Semua Bab Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku : Bab 31 - Bab 40

54 Bab

Bab 31

Aku jadi fokus mendengarkan ucapan Haris kata demi kata. Tidak menutup kemungkinan orang itu adalah mereka, buronan yang tengah dicari polisi."Haris, aku tutup dulu teleponnya. Nanti papa mau hubungi Pak Aji terlebih dahulu," timpalku sambil mematikan sambungan teleponnya.Bukan tidak tahu terima kasih, tapi aku masih harus waspada terhadap Haris. Sebab, ia bisa saja berubah lagi.Aku ke luar kamar, ternyata papa berada di ruangan televisi. Aku segera mendekat dengannya."Pah, ambil ponsel coba, kata Haris polisi hubungi Papa nggak diangkat-angkat," paparku sambil menggoyangkan tangannya.Kemudian, papa memerintahkan pembantunya untuk mengambil handphone di kamar.Setelah ponselnya berada di genggaman. Ternyata benar, ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Pak Aji. Ia mungkin ingin menyampaikan perihal orang yang ditemukan saat itu. Meskipun Pak Aji tidak berada di lokasi, pastinya rekan di Jogjakarta tengah melaporkan segala hal sekecil apapun mengenai buronan tersebut."Pah, cepat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-15
Baca selengkapnya

Bab 32

Tiba-tiba Haris tersungkur dan bersujud di kakiku. Benar dugaanku ia pasti melakukan satu hal yang membuatnya seperti ini."Fik, aku minta maaf," ucap Haris.Aku bergeming, tak bicara satu kata pun untuk menanggapinya.Suster ikut berhenti ketika menoleh ke belakang."Cepat bangun, kita ketemu dokter dulu," ajakku kasar. Kemudian kaki ini melangkah mengekor suster yang kini mulai beranjak kembali.Suster membuka pintu lebar-lebar, ia mempersilakan kami masuk dan memperkenalkan pada dokter yang menangani Mas Danu dan Syakila."Dok, ini Mbak dan Mas yang ingin bertemu Dokter," ucap suster dengan lemah lembut."Sore Dok, saya Dokter Haris, dan ini Fika, mantan istri Danu, pria yang dirawat di ruang ICU." Haris menjelaskan statusku, agar dokter lebih percaya untuk menceritakan kondisinya."Sore juga, Dok, Mbak. Senang berkenalan dengan kalian. Saya akan menjelaskan kondisi mereka saat ini." Kami pun duduk setelah dipersilakan."Iya, sebenarnya kami sudah tidak peduli, tapi ingin tahu kea
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-15
Baca selengkapnya

Bab 33

"Bisu permanen, Dok?" Aku bertanya seraya tak percaya."Iya, saya pastikan pasien bisu permanen," terang dokter.Aku menoleh lagi ke arah Haris yang ikut termangu saat dokter menyatakan Syakila bisu permanen."Baik, Dok. Saya akan beritahu keluarganya masalah kondisi Syakila," timpalku mengakhiri pembicaraan. Kemudian, kami bangkit dari duduk dan beranjak keluar ruangan.Kami berjalan seakan tak tahu arah tujuan. Mata kami berdua menyoroti jalan tapi pikiranku entah ada di mana. "Apa ini karma?" Aku dan Haris bertumbuk pandangan, apa yang kami tanyakan juga sama."Kita satu pemikiran," celetuk Haris. Kemudian memalingkan wajahnya dan kembali ke arah depan."Kita temui papa di bawah," ajakku. "Papa harus tahu kondisi Syakila, jujur saja aku jadi kasihan dan memiliki inisiatif untuk mencabut laporan," sambungku membuat Haris menoleh dan berhenti."Nggak gitu, Fik. Jangan jadikan kondisi Syakila sebagai kelemahan, biarkan mereka memetik apa yang sudah ditanam," cegah Haris.Aku menelan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-16
Baca selengkapnya

