Home / Fantasi / Balada Ming Yuan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Balada Ming Yuan: Chapter 21 - Chapter 30

89 Chapters

Wanita Penuh Iri dan Dengki.

"Tidak!!!"Ratu Hongye berteriak saat ia terbangun dari tidurnya, dan langsung mengambil cermin perunggu.Pelayan wanita itu bergegas masuk. "Yang Mulia, ada apa?"Ratu Hongye melempar cermin perunggu tadi. Wajahnya yang penuh gatal seketika tampak.Pelayan yang menghampiri spontan mengambil langkah mundur. "Yang Mulia ...""Wajahku semakin parah! Aku tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut!" Ratu Hongye marah sambil menangis. "Paduka … paduka juga sejak saat itu, tidak pernah datang kesini lagi."Tangisannya kian kencang. Beberapa Pelayan yang berada di luar kamar, pun dapat mendengar tangisan wanita tersebut."Sejak Yang Mulia Ratu terkena penyakit buatan tangan nakal itu, Paduka belum pernah datang kesini. Entah sekedar menanyakan kabar atau menjenguk sekilas," ujar salah seorang Pelayan.Pelayan lain menanggapi. "Iya, wajah Yang Mulia Ratu semakin parah. Paduka sudah jelas enggan melihat hal itu.""Apa kau sudah dengar? Pangeran Zhuge Yue telah kembali ke Ibu Kota. Kemarin, Jend
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Kalah Telak

"Shang Que! Siapkan kereta! Seret wanita rendah itu ke pengadilan istana!"***GubrakkkZhuge Yue benar-benar tidak memiliki pengampunan. Dan seiring berjalannya waktu, keberaniannya kian memuncak, sampai ia tanpa kenal takut, menyeret Ratu Hongye ke pengadilan Istana.Menteri Keadilan beserta bawahannya lekas datang. Mereka tercengang mendapati Ratu Hongye duduk bersimpuh, berusaha menutupi wajahnya, sedang Pelayan pribadi wanita itu bersujud memohon keadilan."Tuan tuan sekalian! Tolong beri Yang Mulia Ratu keadilan. Yang Mulia Ratu telah diperlakukan secara tidak hormat. Yang Mulia Ratu telah dihina seperti ini. Aku mohon beri Yang Mulia Ratu keadilan!"Zhuge Yue tersenyum mendengar permohonan pelayan musuhnya itu. Akan tetapi, Zhuge Yue tidak mengatakan apapun. Zhuge Yue tetap tegak berdiri, seraya menatap lurus Perdana Menteri Keadilan, yang tanpa semua orang ketahui berperan sebagai pendukung terkuat Zhuge Yue.Meski pendukung terkuat, Perdana Menteri tidak bisa menunjukan peras
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Pelajaran ini Khusus Untukmu, Yang Mulia.

Aula utama, kediaman Kaisar.Anggrek di Musim Gugur. Begitulah nama aula itu tapi orang-orang biasa menyebutnya dengan Aula Anggrek, karena bunga Anggrek tumbuh dengan subur di sekeliling aula tersebut. Aroma Anggrek selalu kental disini. Acap kali lelah dalam urusan Negara, Kaisar suka duduk menikmati teh pada saung kecil di tengah kolam ikan koi.Meski ada bunga teratai pula, tetapi aroma Anggrek tetap yang paling menonjol. Dan itu menjadi obat alami untuk ketenangan Kaisar. Akan tetapi, tidak untuk sekarang."Istana itu sangat dingin, lebih dingin daripada musim dingin sekalipun. Apa kau sudah mendapat kabar tentang Ratu Hongye dari utusan itu?" Kaisar bertanya pada Kasim Li.Kasim Li menggeleng pelan, tanda belum mendapat informasi apapun tentang Ratu Hongye.Kaisar bergeming. Tak berselang lama, Kasim Li memberanikan diri bertanya."Paduka, apakah paduka tidak berniat memanggil Pangeran Mahkota?"Kaisar menggeleng. Meski apa yang dilakukan Zhuge Yue atau Pangeran Mahkota telah m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Teror.

