Home / Rumah Tangga / AKU BUKAN BUDAKMU, MAS! / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of AKU BUKAN BUDAKMU, MAS!: Chapter 31 - Chapter 40

46 Chapters

Tiga puluh satu

"Assalamualaikum," ucap seseorang ketika aku hendak memejamkan mata. Aku hanya menjawab dalam hati dan masih menunggu ucapan salam untuk yang kedua kalinya."Assalamualaikum ...." Lagi aku menjawab dalam hati. Namun, kali aku sudah bangkit dan sedang menuju ke ruang tamu."Assalamualaikum, Mbak Widya! Ini aku Lilis, Mbak!" seru seseorang di balik pintu.Aku menoleh pada benda bulat yang menempel di dinding."Jam setengah dua belas?" gumamku. Lalu melangkah pelan ke pintu kemudian menyingkap sedikit tirai jendela. Dan benar itu adalah Lilis nampak berdiri dengan ditemani Mas Anam. Sesekali Lilis terlihat meringis sambil memegangi perutnya."Apa Lilis mau melahirkan, ya?" batinku."Assalamualaikum." Kini Mas Anam yang berucap salam."Waalaikumussalam," balasku sambil membuka pintu."Wid, sepertinya Lilis akan melahirkan. Ak-aku mohon kamu bersedia menemaninya."Tapi aku ke rumah bidannya sama siapa, Mas?
last updateLast Updated : 2023-02-25
Read more

Tiga puluh dua

Sungguh kasihan, mungkin saat ini dia sedang berperang dengan hatinya. Di sini lain dia ingin mendapat pengakuan siapa ayah anaknya. Namun, di sisi lain, hatinya terlanjur sakit karena dulu pernah disia-siakan."Lis, tolong maafkan aku." Lelaki itu meratap, masih dengan posisi yang sama, bersimpuh di hadapan Lilis. Sepertinya dia benar-benar menyesali perbuatannya dulu.Sementara Lilis masih bergeming, rahangnya mengeras seolah menahan amarah yang akan tumpah, sedangkan air mata semakin meluncur deras hingga menetes membasahi kepala sang lelaki."Aku berjanji akan menjaga kalian, mencintai dan menyayangi kalian berdua." Lelaki itu perlahan berdiri, kini mereka saling berhadapan."Waktu itu aku khilaf, Lis. Pikiranku sedang kalut dan kamu datang dengan membawa berita di saat yang tidak tepat. Percayalah, Lis, sejak kamu memutuskan untuk pergi, hidupku seolah hancur," ucapnya lirih sambil berusaha memegang kedua tangan Lilis."Gombal!" bati
last updateLast Updated : 2023-02-26
Read more

Tiga puluh tiga

"Oh, jadi kamu yang mempengaruhi Lilis untuk tidak mau pulang?!" Karena saking kencangnya suara yang tiba-tiba muncul, membuat balita yang sedang menyusu itu menangis. Jangankan bayi yang masih berusia seminggu itu, aku saja juga sangat terkejut."Mbak Sri?! Bisa gak sih kalau masuk itu mengucapkan salam?!" Kali ini aku sudah tidak bisa menahan emosi melihat tingkahnya yang selalu kasar spontan aku berdiri."Widya! Kamu itu sekarang sudah bukan keluarga kami, kenapa sih kamu selalu mencampuri urusan kami?" tanyanya penuh emosi."Tanya pada dirimu sendiri, Mbak! Kenapa Lilis lebih memilih tinggal di sini dari pada di rumahmu," sahutku tak kalah ketus."Jangan kurang ajar kamu! Aku yang lebih tahu apa yang terbaik untuk keluargaku. Lihatlah Anam, setelah dia menikah dengan Erna, istrinya itu langsung mengandung, walaupun sekarang anaknya meninggal. Erna masih bisa hamil lagi. Gak kayak kamu mandul!" Lagi dia seolah ingin membuatku tertekan dengan se
last updateLast Updated : 2023-02-27
Read more

