Home / Romansa / Pelukis Buta Milik Sang CEO / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pelukis Buta Milik Sang CEO: Chapter 111 - Chapter 120

122 Chapters

111. Restu ke dua orang tua

Di kediaman HarunHaidar sudah berada di hadapan Harun dengan perasaan was-was. Mereka duduk di atas sofa berbentuk persegi panjang di sana. Sebelum Haidar meminta restu pada Hamid, Haidar akan meminta restu terlebih dahulu pada sang ayah.“Aku mencintai Zaara Papa. Aku ingin menikahinya.”Haidar mengungkapan isi hatinya.Harun hampir menjatuhkan cangkir kopi yang pegangnya. Dia buru-buru meletakkannya di atas meja.“Bertanggung jawab bukan berarti menikahinya Haidar! Kau bisa minta Masmu sejumlah uang untuk biaya pengobatan matanya.”Harun menatap tajam sang anak.“Tidak Pa. Aku mencintai Zaara bahkan saat pertama kali aku bertemu dengannya. Aku ingin Papa memberi restu saja,”Harun merasa terkejut. Dia mengira Haidar hanya sebatas menyukai Zaara atau naksir. Bukan mencintai dalam artian ingin menikahinya.“Papa, please! Aku ingin menikahi Zaara dan mengajaknya berobat,”Harun terlihat berpikir keras. “Ya sudah terserah kau, Haidar! Satu pesan Papa, kau harus menjadi suami yang berta
last updateLast Updated : 2023-07-03
Read more

112. Kontrak kerjasama yang batal

Hamid menarik nafas dalam kemudian dia mengangguk. Haidar langsung berucap hamdalah setelah mendapat restu dari calon mertuanya.“Terima kasih Pak Hamid,” seru Haidar dengan mata yang berkaca-kava. Sementara itu zaara hanya tersenyum getir. Mendadak hatinya meragu, apakah keputusan yang diambil olehnya benar atau tidak. Itu permasalahannya.“Bagaimana Zaara Nadira? Apakah kau bersedia menerima lamaran Mas Haidar?” tanya Hamid sekali lagi pada Zaara yang duduk di sampingnya. Fatimah terus menggenggam tangan Zaara, menguatkan hati Zaara agar bisa menerima Haidar dalam hatinya. Sebagai seorang ibu, Fatimah mengerti betul jika sebenarnya perasaan dan hati Zaara hanya untuk Haikal tetapi apalah daya karena Haikal akan segera menikahi Safira. Kesimpulannya Haikal bukan jodoh Zaara.“Aku bersedia, Pak,” jawab Zaara dengan begitu mantap dan terdengar sangat serius.Zaara tersenyum ke arah Haidar.Saatnya berpamitan, Haidar dan Zaara menghabiskan waktu berdua mereka di taman. Di sanalah Haidar
last updateLast Updated : 2023-07-03
Read more

113. Masihkah ada kata maaf?

Haikal mencari Zaara ke rumah Hamid akan tetapi Zaara tidak ada di sana. Sekarang Zaara sedang berada di pemakaman ke dua orangtuanya. Jangan tanya apa yang dia lakukan di sana. Setiap kali Zaara merasa terhimpit masalah maka dia akan berziarah ke makam mereka. Di sana dia duduk dan menitikan air mata yang tak bisa ditahan lagi. Tak peduli dengan terik matahari yang membakar kulitnya Zaara hanya ingin berbagi kesedihan dengan ke dua orang tuanya saat itu.Zaara mencintai Haikal tetapi dia juga membencinya sebab Haikal lah yang menyebabkan hidupnya hancur. Perasaan yang kontradiktif bergejolak dalam dirinya.“Zaara!”Seseorang menyeru nama Zaara hingga membuatnya menoleh. Zaara perlahan menggerakan lehernya untuk menajamkan indera pendengarannya, mencari tahu siapa yang memanggil namanya.“Zaara, maafkan aku,”Haikal menghampiri Zaara dengan perasaan yang luar biasa bersalah.“Zaara,”Zaara hanya terdiam dengan bibir yang gemetar dan air mata yang mulai menggenang.Haikal meraih tangan
last updateLast Updated : 2023-07-04
Read more

