Home / Romansa / Tertawan Pesona Bos Duda / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Tertawan Pesona Bos Duda: Chapter 21 - Chapter 30

75 Chapters

Bab 21: Ancaman Tuan Besar

Jadi yang tertangkap Jack. Kupikir geng sebelah. Si tato kalajengking mengambil koran paling atas seraya berpikir keras. Dibacanya headline surat kabar paling berpengaruh di Yogyakarta itu lalu meletakkannya kembali di atas meja. Si tato kalajengking sama sekali tidak berminat membaca isinya. Untuk apa? Apa pun kata polisi tidak akan ada artinya karena bisnis ini memiliki backing orang berpengaruh. Semua aman. Semua akan baik-baik saja. “Tuan tinggal membayar uang jaminan dan Jack bisa lepas. Semua beres, Tuan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Si tato kalajengking menggosokkan kedua telapak tangannya dan menatap tuannya penuh percaya diri. “Kamu terlalu sering mabuk.” Tuan Besar mendengkus. Didekatinya si tato kalajengking hingga tubuh mereka hanya berjarak dua langkah. Perut pria berusia 45 tahun itu sedikit mual mencium aroma rokok dan bir dari mulut orang kepercayaannya. “Kamu terlalu banyak minum.” Telunjuk Tuan Besar menekan dada Gou. “Sampai-sampai otakmu tidak bisa beker
last updateLast Updated : 2023-03-03
Read more

Bab 22: Kembali ke Rumah Bram

Bram mengambil alih pengasuh anaknya memapah Mbok Asih. Dibantunya perempuan sepuh itu duduk di mobil kemudian membangunkan Seruni.“Bangun, Nona. Jangan sampai kamu ngiler di mobil saya.” Bram membungkuk dan berseru di samping kepala Seruni.Mbok Asih terkekeh. “Gitu amat banguninnya, Mas.”“Iya, ih. Mas Bram nggak ada sopan-sopannya sama orang.” Kanaya menggeser tubuh Bram. “Biar aku bangunin.” Ditepuknya pipi Seruni beberapa kali.“Eh, oh, di mana saya?” Seruni tergeragap. Dikuceknya mata kemudian memandang ke sekeliling dan menemukan tubuh menjulang Bram berdiri di samping Kanaya yang membungkuk.“Kamu sudah sampai rumah., Seruni.”Rumah? Seruni memaksa saraf otaknya bekerja lebih keras. Ia menepuk jidat ketika melihat rumah besar Bram ada di depan mata. Barulah Seruni mengerti kalau dia sudah berada di tempat tinggal Bram.“Cepet keluar, Seruni. Saya tidak punya banyak waktu.” Bram berseru tak sabar.Seruni melongok hingga wajahnya tepat menghadap Bram. Kenapa dia selalu marah-ma
last updateLast Updated : 2023-03-05
Read more

Bab 23: Kesaksian Seruni

Pandangan Seruni terkunci pada layar ponsel, memastikan apa yang dilihatnya memang anggota komplotan si tato kalajengking. “Sa-saya pernah ketemu dia, Mbak.” Seruni berkata dengan suara bergetar. Mendadak tubuhnya gemetar. Wajah lelaki itu masih tersimpan di kepala Seruni. Begitu juga saat ia mabuk dan hampir menubruk dan mencium Seruni. Kenangan pahit, tetapi enggan pergi dari ingatan. “Makasih Seruni. Maaf aku sudah membuatmu tidak nyaman,” ujar Kanaya penuh sesal. “Habiskan tehmu dan istirahatlah.” Kanaya tersenyum iba. Seruni bisa menjadi saksi dan salah satu kunci untuk membongkar sindikat prostitusi terbesar di Yogyakarta, tetapi Kanaya tidak boleh memaksanya. Ia harus berhati-hati dan pelan-pelan mengorek keterangan gadis itu. Seruni mengosongkan cangkir. Rasa teh yang sudah dingin itu semakin aneh, sangat berbeda dengan teh buatan almarhum Ibu atau Bibi. Dua perempuan itu selalu bisa menghasilkan seduhan teh dengan rasa dan aroma yang pas. Satu hal yang belum bisa diwarisi Se
last updateLast Updated : 2023-03-06
Read more