tiga puluh empat

"Sekali lagi maafkan aku, Lis. Kumohon beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang dulu pernah kulakukan padamu. Kumohon demi masa depan anak kita." Lelaki itu masih saja memohon.Entah ini sebuah rayuan atau memang sungguh-sungguh aku juga tidak tahu karena aku tidak mengenal mereka. Caranya memohon, aku muak saja melihat seseorang yang dengan mudahnya mengucap maaf lalu mengulangi kesalahan yang sama."Ibu juga memohon padamu, Lis," ucap wanita itu dengan suara bergetar menahan tangis.Aku menatap wanita itu seksama, garis wajahnya nampak teduh. Namun, kenapa dulu dia tidak mau menerima Lilis? Sekarang setelah penderitaan yang Lilis alami dengan mudah mereka datang dan meminta maaf?"Kalau begitu—" Lilis mengantungkan kalimatnya karena terdengar teriakan seseorang dan di ikuti dengan beberapa teriakkan lainnya."Tidak! Tolong!"Teriakkan dari luar membuat kami serentak menoleh ke asal suara. Terlihat beberapa orang ber
last updateLast Updated : 2023-02-28
Read more

tiga puluh lima

Ucapan terakhirnya itu membuat aku menatapnya sekilas kemudian mengangguk. Sebenarnya ada sedikit rasa sedih saat mendengarnya. Namun, itu lebih baik untukku karena itulah kesepakatan awal.Kebersamaan selama beberapa minggu ini, membuat aku menyukainya, apalagi setelah hadirnya Diyan. Melihat Lilis yang mau berubah menjadi manusia yang lebih baik, itu sungguh membuatku bahagia."Kenapa di rumah Mas Anam? Apa Erna akan setuju?" tanyaku, walaupun sedikit ragu.Lilis membetulkan letak duduknya sebelum menjawab pertanyaanku."Mbak Erna yang meminta, karena dia kesepian kalau ditinggal Mas Anam," jawab Lilis.Aku tahu dia tidak merasa nyaman tinggal di sana, terlihat dari caranya saat berbicara padaku, ibu muda itu sama sekali tidak menatapku.Aku mencoba untuk merelakan kebersamaan yang sudah terjalin dengan baik ini. Bagaimana pun Mas Anam adalah kakaknya, bukankah seharusnya aku bahagia.**Lilis masih sering men
last updateLast Updated : 2023-03-01
Read more

tiga puluh enam

Seperti orang yang sudah melakukan kesalahan dan sedang dihakimi. Tatapan mereka sungguh menakutkan, membuatku menggigit bibir bagian bawah, sambil sesekali mencuri pandang pada mereka."Mbak Widya beneran gak tahu?" tanya Mbak Dina. Aku mengangguk dengan senyum nyengir kuda."Astaga, Widya! Dia itu warga baru di sini, eh orangnya ganteng loh. Dia ju—""Buat apa ganteng kalau nyakitin, Mbak?" tanyaku memotong ucapannya setelah itu menutup mulut dengan satu tangan. Sungguh kebiasaan yang kurang bagus."Iya, juga sih," sahut Mbak Sasa pelan. Setelah itu semua kembali diam. Hanya alunan lagu dari Rossa yang mendayu-dayu terdengar dari radio yang diputar oleh Pak Imam.**Pagi ini, seperti biasa aku membersihkan halaman. Sedikit banyak mulai terdengar kasak-kusuk tetangga yang merasa heran karena aku gak kerja, tapi bisa mencukupi kebutuhan diri sendiri. Padahal mereka tahu kalau aku ini jualan online. Sudahlah.Setelah sele
last updateLast Updated : 2023-03-02
Read more

tiga puluh tujuh

Aku yang sedang menyiram tanaman dibelakang rumah, segera mencuci tangan setelah mendengar seseorang mengucap salam."Wa'alaikumussalam," balasku sambil melangkah ke depan."Mbak widya! Assalamualaikum!" Lagi salam itu terdengar."Wa'alaikumussalam," sahutku sambil meraih handle pintu. "Mbak Sasa, ada apa?" tanyaku heran melihatnya berdiri di depan pintu sambil membawa sebuah buku."Mbak Widya, ini aku mau minta tolong. Ajarin Nia dong. Aku wes pusing, Mbak," keluhnya padaku."Ajarin apa, Mbak?""Ini loh, soal matematika. Ya ampun susah banget!" Lagi ibu dua anak itu mengeluh."Coba sini aku lihat," pintaku padanya. Dengan semangat wanita itu memanggil anaknya yang sudah kelas 4 SD tersebut.Setelah melihat soalnya sepertinya aku bisa membantu, soal tentang KPK dan FPB. Sedikit-sedikit masih ingatlah dengan rumusnya.Aku kira masalah selesai. Namun aku kembali tercengang ketika selepas magrib terdengar
last updateLast Updated : 2023-03-03
Read more