114. Bahaya yang mengancam

Pagi itu Alfian menjenguk Brandon di rumah sakit karena merasa iba padanya. Setelah Alfian pikir mungkin Brandon memang bukan seorang penipu. Setelah memperoleh informasi dari aparat kepolisian yang melakukan penyelidikian dan penyidikan di tempat kejadian perkara di mana Brandon mengalami kecelakaan naas tersebut, telah ditemukan bahwa seseorang telah berusaha mencelakai Brandon dengan menyabotase kendaraannya seolah hanya kecelakan murni biasa, padahal kecelakaan yang sudah disusun skenarionya terlebih dahulu.Seseorang yang mampu melakukan pekerjaan yang mulus tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang berpengaruh dan tak tersentuh.Terlepas dari itu semua, naluri Alfian tergugah ingin mengetahui kondisi pria yang berusia seumuran dengannya tersebut apakah sudah membaik atau belum.Alfian berjalan di lorong rumah sakit menuju ruang rawat inap di mana Brandon berada. Saat ini kartu identitasnya masih bermasalah. Namun pihak kepolisian tengah mengurusnya di kedutaan. Kondisinya cukup m
last updateLast Updated : 2023-07-04
Read more

115. Diculik

Di hadapan Brandon, Alfian duduk tegak dan menatapnya dengan serius. Alfian membawa sebuah foto Zaara Nadira dan seorang pria tua bermata sipit dengan rambut yang sudah memutih. Alfian sengaja mencetak ke dua foto tersebut demi untuk mengembalikan ingatan Brandon.“Apa kau mengingat ini siapa? Dari kemarin kau menyebutkan nama Zaara Nadira. Nah, ini fotonya! Zaara Nadira keponakan saya.”Alfian menjelaskan pada Brandon dengan begitu serius. Jika Brandon sampai hilang ingatan dan masih mengingat Zaara pertanda bahwa Brandon tidak berbohong dan menipunya mengaku sebagai orang suruhan Hantoro.Brandon duduk dengan bersandar pada bantal dan menatap foto tersebut dengan seksama. Brandon menyebut nama Zaara Nadira berulangkali pasti sebelumnya dia mengenalnya. Semakin mencoba mengingat semakin kepalanya begitu berat sekali.Brandon memegangi kepalanya dengan perasaan frustrasi. Dia tak bisa mengingat siapakah gadis bernama Zaara Nadira itu. Dia hanya mengenal namanya saja. Selebihnya tidak
last updateLast Updated : 2023-07-04
Read more

116. Tak ada pilihan

“Mas,”Haikal terbangun dari tidurnya. Dia bangun kesiangan karena semalam baru bisa tidur pukul tiga pagi. Namun saat terbangun dia hanya mendengar suara Zaara yang memanggilnya. Mungkin alam bawah sadarnya terus menerus mengingatnya. Haikal turun dari ranjang dan langsung berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajahnya. Dia menatap pantulan wajahnya yang terlihat kusam karena menangis, mata yang sembab dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Seorang pria baru pertama kalinya menangis ketika dia merasa patah hati. Itulah yang Haikal rasakan saat ini.Haikal telah melewatkan sarapannya dan harus segera pergi ke kantor. Dia mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor pagi itu.Dengan memakai seragam khas eksekutif muda, Haikal berjalan menaiki lift menuju tempat parkir apartemen miliknya. Tak lupa kacamata hitam bertengger di hidungnya yang bangir. Dia mengendarai mobilnya membelah jalanan padat merayap kota hujan dengan keheningan, tanpa musik yang selalu mengiringi perjalanannya. Biasa
last updateLast Updated : 2023-07-04
Read more

117. Aksi heroik

Karena menghindari pengendara yang ugal-ugalan Haikal justru membanting stir dan dia nyaris menabrak seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih tengah berjalan kaki di sisi jalan. Saat itu dia sedang dalam perjalanan menuju istal kuda milik keluarganya. Untuk menghilangkan rasa penat karena begitu banyak beban yang menghimpit pikirannya dia berencana akan berkuda.Pria tua itu baru saja keluar dari pintu parkiran area rumah sakit. Akhirnya dia jatuh bersimpuh karena kaget. Lututnya terbentur jalan beraspal. Pasti terasa sakit sekali apalagi usianya sudah tak lagi muda.Haikal pun segera menepikan kendaraan beroda empatnya ke tepi jalan dan segera turun untuk menghampiri pria itu. Dia harus memastikan jika pria tua itu baik-baik saja. Jika terjadi apa-apa dengannya maka dia akan bertanggung jawab untuk mengobatinya. Seperti itulah yang seharusnya Haikal lakukan.“Pak, maafkan saya. Bapak tidak apa-apa?” tanya Haikal dengan ke dua tangan berusaha merengkuhnya, membantu bapak tadi
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