Setengah shichen kemudian ...Dalam balutan pakaian gelandangan, Zhuge Yue dan Ming Yuan kini berada di antara para penduduk, dengan mengemis ke beberapa pedagang.Ada yang mengusir mereka, ada pula yang berbaik hati memberi mereka roti bakar.Sekarang Zhuge Yue dan Ming Yuan duduk di emperan kedai yang telah tutup lebih cepat. Kedua manusia itu menikmati roti bakarnya sembari mengedarkan mata ke sekeliling tapi tidak memperlihatkan kawasan sedikit pun."Shi Fu," panggil Ming Yuan lirih."Hum," gumam Zhuge Yue seraya menelan roti dalam mulutnya."Apakah Shi Fu jatuh miskin sampai mengemis seperti ini?" Tanya Ming Yuan polos.Pertanyaan gadis kecil itu otomatis membuat Zhuge Yue tersedak.Ming Yuan lekas memberinya botol minum yang mereka bawa. Botol minum yang terbuat dari bambu tentunya.Gluk gluk glukZhuge Yue meneguk minumnya setelah itu menonyor kening Ming Yuan seperti biasa."Kau ahli bela diri tapi masalah seperti ini terlihat dungu sekali," sungut Zhuge Yue.Ming Yuan berdeca
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Penyamaran Lain.

"Yang Mulia tenanglah!"Suara Jenderal Song Wei berhasil meredakan kegilaan Ratu Hongye. Wanita itu langsung meringkuk ketakutan, sembari menutup wajahnya.Pelayan Ratu Hongye datang. Ia segera merangkul Ratu Hongye yang dilanda ketakutan.Jenderal Song Wei berlari ke arah jendela. Dari sana, ia sekilas melihat ujung gaun Ratu yang melintasi udara.Jenderal Song Wei yakin itu bukan arwah. Ia berlari keluar, mengejar sesuatu yang dilihatnya sekilas tadi. Namun, Jenderal Song Wei telah kehilangan secara sepenuhnya.Zhuge Yue sudah berhasil membawa pergi jauh Ming Yuan. Bahkan saat ini Ming Yuan sendiri tengah mengganti pakaiannya dengan pakaian gelandangan seperti beberapa waktu lalu."Ini seperti permainan anak-anak," ujar Ming Yuan. "Meski begitu, permainan ini sukses mengguncang kejiwaan Ratu Hongye," sambung Zhuge Yue.Ming Yuan tersenyum lebar. "Ketakutan di wajahnya benar-benar membuatku puas.""Kau akan lebih puas setelah melihat bagaimana wanita itu terseret dalam penderitaan a
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Anak Haram???

"Kenapa masih diam? Lihat kesini!"Zhuge Yue dan Ming Yuan merasa tak dipanggil, keduanya tetap menikmati roti kukus dengan tanpa suara tapi bola mata mereka saling lirik satu sama lain."Sialan!" Prajurit di belakang mereka mulai marah. "Seret dia!" Perintahnya.Zhuge Yue dan Ming Yuan serempak mengedipkan mata. Mereka hampir balik badan tapi disaat yang sama salah seorang Prajurit menyeret wanita tua berpakaian gelandangan yang tadi bersembunyi di balik tong air.GubrakkkWanita tua itu didorong kasar sampai jatuh bersimpuh.Zhuge Yue dan Ming Yuan urung balik badan. Di balik punggung, keduanya secara seksama mendengarkan"Tuan, ampuni saya, saya hanya mencuri satu potong ayam, tidak lebih." Mohon wanita tua tersebut. "Saya punya cucu di rumah, ia belum makan sejak pagi, Tuan."Prajurit tak menggubris. Ia malah menggeledah wanita tua itu tapi ia tidak menemukan apapun."Komandan, bukankah Jenderal berkata dua gelandangan itu masih muda. Sementara ini …" ujar Prajurit lain.Prajurit
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Menyusahkan Diri Sendiri.

"Beraninya kau menyiksa Putriku!" Wanita setengah baya itu langsung menunjuk wajah Jenderal Song Wei. "Kau pikir Putriku seorang jelata, hah! Dasar si anak haram tidak tahu diri!"ANAK HARAM.Mendengar nama itu, darah Jenderal Song Wei seketika mendidih. Tak peduli yang dihadapinya seorang wanita bangsawan, Jenderal Song Wei bangkit dan balik menunjuk secara tidak hormat."Berani kau berkata seperti itu padaku, Nyonya! Apa kau tidak ingat, kenapa kau bisa menikahi Menteri Keuangan?"Balasan Jenderal Song Wei terdengar sederhana di telinga semua orang tapi tidak di telinga wanita setengah baya tersebut."Kau!" Wanita setengah baya itu tak menyangka Jenderal Song Wei yang lahir jauh setelah dirinya lahir, rupa-rupanya mengetahui soal masa silam.Tenggorokan wanita itu tercekat. Ia tak sama sekali bisa bicara meski ia ingin memakai-maki."Perlu aku perjelas atau kau sadar diri sendiri, Nyonya!" Tegas Jenderal Song Wei, bernada mengancam.Wanita setengah baya itu semakin tak bisa mengatak
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Pelampiasan Dendam.

