Home / Urban / Kembalinya sang Pewaris / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Kembalinya sang Pewaris: Chapter 81 - Chapter 90

168 Chapters

Chapter 81: Tujuan yang Aneh

"Beginikah caramu menyapa sahabatmu yang telah memberimu bantuan yang cukup besar, Glenn Brawijaya?" sahut Dewa dari seberang sana.Glenn mendengus keras, "Kau benar-benar menyebalkan. Tidak bosan mengingatkan aku tentang bantuanmu itu?""Oh iya tentu saja tidak. Hm, anggap saja aku sedang berinvestasi kepadamu jadi kau harus menyenangkan orang yang sudah memberimu modal ini, Glenn," balas Dewa dengan santai.Glenn yakin sekali saat ini Dewa sedang tersenyum menyebalkan di sana.Glenn mendecak lidah, sadar jika sampai kapanpun ia akan kembali diingatkan tentang hutang-hutangnya pada Dewa. Memang benar, tanpa bantuan Dewa, sangat mustahil bagi Glenn untuk bangkit dan mencoba membangun usahanya sendiri dari nol. Selain memberikan modal dalam jumlah yang tidak main-main, Dewa juga membantu dirinya untuk mencari relasi hingga bisnisnya yang ia geluti sekarang itu menjadi pesat berkembang.Dengan kata lain, Dewa memang telah membantu dirinya mengepakkan sayapnya yang sebelumnya patah tak t
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

Chapter 82: Kebodohan Alexander

"Wah, kalau itu memang tujuanmu aku sangat mendukungmu. Arnold memang sudah sangat jauh berubah tapi bukankah beberapa orang telah memperingatkanmu soal ini?" tanya Dewa. Glenn tentu saja mengetahuinya dengan sangat jelas, begitu banyak yang dulu telah memperingatkan dirinya tentang darah yang lebih kental dari apapun itu. Hanya saja ia memilih percaya pada Arnold lantaran ia merasa telah mengenalnya sejak lama dan mengira Arnold lebih baik dibanding Narendra. Nyatanya, dugaannya salah besar. Arnold telah membuatnya kecewa dengan menjadi kaki tangan Narendra dan seolah bersekongkol dengannya. "Hm, makanya aku tidak akan pernah segan untuk menghukumnya karena bagaimanapun juga dia bahkan sudah bergabung dengan kakak sialannya itu dan menjalankan perusahaan atas perintah Narendra." Dewa juga memahami hal itu dengan sangat baik sehingga ia tidak bertanya lagi tentang keputusan Glenn yang diambil itu. Setelah percakapan singkat itu, Glenn memutuskan untuk segera menghubungi beberapa p
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

Chapter 83: Batalkan Saja!

"Bodoh? Kau pikir aku tidak melakukan apapun? Aku sudah mengirim begitu banyak anak buah ke seluruh Indonesia bahkan juga di luar negeri. Kau sendiri, apa yang kau lakukan untuk Glenn?" tantang Alexander yang tidak terima dituduh seolah dirinya hanya berdiam diri saja.Arnold menjauh dari Alexander dan menatap kesal pada pria yang kini juga sedang dengan menatapnya penuh kebencian. Alexander kini tersenyum mengejek, "Kau bahkan tidak pernah lepas dari kakak tersayangmu itu dan kemana-mana selalu bersamanya. Apa yang sudah kau lakukan? Tak ada, bukan?"Arnold tidak menjawab pernyataan sang pengusaha muda itu."Benar kan apa yang aku katakan? Kau hanya duduk manis di sana dengan alasan ingin menjaga harta yang dimiliki oleh Glenn hingga dia nantinya kembali. Apa kau bodoh?" ujar Alexander membalikkan keadaan.Ia mengambil jeda selama beberapa saat sebelum kembali berkata, "Jika benar dia masih hidup seperti yang kau katakan itu, bagaimana dia bisa kembali jika tak ada yang menemukannya
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

Chapter 84: Mawar Merah?

