Semua Bab Tertawan Pesona Bos Duda: Bab 61 - Bab 70

75 Bab

Bab 61: Mencari Seruni (2)

“Kamu tahu, kita penghuni terakhir dapur La Luna semalam. Tidak ada Seruni atau karyawan lain di sana.”Kai menjawab dengan suara serak ketika Bram menelepon. Pria itu pasti sedang tidur dan Bram telah membangunkannya. Untuk itu Bram harus bersiap menerima semburan uap panas dari singa yang dibangunkan tanpa permisi itu.“Bisakah kamu berhenti menggangguku? Aku butuh istirahat. Jangan sampai kamu seperti Om Adit yang pagi buta sudah minta ini itu seolah aku robot yang bisa on sepanjang waktu.”Gerutuan Kai masih berlanjut. Bram terdiam sesaat. Kai benar, mereka memang makhluk terakhir di semesta dapur La Luna. Lalu, ke mana Seruni? Atau dia sudah dapat kosan dan menginap di sana?“Kamu tahu, dengan siapa Seruni biasa pulang?”“Ya, Tuhan!” Kai berdecak. “Aku bukan bapaknya Seruni. Aku tidak pernah ikut campur dengan siapa karyawanku pulang.” Kali ini nada bicara Kai terdengar kesal.“Yah, siapa tahu kebetulan kamu lihat waktu dia pulang.” Bram ngeyel. Dalam penyelidikan suatu kasus, se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-28
Baca selengkapnya

Bab 62: Dua Kemungkinan

“Kok, bisa, Pak, dia tidak pulang?” Ben berseru panik. “Memang semalam dia minta turun di depan halte.”“Jadi kamu nggak nganter sampai depan rumah?” Nada bicara Bram meninggi, antara kesal dan kaget. Ditariknya tirai jendela hingga sinar matahari tepat mengenai wajahnya yang tegang. Kedua matanya menatap pintu gerbang dan halte Trans Jogja bergantian. Jika Seruni turun di depan halte, butuh waktu sekitar sepuluh sampai lima belas menit jalan kaki untuk sampai gerbang. Waktu yang cukup lama bagi penjahat terlatih untuk menculiknya.“Tidak, Pak. Seruni yang minta. Katanya tidak enak sama Bapak kalau dianter sampai halaman.”Mendengar jawaban Ben, kemarahan yang nyaris menyembur dari mulut Bram seketika terhenti. Ia teringat pembicaraannya dengan Seruni tempo hari. Tuduhan tak berdasar pada Seruni telah menyebabkan gadis itu menantang bahaya. Kini, bisa dikatakan, ialah penyebab Seruni hilang.‘Oke, Ben, terima kasih infonya.” Bram merasa tidak ada gunanya lagi memperpanjang pembicaraan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-29
Baca selengkapnya

Bab 63: Siapa Tuan Besar?

Aku di mana?Pertanyaan itu menyeruak di benak Seruni ketika kelopak matanya terbuka dan mendapati dirinya berada di sebuah ruang gelap. Tembok tempatnya bersandar dan lantai tempatnya berpijak terasa dingin dan lembab. Dari bau debu yang tercium hidung, Seruni menduga kalau ia disekap di sebuah ruang kosong yang mungkin tidak pernah digunakan dalam waktu lama.Di mana aku? Siapa yang membawaku ke sini? Apakah Gou sudah menemukanku?” Seruni ingin berteriak, tetapi suaranya tertahan sehelai kain berbau apak sehingga yang terdengar hanya erangan. Seruni membuang napas kasar ketika mengetahui tangan dan kakinya pun terikat kuat sehingga tidak bisa digerakkan sama sekali.Kenapa aku bisa lengah sampai tertangkap Gou lagi? Setelah berusaha melepas ikatan dengan cara menggerakkan tangan dan kaki yang berujung kegagalan dan hanya menghasilkan rasa perih di bagian yang terikat, Seruni memutuskan untuk diam. Ia harus tenang agar bisa mencari jalan keluar dari tempat gelap ini.Dada Seruni be
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-30
Baca selengkapnya