Bab 24: Tatapan yang Membius

“Ceroboh!” Bram berdecak. Ditatapnya Seruni sekilas lalu mendekati kotak obat.. Kotak bercat putih dengan tanda tambah merah di kedua pintunya itu menggantung di dinding sebelah kiri. Lirikan kesal Seruni bertemu dengan raut muka acuh Bram. Diabaikannya cemoohan lelaki itu. Ia berjongkok kemudian mengusap dan meniup punggung kaki yang terkena bagian atas pisau. Beruntung, kakinya terkena sisi tumpul pisau, bukan sisi tajam sehingga hanya mengakibatkan nyeri. “Kasih ini.” Bram mengulurkan sebuah botol dengan berisi cairan cokelat. Minyak zaitun. Seruni membaca tulisan yang tertempel di bagian depan botol. Ujung alis Seruni sedikit berkerut. Seingatnya, harga minyak zaitun cukup mahal dan biasa digunakan untuk campuran salad atau menumis bumbu. Kenapa bisa di keluarga Bram minyak ini ada di kotak obat? “Dioleskan saja sedikit, biar tidak terlalu nyeri,” lanjut Bram dengan mata tertuju ke kaki Seruni. Nada bicaranya tidak lagi ketus. “Terima kasih, Pak.” Tanpa melihat wajah Bram,
last updateLast Updated : 2023-03-08
Read more

Bab 25: Pria Bertopi Tengkorak

“Maaf, Mbak, Pak, saya berangkat sendiri saja. Saya sudah tahu jalur Trans Jogja. Saya akan sampai hotel tepat waktu.”Andai hubungannya dengan Bram layaknya teman dan awal pertemuan dengan pria itu bukan karena sebuah insiden, tentu Seruni akan menerima tawaran untuk berangkat bersama. Selain hemat waktu dan biaya, kapan lagi bisa merasakan naik mobil mewah di samping laki-laki ganteng. Ya, ampun, Seruni, kamu mikir apaan, sih? “Gimana, Mas? Mau kamu anter atau biar dia berangkat sendiri?”“Terserah dia saja.” Bram menjawab acuh tanpa melihat pada Seruni. Lelaki itu sibuk menyuapi dan mendengar celoteh bocah di pangkuannya.Ucapan Bram melegakan Seruni. Kalau sampai karyawan lain tahu dia datang ke La Luna bersama bos La Luna itu, gosip tentangnya akan semakin santer dan dia akan kesulitan berkelit.“Ya, sudah terserah kamu saja.” Kanaya menghentikan perdebatan. Ia khawatir, membujuk Seruni akan membuatnya kembali lapar. Lebih baik membiarkan gadis itu dengan keputusannya. Kanaya ti
last updateLast Updated : 2023-03-10
Read more

Bab 26: Kebanyakan Garam

‘Itu anak baru di dapur, kan?”“Katanya, sih, gitu.”Suara dengan nada sinis itu kembali terdengar di telinga Seruni. Sempat terlelap sejenak, Seruni mulai sadar kalua apa yang didengar bukan mimpi. Apalagi ketika suara itu kembali terdengar dan kali ini lebih keras.“Nggak level banget Pak Bram naksir anak dapur.”“Namanya juga cinta. Bisa mampir ke siapa saja.”Akhirnya kelopak mata Seruni terbuka. Ia menegakkan tubuh lalu menoleh ke kiri dan kanan hingga kedua matanya bertemu wajah dua perempuan yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk/Apakah mereka yang sejak tadi gosipin aku? Kalau dilihat dari seragamnya, mereka resepsionis di sini. “Maaf, Mbak, saya ketiduran.” Seruni berdiri kikuk lantas mengangguk sopan. Ia sengaja meminta maaf seolah kedua karyawan itu keberatan karena Seruni tertidur di sofa lobi. Seruni tidak ingin mereka curiga ia telah mendengar sebagian pembicaraan mereka.Dua perempuan dengan riasan sederhana, tetapi terlihat ayu itu saling berpandangan. Keduanya
last updateLast Updated : 2023-03-17
Read more

Bab 27: Saya Tidak Akan Kabur

“Apa ada perkembangan baru dari kasus ini, Mbak?” Bram mulai merasa kalau masalah yang dihadapi Seruni lebih rumit dari perkiraannya. “Iya, Pak. Tapi untuk lebih jelasnya langsung ketemu Mbak Dewi saja karena saya tidak punya kewenangan untuk menjelaskan.” Mata perempuan itu melirik Seruni yang berdiri sedikit di belakang Bram.Bram tersenyum mafhum. Tidak semua data memang bisa diumbar bebas. ““Kalau nanti status korban naik menjadi saksi dan membutuhkan perlindungan, Bapak bisa mengkonfirmasi polisi dan Mbak Dewi. Kami juga punya shelter khusus yang bisa dimanfaatkan.”“Sepertinya belum perlu. Saya bisa mengatasinya sendiri. Dia aman di rumah saya.” Kasus? Korban? Seruni menatap Bram dan perempuan itu bergantian dengan sorot mata bingung. Kanaya dan Bram tidak pernah menjelaskan padanya dan kini ia terlempar masuk ke dunia baru. Lalu, ingatannya bertemu wajah si tato kalajengking. Apa laki-laki itu melaporkan aku ke polisi? Seruni penasaran, tetapi tidak punya cukup nyali untu
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

Bab 28: Mommy?