"Baik, Tuan." Damar menjawab dengan begitu patuh dan setelah menurunkan sang tuan muda, ia bergegas ke ruang beristirahatnya sendiri.Alexander menghela napas panjang dan kemudian terlelap di kamar tidurnya hingga pagi menjelang.Di pagi hari, sesuai dengan perintahnya Damar telah menyiapkan sebuah mobil baru yang belum pernah ia pakai.Sang pengusaha muda itu sama sekali tidak peduli bagaimana caranya Damar bisa mendapatkan mobil itu dalam waktu singkat. Tapi yang pasti uangnya selalu berkurang cukup banyak setiap kali ia meminta mobil baru harga fantastis.Begitu ia melihat Damar menghilang dari rumahnya untuk mengurusi segala kegiatannya di hari itu, Alexander segera melajukan mobilnya menuju ke tempat pemakaman di mana Glenn di kubur.Seperti tahun-tahun sebelumnya, ia selalu ke sana sendirian dan biasanya ia akan melihat ikat bunga yang ia tebak dibawa oleh Arnold.Ia pikir yang pergi ke tempat itu hanyalah dirinya dan juga Arnold tetapi kali ini ia cukup terkejut ketika melihat
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

Chapter 85: Sudah Percaya?

"Halo, Barata!" sapa Glenn Brawijaya dengan begitu santai tetapi berhasil membuat Alexander terlonjak kaget dari tempatnya.Wajah pengusaha muda itu bahkan terlihat memutih karena keterkejutan yang baru saja menghampirinya.Ia berujar dengan susah payah dan merasa mungkin ia salah dengar, "Kau bilang apa tadi?"Glenn mendecak lidah lalu melepas masker dan juga kacamata hitam mewahnya. Ia tersenyum dingin dan berkata, "Barata, apa telingamu sudah mulai tidak berfungsi dengan benar?"Alexander menatap Glenn seolah sedang melihat hantu yang bisa berbicara."Kau-""Oh, ayolah. Kau tidak perlu terlalu terkejut seperti itu," potong Glenn cepat-cepat.Ia kemudian berujar lagi, "Ikut aku!""Ke mana?" tanya Alexander yang mulai merinding dengan ajakan itu."Neraka."Nyali Alexander seketika ciut. Ia bahkan melangkah mundur dengan ekspresi sedikit takut.Glenn Brawijaya memutar bola matanya malas, "Sialan. Aku hanya bercanda, Barata. Ayo ikut aku ke rumahku!"Belum sempat Alexander memberikan j
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

Chapter 86: Penipuan?

"Glenn, ayolah!" desak Alexander saat keduanya sudah sampai di salah satu tempat favorit Glenn, yakni bagian atap rumah mewah itu yang biasa ia gunakan untuk menyegarkan otaknya.Glenn menoleh, "Astaga. Aku 3 tahun ini sibuk bangkit. Aku ini bukan pengangguran yang memiliki banyak waktu hanya untuk sekedar mengawasimu, Barata. Memangnya kau seperti itu ya sampai aku harus mengawasimu?"Alexander mendecak lidah lantaran kesal, "Lalu, kenapa kau seolah-olah tahu aku akan ke sana?"Glenn memerintah salah seorang pelayannya untuk mengambilkan mereka minuman yang bisa dinikmati kalah mengenang semuanya."Karena di tahun pertama aku mengunjungi makamku sendiri, aku melihatmu di sana dan di tahun kedua juga seperti itu jadi kupikir tahun ini kau juga akan pergi ke makamku," sahut Glenn terlihat santai."Kau mengunjungi makammu sendiri? Untuk apa?" tanya Alexander cukup penasaran.Glenn membalas, "Anggap saja sebagai sebuah lelucon saja. Bukankah sangat lucu?""Lucu katamu?" ulang Alexander m
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

Chapter 87: Berubah Pikiran?

"Hm, kau benar-benar sangat peka sekali, Barata. Senang sekali tahu jika kau rupanya bisa diandalkan," ujar Glenn, menatap sambil menyeringai ke arah sang pengusaha muda. Alexander mendengus keras. Ia sampai meneguk minumannya hingga tandas lantaran kesal, "Apa menurutmu aku dulu tidak bisa diandalkan?" Glenn memasang wajah innocent-nya hingga membuat Alexander menjadi jengkel. "Aku tidak berkata seperti itu tapi sebenarnya kau memang cukup bisa diandalkan." Alexander mencibir, "Kau berkata seperti itu tidak untuk berusaha menyenangkan aku kan?" Seketika tawa Glenn Brawijaya meledak. Tak pernah dia sangka jika dia bisa tertawa begitu renyah saat menemui Alexander yang dulunya cukup kaku dan tidak menyenangkan untuk diajak berbicara. Bagi Glenn, Alexander sangat membosankan karena terkadang mereka tidak bisa satu pendapat atau memiliki pandangan yang sangat aneh dan bisa dikatakan sangat jauh berbeda. Glenn tidak terlalu menyukai kalau bercengkrama dengan Alexander tetapi ia tidak
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