Bab 64: Utang Seruni

“Kamu sudah pastikan gadis itu benar Seruni?”Tuan Besar menatap lurus-lurus Shin. Hari masih pagi dan matahari baru saja muncul dari celah langit. Sinarnya menerobos masuk lewat jendela besar di ruang perpustakaan yang dibiarkan terbuka. Secangkir kopi panas tersaji di atas meja. Uapnya membawa aroma bunga yang segar.“Sudah, Tuan. Dia memang Seruni.”Shin mengembangkan cuping hidung. Ia menyukai kopi beraroma bunga atau kacang-kacangan dari timur Indonesia. Ia lebih memilih kopi ketimbangan minuman beralkohol. Shin selalu menggenggam nasihat sang ibu agar menghindari minuman keras dan daging babi. Meski menghabiskan waktu dalam bisnis gelap, Shin tidak pernah mengotori perutnya dengan dua barang haram itu.“Bagus.” Tuan Besar menghirup uap kopinya lalu mengambil satu bendel uang kertas berwarna merah. “Sesuai janjiku. Ini hadiah untukmu.”“Terima kasih, Tuan.” Shin mengangguk hormat. “Tapi saya belum bawa gadis itu ke hadapan Tuan. Tugas saya belum selesai. Saya belum berhak atas ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-01
Baca selengkapnya

Bab 65: Siapa Kamu?

Matahari perlahan merangkak naik. Sinarnya semakin terang dan sebagiannya mengenai tubuh Shin. Pria itu mengangguk hormat dan mengiyakan perintah atasannya. Ia meninggalkan perpustakaan setelah Tuan Besar memberi isyarat dengan tangan agar segera pergi.Sebelum keluar rumah, Shin mampir ke coffee bar di lantai satu dan meminta secangkir kopi Bajawa tanpa gula. Coffee bar itu ada di ruang tengah, tempat di mana Tuan Besar biasa mengadakan rapat dengan orang-orang penting dalam jaringan bisnis gelapnya. Sebuah meja persegi panjangl besar yang dikelilingi kursi berada di tengah ruangan sementara coffee bar ada di salah satu sisi, tepat menghadap kursi paling besar di ujung meja. “Tuan Besar sepertinya sedang senang.” Perempuan bergaun ketat dengan apron cokelat tersenyum menggoda. Disodorkannya kopi beraroma kacang-kacangan yang baru saja diseduhnya pada Shin.Shin hanya mengedikkan bahu lalu menghirup uap yang menguar dari cangkirnya. Ia sedang tidak ingin mengobrol. Pikiran pria itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-03
Baca selengkapnya

Bab 66: Mendadak Punya Utang

“Selamat pagi, Nona.”Alih-alih merespons teriakan Seruni, Shin justru bersikap santai. Ia berdiri tegak di tengah ruangan dengan tangan tersimpan di saku dan wajah terbenam di balik topi. Shin sedikit mengangkat wajah lalu menatap Seruni. Pria itu terkesiap sesaat. Selain indah, sorot mata Seruni menyimpan luka, juga perlawanan. Shin tertantang dan tergoda dalam satu waktu. Ia selalu jatuh cinta pada perempuan-perempuan pemberontak. Seringkali, mereka hanya garang di depan. Shin selalu punya cara menaklukkan mereka.Rahang Seruni terkatup rapat sementara kedua matanya memindai tubuh Shin. Pria di hadapannya jelas sangat berbeda dengan Gou. Ia lebih tenang, tetapi tatapannya tajam menusuk. Seruni tidak mencium bau rokok dan alkohol dari tubuh si topi hitam. Dari gerak-geriknya, Seruni bisa menilai kalau Shin bukan orang sembarangan.“Apa tidurmu nyenyak semalam?”Shin mengayunkan kaki, memangkas jarak dengan Seruni. Meski bibirnya tersenyum, tetapi kedua matanya berkilat-kilat.Seruni
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-05
Baca selengkapnya

Bab 67: Apakah Aku Akan Mati di Sini

Shin mundur selangkah. ‘Makanlah dulu. Kita bicarakan soal utangmu nanti.” Melihat Seruni menurunkan tensi, pria itu pun melakukan hal yang sama. Ia semakin yakin, Seruni akan jatuh ke dalam pelukannya. Tanpa ragu, dilepaskannya ikatan tangan Seruni agar gadis itu bisa makan.Desisan Seruni terdengar ketika tali pengikat telah terlepas. Seruni menyeringai kesakitan sambil mengangkat tangan. Dilihatnya pergelangan tangannya memerah.“Makan.” Shin mengangkat dagu, memberi isyarat pada Seruni agar segera mengambil piring.Nyeri di tangan Seruni masih terasa. Ia bergeming dan mengabaikan perintah Shin. Sambil meniupi bagian tangan yang tergores, bayangan tubuhnya menggelepar keracunan makanan menggantung di depan mata. Ia bergidik seraya mengernyitkan dahi lalu beringsut menjauhi piring.“Kalau kamu tidak mau makan sendiri, aku akan suapi.” Shin mengangkat piring, menyendok nasi dan menyodorkannya ke depan mulut Seruni.Seperti ada yang bertalu di dada Shin melihat bibir Seruni yang menge
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-06
Baca selengkapnya

