasan setiap orangtua yang menyayangi anak atau cucunya, mereka tak ingin menjadi beban sama sekali. Bahkan saat Dara akan pergi, nenek menatapnya begitu lama, hingga Dara tersadar seolah ada yang ingin dikatakan. Seolah ada yang diinginkan."Nenek pengen dibelikan apa?" tanya Dara.Halimah tersenyum sungkan, sekla
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status