Home / Urban / Kembalinya sang Pewaris / Chapter 84: Mawar Merah?

Share

Chapter 84: Mawar Merah?

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2023-01-30 18:54:05

"Baik, Tuan." Damar menjawab dengan begitu patuh dan setelah menurunkan sang tuan muda, ia bergegas ke ruang beristirahatnya sendiri.

Alexander menghela napas panjang dan kemudian terlelap di kamar tidurnya hingga pagi menjelang.

Di pagi hari, sesuai dengan perintahnya Damar telah menyiapkan sebuah mobil baru yang belum pernah ia pakai.

Sang pengusaha muda itu sama sekali tidak peduli bagaimana caranya Damar bisa mendapatkan mobil itu dalam waktu singkat. Tapi yang pasti uangnya selalu berkurang cukup banyak setiap kali ia meminta mobil baru harga fantastis.

Begitu ia melihat Damar menghilang dari rumahnya untuk mengurusi segala kegiatannya di hari itu, Alexander segera melajukan mobilnya menuju ke tempat pemakaman di mana Glenn di kubur.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, ia selalu ke sana sendirian dan biasanya ia akan melihat ikat bunga yang ia tebak dibawa oleh Arnold.

Ia pikir yang pergi ke tempat itu hanyalah dirinya dan juga Arnold tetapi kali ini ia cukup terkejut ketika melihat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 85: Sudah Percaya?

    "Halo, Barata!" sapa Glenn Brawijaya dengan begitu santai tetapi berhasil membuat Alexander terlonjak kaget dari tempatnya.Wajah pengusaha muda itu bahkan terlihat memutih karena keterkejutan yang baru saja menghampirinya.Ia berujar dengan susah payah dan merasa mungkin ia salah dengar, "Kau bilang apa tadi?"Glenn mendecak lidah lalu melepas masker dan juga kacamata hitam mewahnya. Ia tersenyum dingin dan berkata, "Barata, apa telingamu sudah mulai tidak berfungsi dengan benar?"Alexander menatap Glenn seolah sedang melihat hantu yang bisa berbicara."Kau-""Oh, ayolah. Kau tidak perlu terlalu terkejut seperti itu," potong Glenn cepat-cepat.Ia kemudian berujar lagi, "Ikut aku!""Ke mana?" tanya Alexander yang mulai merinding dengan ajakan itu."Neraka."Nyali Alexander seketika ciut. Ia bahkan melangkah mundur dengan ekspresi sedikit takut.Glenn Brawijaya memutar bola matanya malas, "Sialan. Aku hanya bercanda, Barata. Ayo ikut aku ke rumahku!"Belum sempat Alexander memberikan j

    Last Updated : 2023-01-30
  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 86: Penipuan?

    "Glenn, ayolah!" desak Alexander saat keduanya sudah sampai di salah satu tempat favorit Glenn, yakni bagian atap rumah mewah itu yang biasa ia gunakan untuk menyegarkan otaknya.Glenn menoleh, "Astaga. Aku 3 tahun ini sibuk bangkit. Aku ini bukan pengangguran yang memiliki banyak waktu hanya untuk sekedar mengawasimu, Barata. Memangnya kau seperti itu ya sampai aku harus mengawasimu?"Alexander mendecak lidah lantaran kesal, "Lalu, kenapa kau seolah-olah tahu aku akan ke sana?"Glenn memerintah salah seorang pelayannya untuk mengambilkan mereka minuman yang bisa dinikmati kalah mengenang semuanya."Karena di tahun pertama aku mengunjungi makamku sendiri, aku melihatmu di sana dan di tahun kedua juga seperti itu jadi kupikir tahun ini kau juga akan pergi ke makamku," sahut Glenn terlihat santai."Kau mengunjungi makammu sendiri? Untuk apa?" tanya Alexander cukup penasaran.Glenn membalas, "Anggap saja sebagai sebuah lelucon saja. Bukankah sangat lucu?""Lucu katamu?" ulang Alexander m

    Last Updated : 2023-02-01
  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 87: Berubah Pikiran?