118. Selamat

Tenggorokan Zaara terasa terbakar setelah dipaksa minum minuman cairan berwarna merah oleh pria tua bangka berperut buncit. Entah minuman apa yang diberikan olehnya. Tubuhnya terasa panas dan dia ingin sekali melepas pakaiannya saking merasa kepanasan. Namun dia berusaha menahan diri untuk tetap menjaga kewarasannya. Zaara sama sekali tak memahami reaksi tubuhnya. Dia sampai mengepalkan jemari tangannya pada lantai agar efek tersebut hilang.Pria itu hanya tersenyum miring melihat Zaara terlihat gelisah dan kepanasan. Saat Zaara akan melompat dari balkon, pria itu segera menyeret Zaara masuk ke dalam kamar tersebut setelah memaksanya minum.“Argh, apa ini? Kenapa dengan tubuhku. Panas sekali. Aku tak tahan. Aku harus mengguyur tubuhku dengan air dingin.”Zaara bergumam tak karuan. Namun karena pria tua masih berdiri di hadapannya, Zaara menahan diri untuk tidak melewatinya. Pria itu berdiri tepat di depan Zaara yang duduk bersimpuh dengan kondisi memprihatinkan.Pria tua mengambil pon
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

119. Gamang

“Kau habis dari mana?” tanya Elia berkacak pinggang saat menyambut kedatangan Haikal malam itu. Sepulang mengantar Zaara ke klinik Haikal memutuskan pulang ke kediaman sang ibu karena ada hal yang harus dibicarakan dengannya. Haikal akan mengabari tentang batalnya pernikahan di antara dirinya dan Safira sehingga ibunya tidak akan mempermasalahkannya lagi. Namun tentu Haikal tidak akan langsung mengabari malam itu karena dirinya sudah cukup letih. Dia baru akan mengabari sang ibu keesokan harinya.Siapa sangka, Elia terbangun saat mendengar suara deru mesin mobil Haikal. Melihat kedatangan putranya tersebut, Elia keluar dari kamarnya dengan mengenakan piyama tidur berbentuk kimono, menghampiri Haikal yang baru saja masuk dengan wajah letih dan pakaian yang berantakan.“Belum tidur Mom?”Haikal hanya menimpali sang ibu dengan begitu santai. Dia berjalan melewatinya menuju kamarnya. “Aku mau istirahat Mom! Besok kita bicara. Aku letih.” Haikal memijit pelipisnya.“Tunggu, kita bicara sek
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

120. Lamaran Haidar

“Di mana Safira?” pekik Haikal ketika kakinya menginjak lantai sebuah apartemen. Kini Safira berada di apartemen miliknya karena lokasinya dekat dengan lokasi shooting di mana dia bekerja. Saat ini Safira Nasution memperoleh tawaran dari salah satu perusahaan advertising untuk menjadi model iklan kosmetik kecantikan.Kean yang merupakan pengawal pribadi Safira langsung menghadang jalan Haikal. Kebetulan Kean saat itu berada di luar pintu apartemen.Kean ditugasi Safira untuk berjaga di depan pintu masuk karena sang nona muda tak ingin diganggu. Dia ingin istirahat sejenak karena letih begadang beberapa hari setelah melakukan shooting.“Nona Safir tak bisa diganggu! Beliau sedang istirahat.”Kean menjawab dengan nada tegas, berharap Haikal akan segera pergi dari sana dan tak mencari gara-gara lagi dengannya. Seingat Kean, Haikal terakhir kali menghajarnya bertubi-tubi.“Aku harus bertemu dengannya sekarang! Minggir kau!” titah Haikal dengan menaikkan suaranya beberapa oktaf. Haikal mem
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status