BAB 22SEKAR DICULIK 2“Em ... oh, sudah, Bun! Sudah!” sahut Vano gugup.“Ow ya sudah. Bunda khawatir sejak kamu telepon tadi. Ponselnya Bunda hubungi gak bisa.”“Iya, Bun! Lowbath, katanya. Nanti aku sampaikan kalau Bunda menelepon,” ujar Vano menenangkan.“Ya sudah! Terima kasih, van!””Sama-sama, Bun!” *******“Halo, Sayang!” ujar Aldi kepada Nasha melalui sambungan selular.“Halo, Mas! Ada apa?” sahut Nasha.“Bagaimana keadaan kamu? Sudah baikan?” tanya Aldi.Sudah, kok, Mas! Oya, Mas! Nanti pulang kantor tolong belikan aku martabak yang di jalan Thamrin, ya!”pinta Nasha.“Aduh, Sayang! Maaf, aku gak bisa. Ini aku telepon soalnya mau ngabarin kalau hari ini aku harus berangkat ke luar kota,” ujar Aldi sedih.“Kok mendadak, sih, Mas?” tanya Nasha.“Iya, Sayang! Aku pesan kan lewat kurir online saja, ya!” tawar Aldi.“Gak usah, Mas! Nanti aku pesan sendiri saja! Oya, Mas berapa lama disana?” tanya Nasha.“Perkiraan dua sampai tiga hari, Sayang! Kalau semuanya beres, aku pasti seger
Read more