Aula utama, kediaman Kaisar.Anggrek di Musim Gugur. Begitulah nama aula itu tapi orang-orang biasa menyebutnya dengan Aula Anggrek, karena bunga Anggrek tumbuh dengan subur di sekeliling aula tersebut. Aroma Anggrek selalu kental disini. Acap kali lelah dalam urusan Negara, Kaisar suka duduk menikmati teh pada saung kecil di tengah kolam ikan koi.Meski ada bunga teratai pula, tetapi aroma Anggrek tetap yang paling menonjol. Dan itu menjadi obat alami untuk ketenangan Kaisar. Akan tetapi, tidak untuk sekarang."Istana itu sangat dingin, lebih dingin daripada musim dingin sekalipun. Apa kau sudah mendapat kabar tentang Ratu Hongye dari utusan itu?" Kaisar bertanya pada Kasim Li.Kasim Li menggeleng pelan, tanda belum mendapat informasi apapun tentang Ratu Hongye.Kaisar bergeming. Tak berselang lama, Kasim Li memberanikan diri bertanya."Paduka, apakah paduka tidak berniat memanggil Pangeran Mahkota?"Kaisar menggeleng. Meski apa yang dilakukan Zhuge Yue atau Pangeran Mahkota telah m
Setengah shichen kemudian ...Dalam balutan pakaian gelandangan, Zhuge Yue dan Ming Yuan kini berada di antara para penduduk, dengan mengemis ke beberapa pedagang.Ada yang mengusir mereka, ada pula yang berbaik hati memberi mereka roti bakar.Sekarang Zhuge Yue dan Ming Yuan duduk di emperan kedai yang telah tutup lebih cepat. Kedua manusia itu menikmati roti bakarnya sembari mengedarkan mata ke sekeliling tapi tidak memperlihatkan kawasan sedikit pun."Shi Fu," panggil Ming Yuan lirih."Hum," gumam Zhuge Yue seraya menelan roti dalam mulutnya."Apakah Shi Fu jatuh miskin sampai mengemis seperti ini?" Tanya Ming Yuan polos.Pertanyaan gadis kecil itu otomatis membuat Zhuge Yue tersedak.Ming Yuan lekas memberinya botol minum yang mereka bawa. Botol minum yang terbuat dari bambu tentunya.Gluk gluk glukZhuge Yue meneguk minumnya setelah itu menonyor kening Ming Yuan seperti biasa."Kau ahli bela diri tapi masalah seperti ini terlihat dungu sekali," sungut Zhuge Yue.Ming Yuan berdeca
"Yang Mulia tenanglah!"Suara Jenderal Song Wei berhasil meredakan kegilaan Ratu Hongye. Wanita itu langsung meringkuk ketakutan, sembari menutup wajahnya.Pelayan Ratu Hongye datang. Ia segera merangkul Ratu Hongye yang dilanda ketakutan.Jenderal Song Wei berlari ke arah jendela. Dari sana, ia sekilas melihat ujung gaun Ratu yang melintasi udara.Jenderal Song Wei yakin itu bukan arwah. Ia berlari keluar, mengejar sesuatu yang dilihatnya sekilas tadi. Namun, Jenderal Song Wei telah kehilangan secara sepenuhnya.Zhuge Yue sudah berhasil membawa pergi jauh Ming Yuan. Bahkan saat ini Ming Yuan sendiri tengah mengganti pakaiannya dengan pakaian gelandangan seperti beberapa waktu lalu."Ini seperti permainan anak-anak," ujar Ming Yuan. "Meski begitu, permainan ini sukses mengguncang kejiwaan Ratu Hongye," sambung Zhuge Yue.Ming Yuan tersenyum lebar. "Ketakutan di wajahnya benar-benar membuatku puas.""Kau akan lebih puas setelah melihat bagaimana wanita itu terseret dalam penderitaan a
"Kenapa masih diam? Lihat kesini!"Zhuge Yue dan Ming Yuan merasa tak dipanggil, keduanya tetap menikmati roti kukus dengan tanpa suara tapi bola mata mereka saling lirik satu sama lain."Sialan!" Prajurit di belakang mereka mulai marah. "Seret dia!" Perintahnya.Zhuge Yue dan Ming Yuan serempak mengedipkan mata. Mereka hampir balik badan tapi disaat yang sama salah seorang Prajurit menyeret wanita tua berpakaian gelandangan yang tadi bersembunyi di balik tong air.GubrakkkWanita tua itu didorong kasar sampai jatuh bersimpuh.Zhuge Yue dan Ming Yuan urung balik badan. Di balik punggung, keduanya secara seksama mendengarkan"Tuan, ampuni saya, saya hanya mencuri satu potong ayam, tidak lebih." Mohon wanita tua tersebut. "Saya punya cucu di rumah, ia belum makan sejak pagi, Tuan."Prajurit tak menggubris. Ia malah menggeledah wanita tua itu tapi ia tidak menemukan apapun."Komandan, bukankah Jenderal berkata dua gelandangan itu masih muda. Sementara ini …" ujar Prajurit lain.Prajurit