    "Hm, kau benar-benar sangat peka sekali, Barata. Senang sekali tahu jika kau rupanya bisa diandalkan," ujar Glenn, menatap sambil menyeringai ke arah sang pengusaha muda. Alexander mendengus keras. Ia sampai meneguk minumannya hingga tandas lantaran kesal, "Apa menurutmu aku dulu tidak bisa diandalkan?" Glenn memasang wajah innocent-nya hingga membuat Alexander menjadi jengkel. "Aku tidak berkata seperti itu tapi sebenarnya kau memang cukup bisa diandalkan." Alexander mencibir, "Kau berkata seperti itu tidak untuk berusaha menyenangkan aku kan?" Seketika tawa Glenn Brawijaya meledak. Tak pernah dia sangka jika dia bisa tertawa begitu renyah saat menemui Alexander yang dulunya cukup kaku dan tidak menyenangkan untuk diajak berbicara. Bagi Glenn, Alexander sangat membosankan karena terkadang mereka tidak bisa satu pendapat atau memiliki pandangan yang sangat aneh dan bisa dikatakan sangat jauh berbeda. Glenn tidak terlalu menyukai kalau bercengkrama dengan Alexander tetapi ia tidak

    Last Updated : 2023-02-01
  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 88: Rasa Bersalah

    "Tenanglah, Barata! Tidak sekarang. Kau bisa bersantai dulu untuk sementara waktu!" ujar Glenn.Akexander menghela napas panjang, tidak lagi memaksa Glenn untuk mengatakan hal apapun."Setidaknya kau masih hidup, itu sudah cukup!" ujar Alexander.Glenn menoleh, "Oh, tolong. Apa kau menangisi kematianku, Barata? Tidak aku percaya jika ternyata kau secengeng itu."Alexander melempar tatapan tajam pada putra dari orang yang ia kagumi itu. Ia menyahut dengan menampilan ekspresi jengkel yang begitu kentara, "Untuk menangisi kematianmu? Kau pikir aku mau membuang-buang waktuku yang berharga unuk menangisi kematianmu itu? Menyebalkan!"Glenn tertawa senang mendengar omelan Alexander yang memang cukup membuatnya terhibur itu. Entah kenapa, meskipun ia sendiri tahu jika Alexander bukanlah sekutu yang cukup kuat untuknya, ia tetap berusaha membuat Alexander berada di pihaknya. Alexander tetaplah menjadi orang pertama yang mau mengulurkan bantuan kepadanya.Ia tidak mungkin akan pernah melupakan

    Last Updated : 2023-02-02
  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 89: Wajah Asli

    "Tuan Alex," panggil Damar saat ia melihat Alexander memasuki ruang tamu.Beberapa pengawal tengah berkumpul dan membahas sesuatu. Alexander mengerurkan kening heran saat melihatny."Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Alexander.Damar berkata, "Tidak ada, Tuan Muda."Damar memerintahkan para pengawal untuk menyingkir dari ruangan itu. Alexander melihat cara Damar memerintah dan cukup terkejut saat ia tahu mereka mematuhi perintah Damar.Apa yang sebenarnya terjadi? Mereka itu anak buahnya. Dia yang menggaji mereka tapi anehnya para anak buah itu malah patuh pada Damar. Ia benar-benar sulit menerimanya."Tidak ada? Kau yakin? Lalu kenapa mereka berkumpul di sini?" tanya Alexander menatap curiga pada Damar.Damar tersenyum samar dan menjawab, "Begini, Tuan Muda. Saya tadi cemas karena Anda tidak pulang-pulang, Saya meminta mereka bersiap-siap untuk melakukan pencarian jika Anda tidak kunjung pulang."Alexander merengut. Jujur saja ia tidak menyukai hal itu, "Tunggu dulu, Damar. Buk

    Last Updated : 2023-02-02
  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 90: Tetap Awasi!