Malam tiba. Angin berhembus lembut dari Utara. Aroma plum menguar samar. Seorang Jenderal semalam itu keluar."Jenderal kau mau kemana?"Pengikut setia Jenderal mengekor. Langkahnya tergesa-gesa, karena berusaha mengikuti langkah Jenderalnya.Ah, si Jenderal ini terbiasa berjalan cepat. Konon, dalam waktu tak kurang dari satu dupa saja bisa melewati satu kampung sekaligus."Jenderal, angin musim gugur meski tidak terlalu kencang tapi dinginnya sampai ke tulang. Mengapa kau tidak menggunakan mantel tambahan? Mengapa hanya menggunakan syal bulu serigala itu?"Jenderal Song Wei tidak banyak bicara tapi pengikutnya itu ibarat burung beo baru bisa ngoceh."Jenderal, ini arah kediaman Selir."Barulah langkah Jenderal Song Wei terhenti, dan pengikutnya otomatis berhenti."Aku ingin mencari kehangatan lantas untuk apa aku melapisi mantelku?" Jenderal Song bukannya menjawab malah balik tanya.Pengikutnya terdiam. Tampaknya ia tengah memikirkan arti jawaban Jenderal Song."Tancapkan tiga dupa d
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Salju Pertama.

Salju turun lebih awal. Anak kecil berlarian keluar dari rumahnya. Ibu tercinta mereka menyusul, membawakan mantel tebal. Ada yang berkualitas, ada pula yang rendahan.Anak-anak kecil itu berlarian mengitari Zhuge Yue dan Ming Yuan dalam tampilan asli mereka.Para penduduk di sekeliling mereka seakan melihat Dewa dan Dewi turun ke bumi. Pandangan mereka tak berpaling, tatapan mereka penuh kagum, mulut mereka mengoceh entah membicarakan apa. Zhuge Yue ataupun Ming Yuan tak sama sekali peduli."Pangeran."Pada akhirnya, keheningan yang keduanya rasakan lenyap tatkala Jenderal Song Wei berdiri di tengah jalur dengan punggung membungkuk penuh hormat.Zhuge Yue tidak menyukai pria itu, juga tidak terlalu membencinya. Zhuge Yue menghela nafas tak terdengar. Ia bersama mata dinginnya menatap pria itu sekilas kemudian mengarahkan tatapannya ke sisi lain.Pada teras ataupun balkon di bangunan sekeliling mereka, tiada seseorang yang mencurigakan."Berdiri." Perintah Zhuge Yue.Segera setelah it
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Serangan di Tengah Keramaian.

Pasukan dibawah pimpinan Jenderal Song Wei bergerak dari Selatan menuju Timur. Disana letak Istana dingin berada. Disana pula, Ratu HongYe dan Pelayannya menunggu kedatangan pasukan yang akan mengawal mereka kembali ke Istana Ratu dengan aman.Sekitar setengah shichen perjalanan, tibalah pasukan itu beserta joli yang diusung delapan orang sekaligus.Komandan pasukan mengarahkan Ratu HongYe memasuki joli. Sementara Pelayannya berjalan kaki sambil membawa lampu minyak bersama beberapa Pelayan muda lain.Jalur menuju istana melewati pusat ibu kota. Disana para penduduk lalu lalang dalam balutan pakaian berlapis-lapis dan mantel tebal. Joli yang diusung delapan orang sekaligus itu jelas sekali hanya dimiliki seorang Ratu, maka para penduduk itu lekas memberi jalan, tanpa menunggu diperintah.Di dalam joli, Ratu HongYe diam; menyangga kepalanya. Sejak malam itu, Ratu HongYe tidak bisa tidur dengan baik sehingga ia seringkali merasakan sakit kepala.Disisi lain, gatal yang didera nya selam
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status