"Beraninya kau menyiksa Putriku!" Wanita setengah baya itu langsung menunjuk wajah Jenderal Song Wei. "Kau pikir Putriku seorang jelata, hah! Dasar si anak haram tidak tahu diri!"ANAK HARAM.Mendengar nama itu, darah Jenderal Song Wei seketika mendidih. Tak peduli yang dihadapinya seorang wanita bangsawan, Jenderal Song Wei bangkit dan balik menunjuk secara tidak hormat."Berani kau berkata seperti itu padaku, Nyonya! Apa kau tidak ingat, kenapa kau bisa menikahi Menteri Keuangan?"Balasan Jenderal Song Wei terdengar sederhana di telinga semua orang tapi tidak di telinga wanita setengah baya tersebut."Kau!" Wanita setengah baya itu tak menyangka Jenderal Song Wei yang lahir jauh setelah dirinya lahir, rupa-rupanya mengetahui soal masa silam.Tenggorokan wanita itu tercekat. Ia tak sama sekali bisa bicara meski ia ingin memakai-maki."Perlu aku perjelas atau kau sadar diri sendiri, Nyonya!" Tegas Jenderal Song Wei, bernada mengancam.Wanita setengah baya itu semakin tak bisa mengatak
Malam tiba. Angin berhembus lembut dari Utara. Aroma plum menguar samar. Seorang Jenderal semalam itu keluar."Jenderal kau mau kemana?"Pengikut setia Jenderal mengekor. Langkahnya tergesa-gesa, karena berusaha mengikuti langkah Jenderalnya.Ah, si Jenderal ini terbiasa berjalan cepat. Konon, dalam waktu tak kurang dari satu dupa saja bisa melewati satu kampung sekaligus."Jenderal, angin musim gugur meski tidak terlalu kencang tapi dinginnya sampai ke tulang. Mengapa kau tidak menggunakan mantel tambahan? Mengapa hanya menggunakan syal bulu serigala itu?"Jenderal Song Wei tidak banyak bicara tapi pengikutnya itu ibarat burung beo baru bisa ngoceh."Jenderal, ini arah kediaman Selir."Barulah langkah Jenderal Song Wei terhenti, dan pengikutnya otomatis berhenti."Aku ingin mencari kehangatan lantas untuk apa aku melapisi mantelku?" Jenderal Song bukannya menjawab malah balik tanya.Pengikutnya terdiam. Tampaknya ia tengah memikirkan arti jawaban Jenderal Song."Tancapkan tiga dupa d
Salju turun lebih awal. Anak kecil berlarian keluar dari rumahnya. Ibu tercinta mereka menyusul, membawakan mantel tebal. Ada yang berkualitas, ada pula yang rendahan.Anak-anak kecil itu berlarian mengitari Zhuge Yue dan Ming Yuan dalam tampilan asli mereka.Para penduduk di sekeliling mereka seakan melihat Dewa dan Dewi turun ke bumi. Pandangan mereka tak berpaling, tatapan mereka penuh kagum, mulut mereka mengoceh entah membicarakan apa. Zhuge Yue ataupun Ming Yuan tak sama sekali peduli."Pangeran."Pada akhirnya, keheningan yang keduanya rasakan lenyap tatkala Jenderal Song Wei berdiri di tengah jalur dengan punggung membungkuk penuh hormat.Zhuge Yue tidak menyukai pria itu, juga tidak terlalu membencinya. Zhuge Yue menghela nafas tak terdengar. Ia bersama mata dinginnya menatap pria itu sekilas kemudian mengarahkan tatapannya ke sisi lain.Pada teras ataupun balkon di bangunan sekeliling mereka, tiada seseorang yang mencurigakan."Berdiri." Perintah Zhuge Yue.Segera setelah it
Pasukan dibawah pimpinan Jenderal Song Wei bergerak dari Selatan menuju Timur. Disana letak Istana dingin berada. Disana pula, Ratu HongYe dan Pelayannya menunggu kedatangan pasukan yang akan mengawal mereka kembali ke Istana Ratu dengan aman.Sekitar setengah shichen perjalanan, tibalah pasukan itu beserta joli yang diusung delapan orang sekaligus.Komandan pasukan mengarahkan Ratu HongYe memasuki joli. Sementara Pelayannya berjalan kaki sambil membawa lampu minyak bersama beberapa Pelayan muda lain.Jalur menuju istana melewati pusat ibu kota. Disana para penduduk lalu lalang dalam balutan pakaian berlapis-lapis dan mantel tebal. Joli yang diusung delapan orang sekaligus itu jelas sekali hanya dimiliki seorang Ratu, maka para penduduk itu lekas memberi jalan, tanpa menunggu diperintah.Di dalam joli, Ratu HongYe diam; menyangga kepalanya. Sejak malam itu, Ratu HongYe tidak bisa tidur dengan baik sehingga ia seringkali merasakan sakit kepala.Disisi lain, gatal yang didera nya selam