    Usai membuat rencana dengan pria yang ia sebut sebagai Jack itu, sang eksekutor yang telah ia perintahkan untuk membunuh Glenn Brawijaya di pelabuhan tiga tahun lalu, Damar segera ke luar dari sana.Namun, tanpa ia sadari, Alexander Barata yang menjadi targetnya itu ternyata mengikuti dirinya. Ia bergumam, "Ah, aku mengerti sekarang. Mungkin kau yang dicurigai Glenn."Saat ia melihat Damar semakin menjauh, Alexander memilih segera kembali ke apartemennya."Tuan Alex, Anda dari mana?" tanya seorang pengawal yang ia ingat baru bekerja kepadanya selama beberapa bulan."Jalan-jalan," sahut Alexander cepat, tak ingin menimbulkan kecurigaan.Sang pengawal mengerutkan dahi, "Kenapa Anda tidak meminta salah satu dari kami untuk menemani Anda?"Alexander hampir saja membentak pengawal yang menurutnya sangat kurang ajar itu. Memangnya siapa pengawal itu sampai berani menanyai dirinya?Akan tetapi, Alexander menahan diri dan berkata, "Aku tidak sempat, sedang terburu-buru.""Baiklah, Tuan. Tapi

    Last Updated : 2023-02-02
  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 91: Motif Abu-abu

    "Tentu saja aku tahu," ujar Glenn dengan begitu santainya.Alexander melotot jengkel tapi ia tetap masih tidak berbalik. Namun, sungguh ia mulai kehilangan kesabaran karena harus berpura-pura seperti itu."Kenapa kau tidak langsung mengatakannya saat kita ketemu kemarin," ucap Alexander kesal.Glenn berujar, "Karena kau tidak mungkin percaya kepadaku secara langsung. Bagaimana pun juga, kau sangat mempercayainya. Tidak mungkin kau menaruh curiga kepadanya."Alexander menggelengkan kepala, "Kau harusnya mengatakan itu.""Tidak bisa. Kau harus merasakan dan mengetahuinya sendiri. Bukankah kau juga memang sempat berpikir jika aku mengada-ada kan?' cecar Glenn.Alexander menelan ludah dengan susah payah. Ia memang harus mengakui Glenn benar. Sebelumnya ia memang tidak menaruh curiga pada Damar karena merasa pria itu telah mengabdi kepadanya selama bertahun-tahun dan bisa dipercaya.Ia bahkan sedikit meragukan Glenn lantaran terlalu banyak rahasia yang dimiliki oleh pria itu. Tapi, bukan b

    Last Updated : 2023-02-03
  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 92: Menjilat

    Tiba-tiba saja Glenn menutup buku yang sedang ia baca dengan begitu keras hingga menimbulkan sedikit kekagetan dari pengunjung toko buku itu. Alexander berkata, "Hm. Kenapa reaksimu begitu?""Apa yang kau harapkan memangnya? Kau berharap aku senang-senang saja, Barata?"Alexander mengerang kesal, "Padahal kau sendiri yang menemukan motif Damar tapi kau sendiri yang kesal?"Glenn Brawijaya mendengus, "Orang-orang seperti Damar itu tidak pantas diberi kesempatan hidup. Dia bisa lebih menjadi rakus jika tidak segera kau bereskan."Alexander ingin tertawa keras untuk menanggapi ucapan Glenn yang menurutnya menyebalkan itu. Bukankah Glenn juga tahu saat ini Damar sepertinya berhasil mengendalikan beberapa sektor usahanya. Dan ini bukan kesalahan Damar tapi memang kesalahannya sendiri.Dia hanya cukup bodoh saja hingga mempercayai Damar untuk mengelola seluruh aset miliknya. Kini hanya rasa sesal dan pahit saja yang bisa ia terima."Apa kau mau aku saja melakukannya?" tawar Glenn.Alexander

    Last Updated : 2023-02-05

Latest chapter

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 168: The Ending

    Narendra tidak mempercayai apa yang sedang terjadi kepadanya, "Glenn, kau-""Bukti yang aku miliki sudah lengkap semuanya dan semua ini berkat bantuan dari adik kesayanganmu. Selain itu, Om Satria kebetulan telah menyerahkan dirinya pagi tadi jadi lebih baik sekarang tidak perlu melawan lagi karena kau sudah tamat," ucap Glenn dengan begitu senangnya.Narendra tentu saja memberontak dan berhasil melepaskan diri dari kedua polisi yang memegang lengannya. Pria muda tersebut kemudian langsung saja menarik Glenn ke arahnya lalu mengeluarkan sebuah pisau yang nyata ia sembunyikan dibalik saku jasnya.Glenn tentu saja tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi. Ia pikir ia telah bersiap-siap menghadapi segala hal yang mungkin saja terburuk tetapi nyatanya ia masih melupakan sesuatu sehingga sekarang harus menghadapi kemarahan Narendra yang seharusnya tidak perlu dihadapi.Dewa dan Alexander yang berada di sana sontak memerintah anak buah mereka untuk menyelamatkan Glenn tetapi Glenn memint