Tiga puluh delapan

"Ada apa, Yah, Bu?" Kenapa kalian senyam-senyum?""Senang aja, akhirnya akan ada lagi yang menjaga putri ibu, dan yang lebih membuat kami bahagia, kami sudah kenal dan tahu orangnya.""Doakan agar semua berkah ya, Bu, Yah." Seperti anak kecil aku pun menghambur ke pelukan ibu.**Semua sudah siap, tak ada pesta meriah, hanya ijab qobul yang akan kami lakukan di KUA.Setelah itu ibu akan mengadakan syukuran dan meminta doa dari kerabat serta tetangga dekat untuk keberkahan keluarga baruku.Doa dipanjatkan dengan khusus yang dipimpin oleh Mbah Moden. Tak lupa beberapa wejangan juga beliau berikan kepada kami."Menikah adalah sebuah proses menerima kekurangan pasangan yang tidak engkau temui ketika baru berkenalan dengannya.""Sesungguhnya menikah memerlukan perjuangan panjang dan lama, akan tetapi terasa indah."Setelah itu Mbah Moden yang merangkap seorang ustadz itu menceritakan tentang rumah tangga Say
last updateLast Updated : 2023-03-04
Read more

tiga puluh sembilan

"Alhamdulillah, dilanjut nggih?""Nggih ....""Dari episode indah Umar bin Khathab dalam bermuamalah dengan pasangannya, ada faidah penting yang bisa dijadikan acuan bagi keharmonisan pasutri.""Pertama, suami hendaklah mampu menahan diri. Sikap diamnya Umar bukan berarti ia tak membela diri, justru sebaliknya. Inilah sikap mulia seorang suami sekaligus sebagai pemimpin rumah tangga ia telah memberikan teladan dalam kebaikan akhlak.""Bukan pula ia membiarkan kesalahan istri, tapi saat situasi memanas, sama sekali tak kondusif untuk menasehati istri. Terlebih lagi ketika ia segera membalas kemarahan istri, maka yang terjadi adalah perang mulut dimana ledakan emosi-emosi negatif akan menjadikan keduanya terjebak dalam pertengkaran, karena masing-masing mengemukakan alasan.""Disinilah, sosok suami shalih harus mampu mengendalikan diri, menjaga keadaan tetap stabil sehingga tak membuka kesempatan sekecil apapun bagi setan untuk ma
last updateLast Updated : 2023-03-05
Read more

Empat puluh

Aku terjaga ketika sayup-sayup mendengar sholawat tarhim dari masjid yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, bibir ini tak henti-hentinya tersenyum, jika mengingat kejadian semalam.Tunggu! Aku menoleh ke belakang. Namun tak kutemui Mas Adnan di belakangku. Kemana suamiku? Apa dia sudah bangun? Ah, malunya diriku jika memang seperti itu.Mas Adnan keluar dari kamar mandi, lelaki itu hanya memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya. Dia melihatku sekilas, lalu dengan santai memakai pakaian di hadapanku. Mungkin dia mengira aku masih tidur, atau dia sengaja mau menggodaku? Ah, sialnya aku yang malu sendiri dibuatnya.Aku masih pura-pura tertidur, mata ini masih terpejam, ketika dia mulai mendekat lalu duduk di sisi ranjang.Telapak tangannya yang besar mengelus rambutku, membenarkan beberapa rambut yang menutupi wajahku, menyelipkan beberapa helai anak rambut ke telinga lalu mengecup kening turun, terus turun ke bawah hingga sampai di bib*rk
last updateLast Updated : 2023-03-06
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status