Chapter 88: Rasa Bersalah

"Tenanglah, Barata! Tidak sekarang. Kau bisa bersantai dulu untuk sementara waktu!" ujar Glenn.Akexander menghela napas panjang, tidak lagi memaksa Glenn untuk mengatakan hal apapun."Setidaknya kau masih hidup, itu sudah cukup!" ujar Alexander.Glenn menoleh, "Oh, tolong. Apa kau menangisi kematianku, Barata? Tidak aku percaya jika ternyata kau secengeng itu."Alexander melempar tatapan tajam pada putra dari orang yang ia kagumi itu. Ia menyahut dengan menampilan ekspresi jengkel yang begitu kentara, "Untuk menangisi kematianmu? Kau pikir aku mau membuang-buang waktuku yang berharga unuk menangisi kematianmu itu? Menyebalkan!"Glenn tertawa senang mendengar omelan Alexander yang memang cukup membuatnya terhibur itu. Entah kenapa, meskipun ia sendiri tahu jika Alexander bukanlah sekutu yang cukup kuat untuknya, ia tetap berusaha membuat Alexander berada di pihaknya. Alexander tetaplah menjadi orang pertama yang mau mengulurkan bantuan kepadanya.Ia tidak mungkin akan pernah melupakan
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

Chapter 89: Wajah Asli

"Tuan Alex," panggil Damar saat ia melihat Alexander memasuki ruang tamu.Beberapa pengawal tengah berkumpul dan membahas sesuatu. Alexander mengerurkan kening heran saat melihatny."Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Alexander.Damar berkata, "Tidak ada, Tuan Muda."Damar memerintahkan para pengawal untuk menyingkir dari ruangan itu. Alexander melihat cara Damar memerintah dan cukup terkejut saat ia tahu mereka mematuhi perintah Damar.Apa yang sebenarnya terjadi? Mereka itu anak buahnya. Dia yang menggaji mereka tapi anehnya para anak buah itu malah patuh pada Damar. Ia benar-benar sulit menerimanya."Tidak ada? Kau yakin? Lalu kenapa mereka berkumpul di sini?" tanya Alexander menatap curiga pada Damar.Damar tersenyum samar dan menjawab, "Begini, Tuan Muda. Saya tadi cemas karena Anda tidak pulang-pulang, Saya meminta mereka bersiap-siap untuk melakukan pencarian jika Anda tidak kunjung pulang."Alexander merengut. Jujur saja ia tidak menyukai hal itu, "Tunggu dulu, Damar. Buk
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

Chapter 90: Tetap Awasi!

Usai membuat rencana dengan pria yang ia sebut sebagai Jack itu, sang eksekutor yang telah ia perintahkan untuk membunuh Glenn Brawijaya di pelabuhan tiga tahun lalu, Damar segera ke luar dari sana.Namun, tanpa ia sadari, Alexander Barata yang menjadi targetnya itu ternyata mengikuti dirinya. Ia bergumam, "Ah, aku mengerti sekarang. Mungkin kau yang dicurigai Glenn."Saat ia melihat Damar semakin menjauh, Alexander memilih segera kembali ke apartemennya."Tuan Alex, Anda dari mana?" tanya seorang pengawal yang ia ingat baru bekerja kepadanya selama beberapa bulan."Jalan-jalan," sahut Alexander cepat, tak ingin menimbulkan kecurigaan.Sang pengawal mengerutkan dahi, "Kenapa Anda tidak meminta salah satu dari kami untuk menemani Anda?"Alexander hampir saja membentak pengawal yang menurutnya sangat kurang ajar itu. Memangnya siapa pengawal itu sampai berani menanyai dirinya?Akan tetapi, Alexander menahan diri dan berkata, "Aku tidak sempat, sedang terburu-buru.""Baiklah, Tuan. Tapi
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more
PREV
1
...
7891011
...
17
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status