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 167: Sadar

    "Astaga, kau benar-benar membuatnya takut," ucap Glenn yang tidak bisa tidur apalagi mendengar ketika orang yang berada di dalam kamarnya itu dari tadi masih saja bercolotest seolah dia tidak ada di sana.Clarita menoleh pada pria yang telah membuka matanya secara penuh itu. "Om, Om pasti terganggu dengan suara kami ya?"Glenn tersenyum tipis dan menanggapi, "Ah, Clarita. Kau benar-benar sangat peka sekali, tidak seperti ayahmu yang bodoh ini."Alexander sedikit tersinggung tetapi dia membiarkan sahabatnya itu berbicara seperti itu."Kau benar-benar sudah tidak apa-apa?" tanya Dewa, terdapat kecemasan yang begitu terlihat dengan sangat jelas di mata sahabat Glenn yang satu itu."Kau gila atau bagaimana? Aku baru saja tertembak di perutku dan kau bilang aku tidak apa-apa? Luka tembak tidak mungkin bisa sembuh hanya dalam waktu beberapa jam kan?" omel Glenn.Alexander tertawa meringis mendengarkan ocehan Glenn pada Dewa, ia benar-benar sangat puas terhadap omelan Glenn tersebut."Nah, s

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 166: Kebimbangan Satria

    Narendra mendecakkan menatap ayahnya dengan tatapan tidak suka. Pria itu bahkan tidak menutupi jika mungkin dia menganggap ayahnya itu cukup bodoh karena tidak benar-benar menyimak ceritanya dengan benar.Narendra menghela napas panjang sebelum kemudian menanggapi, "Ayah, tidakkah tadi Ayah mendengarkan ceritaku dengan baik?"Satria terbelalak tetapi dia membalas pertanyaan putranya, "Dengar. Peluru itu sedikit meleset tetapi mengenai Glenn. Iya kan?""Hm, itu benar. Peluru itu katanya mengenai perut Glenn dan bukannya jantungnya jadi mungkin dia masih hidup atau bisa saja sedang sekarat. Entahlah, aku tidak mengetahuinya. Anak buahku masih mencarinya di seluruh rumah sakit yang ada di Jakarta ini. Dan aku yakin sekali dia akan segera ditemukan," ujar Narendra begitu senang.Satria mengangguk mengerti. "Jika kau sudah menemukannya, apa yang akan kau lakukan terhadapnya?"Narendra menyipitkan mata, memperlihatkan ayahnya senyumannya yang kejam. "Ayah, apakah sekarang ini Ayah masih har

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 165: Apakah Dia Mati?

    Alexander dan Dewa menyadari jika di sana masih ada gadis muda yang mendengarkan percakapan mereka yang cukup bisa dikatakan berbahaya dan tidak pantas didengar oleh gadis itu.Dewa seketika berkata, "Oh, Sayang. Maaf, percakapan ini tidak pantas untuk kamu dengar. Ah, Alex. Kita tunda saja percakapan ini daripada putrimu harus mendengar hal seperti itu."Clarita sebenarnya tidak ingin menyerah begitu saja tetapi melihat kedua pria dewasa itu terlihat tidak ingin lagi melanjutkan percakapan mereka mengenai permasalahan tentang aksi balas dendam itu maka ia pun juga tidak bisa lagi bertanya."Kamu mau minum atau mungkin camilan?" tawar Alexander.Clarita dengan segera menggelengkan kepala. "Bagaimana mungkin aku bisa makan dalam situasi seperti ini? Ayolah Ayah, aku bukan gadis berdarah dingin yang tidak mementingkan situasi dan kondisi."Alexander meringis mendengar ucapan putrinya yang begitu mengguncangnya Itu.Dewa sendiri tidak tahan untuk tidak tertawa telan tetapi dia kemudian t