“Ehm, jadi gini, Seruni ….”Melihat paras pasi gadis di hadapannya, Dewi segera meraih salah satu tangan Seruni dan menggenggamnya seraya tersenyum menenangkan.“Polisi cuma mau nanya ke kamu. Jawab sejujurnya. Kalau nggak tahu, kamu bilang saja apa adanya.”Seruni bergeming sesaat. Ia memegang kuat-kuat lengan Bram sementara matanya tidak pernah lepas dari wajah Dewi.Hampir saja Bram mengaduh karena cengkeraman Seruni begitu kuat. Diliriknya gadis di sampingnya sambil menghela napas. Berada di dekat Seruni saat kondisi kritis ternyata sangat menyakitkan. Setelah ditendang, kini lengannya harus menjadi korban. Bram menyesal menanggalkan jas dan menggulung kemeja sampai siku sehingga kuku Seruni seperti menembus kain pakaian yang dikenakannya.“Semua akan baik-baik saja, Seruni. Kamu nggak usah khawatir.”“Apa penjahat itu melaporkan saya?”Dewi sedikit menelengkan kepala. “Jadi kamu memang beneran pernah berhubungan dengan salah satu mucikari besar di kota ini?”Sejenak mulut Seruni
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

Bab 29: Ibu untuk Rain

“Saya?” Seruni menunjuk dirinya dan menatap Rain dengan bingung.“Mommy.” Bibir mungil gadis kecil itu mengulang panggilannya.“Bukan, Sayang. Itu Kakak Seruni, bukan Mommy.” Bram berbicara seraya menggerakkan salah satu tangan yang tidak digunakan untuk menggendong.Seruni menggeser posisi. Kini ia berada di depan Bram sehingga tidak perlu menoleh ke belakang agar bisa bertemu pandang dengannya. “Halo, Rain. Senang berkenalan denganmu.” Seruni memegang jemari lembut milik Rain.“Kakak Seruni senang berkenalan denganmu, Sayang.” Bram berkata sembari menjelaskan dengan bahasa isyarat. “Tapi Kakak Seruni bukan Mommy. Mommy Rain sudah di surga. Rain masih ingat cerita Daddy, kan?”Mengesampingkan rasa takutnya akan dimarahi Bram, Seruni nekat menatap wajah lelaki itu karena mendengar suaranya yang bergetar. Seruni bisa melihat jika paras tampan Bram mendadak keruh dan sorot matanya meredup. Tidak ada lagi Bram yang ketus dan galak. Di hadapannya kini berdiri pria rapuh dengan luka menga
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

Bab 30: Kemarahan Bram

“Ceroboh!” Hardikan Bram mengguncang telinga Seruni yang tergopoh menghampiri Rain. Pria itu terburu-buru berlari keluar dapur saat melihat putrinya jatuh.Awalnya, tidak ada yang salah dengan Rain. Gadis itu minta turun dari gendongan lalu berjingkrak-jingkrak sambil menggerak-gerakkan bunga di tangan. Pipi Rain bersemu merah terkena terpaan cahaya matahari pagi. Poni dan rambutnya yang dikuncir ekor kuda bergerak-gerak seiring gerakan tubuh Rain.Lalu, gadis itu berlari ke dapur saat melihat sang ayah tengah mengamatinya dari balik jendela. Tangan Rain menggenggam beberapa tangkai zinnia merah dan kosmos kuning yang dipetik Seruni. Ia ingin memperlihatkannya pada Bram, tetapi kakinya tersandung jalan setapak menuju air mancur hingga tubuhnya jatuh terjerembab mencium tanah. Pipi dan tangannya lecet. Wajah Rain kotor oleh tanah bercampur air mata.“Maaf, Pak.” Seruni mendekati Rain dengan jantung serasa mau melompat keluar. Hati Seruni menciut tatkala mendapati paras dan mata Bram di
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status