Berkat bantuan Zheng Xuan, Ming Yuan berhasil melarikan diri melalui jalan rahasia yang sebenarnya juga diketahui Ming Yuan oleh Zhuge Yue.Ming Yuan terbiasa menggunakan penyamaran. Gadis itu melewati beberapa hal sulit tapi bagusnya ia tidak tertangkap. Tempat pertama yang Ming Yuan datangi adalah pondok bambu, di sana ia mencari Zhuge Yue di danau yang dingin tapi Ming Yuan tidak menemukan apapun selain anak panah yang patah dan pedang miliknya.Sekarang adalah hari ketujuh setelah kejadian kali terakhir itu, kemungkinan besar Zhuge Yue telah dimakan binatang dalam danau. Entah buaya atau mungkin ikan besar.Ming Yuan hilang harapan. Gadis kecil itu kini merasa sendiri, dan ia juga tidak menemukan Shang Que. Ming Yuan pada akhirnya pergi ke kota Chang'an. Dengan sisa uang yang ia miliki, ia membeli sebuah rumah yang dijadikan sebagai penginapan, sekaligus ladang bisnisnya.Bulan demi bulan berlalu. Ming Yuan terlihat bahagia di depan semua orang tapi sebenarnya ia sangat menderit
Jenderal Song memberikan semua botol keramik yang didapat dari kediaman Zhuge Yue ke Tabib istana.Dalam waktu singkat, Tabib istana dapat mengemukakan kalau botol botol keramik itu berisi racun sekaligus penawaranya.Hal ini membuat Jenderal Song terkejut, karena seorang Zhuge Yue yang tidak pernah ingin terlibat urusan dengan orang lain, kenapa bisa membuat racun seperti ini.Fakta lain, saat bersamaan juga terkuak. Itu tentang obat penggugur kandungan yang dibuat oleh Zhuge Yue dari tanaman di hutan pagoda angle.Tentu saja Jenderal Song menjadi naik darah. Jenderal Song kemudian berpikir, kemungkinan besar Zhuge Yue dan Ming Yuan adalah dalang dibalik semua kekacauan. Jadi Jenderal Song mengerahkan banyak prajurit untuk menggeledah kediaman Zhuge Yue, dan tidak sampai satu hari, mereka menemukan banyak petunjuk mulai dari pakaian gelandangan yang pernah Zhuge Yue dan Ming Yuan pakai, bubuk pemerih mata yang juga pernah Ming Yuan tabur di rumah bordil, dan terakhir adalah sepasang
Zhuge Yue mengibaskan tangan. "Ah, ngomong-ngomong, aku telah mengambil keputusan, aku akan pergi mengasingkan diri di pondok bambu yang pernah aku buat.""Ini—" Shang Que hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya berakhir sedikit terbuka lalu mengatup rapat. Meski Shang Que tidak mengetahui isi pikiran Zhuge Yue yang paling dalam, tetapi Shang Que tahu jika Tuannya itu telah mendapat apa yang ia inginkan. Dalam artian, semua urusan sudah berakhir jadi wajar bila Tuannya ingin mengambil keheningan di tempat yang jauh. Hanya saja, Tuannya ini seorang Pangeran, apakah tidak terlalu aneh jika seorang Pangeran tidak menginginkan tahta? "Persiapkan keberangkatan kita, Shang Que," lanjut Zhuge Yue.Shang Que mengangguk patuh. "Baik, Pangeran.""Tolong siapkan kuda juga, aku ingin pergi ke istana.""Baik, Pangeran." Shang Que selalu patuh. Ia bergegas pergi mempersiapkan kuda milik Zhuge Yue.Dan sekitar satu shichen kemudian, Zhuge Yue tiba di istana atau tepatnya di aula pribadi Kaisar."P
"Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama
"Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama
KrietttttPintu paviliun dibuka terburu-buru. Melihat darah menetes dari ujung jari Ming Yuan, Zhuge Yue tidak tahan mengikis jarak dan ia langsung meraih tangan Ming Yuan."Sudah aku bilang, kamu jangan terluka!" lirih Zhuge Yue penuh penekanan. Ming Yuan menggeleng. "Ini harus dilakukan supaya mereka tidak curiga padaku."Zhuge Yue menyibakkan tudung merah yang menghalangi pandangannya pada wajah Ming Yuan. Dan begitu tudung merah itu dibuka, Zhuge Yue dibuat tertegun akan kecantikan Ming Yuan, sekaligus pada bibir merahnya yang mengembang tipis. Zhuge Yue lantas menatap intens bola mata indah milik gadis kecil yang telah menjadi istrinya itu. Zhuge Yue yang sudah cukup lama tertarik dengan gadis kecil itu, pun segera merangkul juga mencium keningnya agak lama.Zhuge Yue selalu dingin, tetapi hal seperti ini yang diberikan selalu sukses membuat Ming Yuan merasakan kehangatan tersembunyi pria itu. Ming Yuan tanpa ragu membalas pelukan Zhuge Yue. Berhubung tingginya hanya sepundak Zh
Jenderal Song dibantu pasukan bayangannya kembali menyelidiki Ming Yuan lebih lanjut tapi tidak ada hal apapun yang bisa memperkuat spekulasi Jenderal Song, hingga tibalah hari pernikahan Ming Yuan dan Zhuge Yue yang dilangsungkan di akhir pekan, pun dihadiri beberapa orang, termasuk Jenderal Song sendiri.Zhuge Yue tidak banyak mengundang tamu. Tamu yang diundang juga beberapa orang terdekat di istana. Perdana Menteri Keadilan beserta istri dan anaknya jelas ikut, begitu pula dengan Guru Zhuge Yue yang telah lama dilupakan tapi sebenarnya Zhuge Yue enggan berhubungan pada siapapun agar orang orang itu aman.Selain mereka, Zhuge Liang dan Lu Anxiao ikut datang meski awalnya tidak ingin Zhuge Yue undang.Sekarang, ketika matahari tidak terlalu tinggi, Zhuge Yue dan Ming Yuan melakukan tahap wajib pernikahan yang dilangsungkan dihadapan semua hadirin. "Pengantin memberi hormat pada langit! Pengantin memberi hormat pada orang tua! Pengantin saling memberi hormat satu sama lain!"Proses
Membayangkan bagaimana tampilannya setelah dikuliti menggunakan pisau berkarat itu, pelaku penyerangan tersebut menggeleng sambil memohon-mohon. "Ampun, Pangeran! Ampun! Akan hamba katakan yang sebenarnya!"Apa yang dikatakan salah satu pelaku itu tidak membuat Zhuge Yue menurunkan pisau berkaratnya. Ia malahan terlihat semakin tertarik pada pisau itu sehingga, ia mencoba menggunakannya untuk mengikis meja kayu tempat wei qi bertahta tapi karena berkata, menjadi sedikit kesulitan, sampai harus didorong kasar.Pelaku penyerangan itu menelan ludah kasar, disertai mata membulat membayangkan kulitnya yang jadi pelampiasan. "Tidak, aku tidak ingin mati mengenaskan seperti itu, tidak!" batinnya.Zhuge Yue mengangkat wajah. Dengan ekspresi tetap tenang, ia bertanya ketiga kalinya. "Siapa yang mengirim kamu?""Hamba … bukankah hamba sudah berkata sebelumnya, itu … itu Komandan Lu."Di kata akhir jawabannya, Zhuge Yue spontan melempar pisau berkarat itu ke arah si pelaku, sehingga pelaku yang
Ming Yuan tahu isi pikiran Zhuge Yue. Ming Yuan memberikan tusuk rambut miliknya pada Zhuge Yue. "Pangeran! Tunggu apalagi! Congkel salah satu matanya, dan lempar mata itu ke anjing liar di sudut sana!" Tunjuk Ming Yuan. Waktu dan keadaan sangat mendukung! Di tempat yang Ming Yuan tunjuk terdapat lentera salah satu bangunan sepi, dan dibawahnya terdapat anjing hitam terjaga yang terlihat kotor, menjijikkan dan kelaparan."Gila!" Shang Que tidak tahan bersuara. Itu dibalas tatapan dan senyuman mengerikan Ming Yuan, sehingga Shang Que berbalik memalingkan wajah, tanpa mengurangi energi menahan penyerang di bawah penahanannya.Pada saat bersamaan, Zhuge Yue menoleh ke arah belakang kereta yang gelap dan sepi. Pria itu melompat turun lalu hanya dengan sekali pukulan tengkuk, ia mampu membuat satu-satunya sisa penyerang itu tak sadarkan diri, serta meminta Shang Que lekas memasukkannya ke kereta."Bawa ke dalam!""Baik!"Shang Que mengangkat tubuh lebih kurus darinya itu ke dalam kereta.