Bab 34

"Jangan over thinking, Fik. Mungkin Danu bicarain aku yang udah bodoh menuruti kemauannya," sanggah Haris."Hu um, betul itu, mereka seperti menertawakan kamu, tapi sejujurnya Tante tidak tahu betul tentang mereka. Maafin Tante ya," timpal Tante Siska. "Tante mau lihat keadaan Danu, kamu mau ikut, Fika?" tanya Tante Siska."Mas Danu masih belum sadar, Tante. Sedangkan Syakila, ia harus amputasi kan, dan seharusnya Tante Sisks atau keluarganya menandatangani persetujuan," timpalku. "Satu lagi yang belum Tante ketahui, Syakila dipastikan bisu permanen," tambahku."Astaga, separah itu? Syakila pasti terpukul atas apa yang terjadi dengannya," ungkap Tante Siska "Aku juga bingung ngomongnya gimana ke Syakila," jawabku sambil mengangkat bahu."Ya udah, karena khawatir Syakila akan menyalahkan kamu, lebih baik untuk sementara waktu nggak usah temui dia, kamu ke tempat Danu aja, gimana?" tanya Tante Siska.Aku pun mengangguk dan menuruti apa kata Tante Siska. Namun, aku menemui Mas Danu dite
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-16
Baca selengkapnya

Bab 35

"Apa kamu bilang tadi? Papa?" Aku baru sadar kalau ternyata Haris menyebut papa dengan sebutan layaknya menantu."Astaga, maaf Pak Wijaya, saya Keceplosan," jawab Haris sambil menepuk keningnya. Wajahnya kelihatan merah ketika papa menautkan kedua alis sambil menggelengkan kepalanya."Jangan sebut saya Papa kalau banyak kebohongan yang kau simpan, Haris," ancam papa.Kemudian, kami pun bergegas ke kantin untuk bicara empat mata. Aku dan Haris jalan berdampingan meski tidak gandengan. Namun, tiba-tiba ia berhenti."Ayo, Ris! Kok kamu malah berhenti?" tanyaku pada Haris yang tiba-tiba berhenti melangkah. Ia menahan langkah kakinya."I-iya Fik, sepatu tadi agak tak enak dipakai," sahutnya sambil menggerak-gerakkan kaki seraya tidak nyaman dengan sepatu.Setibanya di kantin, aku duduk saling berhadapan."Ris, langsung aja. Ada yang ingin aku tanyakan. Tolong dijawab jujur, ya!" tekanku dengan nada mengancam."Tunggu ya, Fika." Haris menyuruhku untuk berhenti berbicara. "Mbak, mau pesan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-18
Baca selengkapnya

Bab 36

"Ini kuasa Allah, janin selamat meskipun sang ibu sempat sekarat, mungkin inilah yang dinamakan takdir, janin tersebut memang ditakdirkan masih hidup," terang dokter.Aku menghela napas panjang. Sebab, janin yang ada di rahim Syakila memang tidak bersalah.Lalu keluarga Syakila mendekatiku. Memohon maaf atas tindakan yang dilakukan oleh Syakila. Ibunya sampai sujud di hadapanku. Hal inilah yang membuatku jadi terenyuh."Mbak, saya selaku orang tua dari Syakila, mohon maaf atas segala kelakuan Syakila," ucap ibundanya. Aku tidak tega melihatnya, dan membantunya untuk bangkit. Mengingat karena aku tidak memiliki ibu, jadi tiap kali ada perempuan yang membela anaknya, aku pun ikut merasakan hal yang sama."Sudahlah, Bu. Bangun ya, Syakila tetap harus menerima ganjaran yang telah ia lakukan. Maaf pasti sudah saya maafkan. Hanya saja, hukum tetap berjalan," timpalku dengan tenang. Padahal tadi kami sepakat ingin mencabut laporan. Setelah setengah jam dokter menyiapkan operasi, akhirnya Sy
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-18
Baca selengkapnya

Bab 37

"Aku dan Syakila, tidak sengaja lihat isi chat Tante Siska dan Fika. Sejujurnya, awal aku lihat Tante Siska berbalas chat tidak curiga. Tapi, rasa penasaran saat Tante Siska menyebutkan nama Fika," terang Mas Danu membuatku seketika mengembuskan napas. Sedikit lega tapi ada rasa curiga. Sebab, Haris sendiri sudah mengakuinya, tapi kenapa Mas Danu berbicara seperti itu?"Bohong, Pak. Saya yang telah memberikan informasi itu. Memang saya orangnya yang sudah sangat bodoh membantu ia untuk kabur, sambung Haris. Aku terperanjat mendengarnya. Maksudnya apa seperti ini? Kenapa semuanya jadi cari muka begini?"Aku lihat pesan Tante Siska, bukan tahu dari kamu. Bukankah kamu itu kaki tangan Pak Wijaya, jadi aku rasa bohong kalau membantuku untuk kabur," tambah Mas Danu semakin membuatku bingung."Astaga, waktu itu kamu melihat isi chat Tante dengan Fika? Kok tidak sopan?" tanya Tante Siska. Papa pun melihat ke arah Tante Siska. "Kamu terlibat?" Papa menuduh Tante Siska terlibat dalam larinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-19
Baca selengkapnya