Bab 68: Terpaksa Menyerah

“Aduh!” Seruni mengerang. Dadanya sakit karena Shin memelintir tangan dan menekan punggungnya ke mobil.“Sudah kukatakan, jangan coba-coba melawanku. Aku tidak sebodoh dan selemah Gou.” Shin menarik tubuh Seruni menjauhi mobil lalu mendorongnya masuk ke dalam Expander. Kamu benar-benar macan kecil, Nona. Aku tidak akan pernah melepasmu. Shin duduk di samping Seruni. Diambilnya pisau lipat lalu menempelkan ke perut Seruni. sedikit saja gadis itu bergerak, pisau akan segera bekerja merobek kulit dan menembus tubuhnya.Salah satu penjaga masuk ke mobil dan duduk di samping kanan Seruni. Diambilnya selembar kain hitam lalu menutupkannya ke mata Seruni.Seruni menahan napas, merasakan pisau tepat menempel di tubuh dan dunia yang mendadak gelap. Satu-satunya jalan agar tetap bernapas hanya dengan menyerah dan berpura-pura menjadi anak manis.Perjalanan terasa begitu lama bagi Seruni. Ia berusaha menajamkan pendengaran, berharap mendapat petunjuk di mana ia berada. Namun, tidak ada suara a
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-07
Baca selengkapnya

Bab 68: Kegelisahan Bram

“Nay, selama Seruni belum ketemu, aku nitip rumah. Kamu fokus ngurus Mama dan anak-anak. Aku yang akan cari Seruni.’ Hari sudah gelap dan Bram masih bertahan di kantor.Lebih dari 24 jam Seruni hilang. Polisi dan tim dari NGO yang menangani kasus ini belum berhasil menemukan jejaknya. Ia seperti debu yang hilang ditiup angin.Bram memilih bertahan di kantor agar tetap bisa berpikir jernih. Di rumah, ia harus berada di samping Rain dan Ran sampai mereka tidur. Ia juga harus menghadapi wajah-wajah muram Mbok Asih dan Wulan. Mereka memang tidak banyak bertanya, tetapi mata keduanya mengungkap jauh lebih banyak kata dari yang bisa diucapkan oleh mulut. Bram tidak sanggup melihat kemelut itu.“Beres, Mas. Semua aman, kok. Kamu nggak usah khawatir.”Bram mengecek jadwal kontrol sang mama. ‘Thanks, Nay. Besok Mama harus kontrol. Kamu bisa minta tolong Kai buat nganter.”Nay tertawa. ‘Nggak perlu. Aku bisa handle, kok. I’m not a little girl, Mas. Jangan bilang kamu ambil kesempatan genting in
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-08
Baca selengkapnya

Bab 70

Merasa kasus Seruni masih gelap, Bram mencoba mengurai dan mencari titik terang. Ia mengambil kertas dan pulpen lalu mulai menulis kronologi hilangnya Seruni versi Ben dan hasil pencarian timnya Dewi. Bram yakin, Seruni diculik komplotan bisnis prostitusi online yang dulu pernah menjualnya.Bram menuliskan tempat-tempat yang mungkin akan digunakan komplotan itu untuk mempertemukan Seruni dengan pelanggan.BarPubHotelJumlah ketiganya puluhan atau malah ratusan. Menyisir semua tempat akan menghabiskan waktu. Alih-alih ketemu, Seruni mungkin sudah jatuh ke tangan pria hidung belang. Membayangkan hal itu, Bram bergidik. Disandarkannya punggung ke kursi. Sesaat ia memejamkan mata sambil memijit pelipis.Lelah karena tidak kunjung menemukan jalan keluar, Bram memutuskan rehat sejenak. Ia bangkit dan keluar ruang kerjanya. Kafe menjadi tujuan Bram. Sebagai CEO, ia bisa saja memesan menu apa pun dan pelayan akan mengantar ke kantor. Namun, Bram butuh udara segar dan suasana baru. Siapa ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status