Bab 38

"Alhamdulillah dong, masa Ibu malah nangis?" Aku mengangkat kedua alis seraya heran."Syakila sadar, tapi ...." Ia memotong ucapannya."Bu, ada apa dengan Syakila?" tanyaku pada ibundanya Syakila. Ia masih nangis terisak-isak. Berselang kemudian, Om dan sepupunya ikut menangis histeris. 'Ini ada apa dengan Syakila?' batinku."Maafkan segala kesalahan Syakila, Mbak Fika. Ibu mohon," lirih Ibu Surti, ia memohon agar aku ikhlas memaafkan Syakila."Bu, cerita yang jelas, ada apa ini?" tanya papa menyelidik. Ia juga penasaran akan ucapan-ucapan yang Ibu Surti lontarkan. Dalam hati kecilku jadi berpikir macam-macam. Jangan-jangan Syakila meninggal? Makanya ibunya minta diikhlaskan."Syakila, tadi sadar, tapi setelah tahu kakinya hanya sepotong, ia sangat histeris, ditambah ingin menjerit ia kesulitan bersuara, akhirnya hilang kesadaran lagi, Syakila koma," ungkap Ibu Surti."Astaga," ucapku singkat. Tangan ini spontan menutup mulut."Kalau Syakila gak ada umur, Mbak Fika tolong ikhlaskan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Bab 39

"Saya mau mencabut laporannya, Pak. Apakah harus ke Jakarta?" tanya papa membuat kami serentak mengembuskan napas.Papaku orang baik, tentu ia takkan tega melihat ibunya Syakila memohon untuk mencabut laporannya. Walaupun ada rasa keinginan untuk membuat jera Syakila dan Mas Danu, aku rasa papa masih punya perikemanusiaan.Tiba-tiba Bu Surti meluruhkan tubuhnya ke lantai, tepat di bawah kaki papa ibunya Syakila memohon maaf."Terima kasih orang baik, maafkan segala kesalahan putriku, Saya berjanji akan mendidiknya menjadi orang baik," tuturnya membuatku sedikit terenyuh."Bangunlah! Tidak perlu melakukan hal ini, mendidik dan meluruskan Syakila ke jalan yang benar saja itu sudah membuat saya cukup," jawab papa dengan kewibawaannya.Kemudian wanita itu berpindah ke arahku dan memeluk tubuhku ini. "Dulu kamu yang bisu, lalu Syakila memanfaatkan kamu, tapi dengan berbesar hati kamu memaafkannya. Terima kasih Fika, Ibu yakin jodoh kamu pasti lebih baik dari Danu, sebab jodoh itu cerminan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Bab 40

"Entahlah, Bu, tadi tiba-tiba saja Syakila memegang dadanya, sekarang dokter tengah memeriksa kondisinya," jelasku.Bu Surti menghela napas, ia menurunkan bahunya seketika."Ya Allah, jika memang sudah waktunya, Hamba mohon mudahkan," lirih seorang ibu. Seburuk-buruknya anak, ia tetap darah dagingnya."Semoga Syakila masih diberikan umur panjang, Bu." Aku mencoba menguatkan. "Nanti aku coba titip pesan ke Mas Danu untuk menemui istrinya. Aku boleh pamit ke Jakarta, kan? Ini semua untuk urus cabut laporan," sambungku."Boleh, Nak. Ya Allah, Ibu malah merepotkan kamu, terima kasih banyak," timpal Bu Surti.Sebelum aku berangkat ke Jakarta, sesuai dengan janjiku tadi, untuk meminta Mas Danu menemui Syakila. Namun, ketika aku hendak ke ruangan Mas Danu. Dokter keluar dari ruangan ICU."Dok, gimana anak saya?" Bu Surti dengan cepat menanyakan kondisinya Syakila."Kembali kritis, hilang kesadaran lagi. Kita hanya banyak berdoa aja ya sekarang," ucap dokter sambil menepuk bahu sang ibu. Kemu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status