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 164: Kenekatan

    Sang pengawal dengan sangat terpaksa akhirnya menjawab kembali, "Tuan Alex tidak apa-apa dan baik-baik saja tetapi Tuan Glenn baru saja tertembak karena diserang."Clarita langsung saja membungkam mulutnya karena kaget. Tak bisa dipercaya, hanya sangat mustahil sekali pria sekuat Glenn bisa tertembak dan kini nyawanya sedang dalam bahaya di dalam rumah sakit.Clarita terdiam sejenak bingung atas apa yang harus dia lakukan setelahnya.Namun, dia tentu tidak bisa berdiam saja di sana sehingga dia memutuskan, "Aku akan ke rumah sakit."Sang pengawal tentu saja langsung saja menjawab, "Tidak, Nona. Tuan Alexander meminta Anda untuk tetap di rumah dan tidak melakukan apapun. Sebenarnya yang diserang itu adalah Tuan Alex tetapi Tuan Glenn datang untuk menyelamatkannya sehingga yang terkena malah Tuan Glenn.""Iya, Nona. Di luar sana masih begitu berbahaya dan kita juga tidak tahu apakah penyerang itu akan mencari-cari Nona karena anda merupakan putri satu-satunya Tuan Alexander sekaligus ke

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 163: Rasa Cemas

    Ken, sopir Alexander Barata segera melajukan mobilnya lebih cepat dan berusaha menghindari 3 mobil yang mengejar mereka.Alexander mulai tegang dan kemudian segera menghubungi Glenn dengan cepat. Ia benar-benar sangat beruntung sekali karena hanya dalam dari yang pertama panggilannya telah dijawab oleh Glenn."Kenapa kau-""Kirim bantuan sekarang, Glenn! Aku sedang dikejar-kejar!" ujar Alexander dengan suara yang begitu panik.Glenn yang sedang duduk di atas atap itu segera berdiri dan berkata dengan nada yang juga panik, "Di mana posisimu?""Ah, tidak usah. Aku tahu. Bertahanlah sebentar!" ucap Glenn.Glenn segera membuka aplikasinya dan memerintah dengan cepat, "Susul Alexander!"Beberapa anak buahnya yang telah siap siaga itu pun segera mengambil posisi masing-masing dan Glen ikut ke dalam salah satu mobil itu.Sementara itu, Alexander masih dalam pengejaran dan hampir saja terkena sebuah tembakan saat salah satu orang yang berada di mobil kirinya tersebut melemparkan sebuah tembak

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 162: Cepat!

    "Ayah bukan saudara kandung dari Paman Andi," ujar Arnold.Narendra menatap adiknya itu dengan tatapan heran tetapi ia masih terlihat begitu bingung.Arnold mengamati ekspresi kakaknya yang tidak ada keterkejutan di sana. Ia pun mulai berpikir jauh, "Ah, jadi Mas juga tahu masalah ini? Tapi kenapa Mas hanya diam saja?"Narendra bertanya, "Dari mana kamu tahu masalah ini?"Arnold mengulas sebuah senyum pada sang kakak. "Tidak penting bagaimana aku tahu tapi fakta jika ternyata kamu juga mengetahuinya itu Cukup membuatku heran.""Kenapa lagi?" tanya Narendra malas."Masih bertanya kenapa? Ini semakin membuat kita itu tidak memiliki hak apapun atas harta itu. Mas, kita tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Glenn. Bisa tidak kamu mengembalikan saja semua yang memang bukan milikmu terhadap Glenn? Apa sedikitpun kamu tidak merasa aneh ketika melakukan apapun pada harta yang bukan milikmu?"Narendra mencibir, "Oke, kita memang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka tetapi kita t

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 161: Pigura

    Kenyataan itu begitu menampar Satria. Ia pun tidak lagi bisa berkutik lagi ataupun membela putra bungsunya.Narendra melihat ayahnya yang tidak bisa menjawab perkataannya itu pun membuatnya semakin yakin untuk memberi satu pelajaran bagi sang adik."Lebih baik Ayah tidak usah ikut campur masalah ini. Biarkan aku yang menyelesaikannya," ucap Narendra.Satria hanya bisa terdiam di sofa ruang tamu itu, meresapi semua yang terjadi di kehidupannya.Tiba-tiba saja ia bangkit dari tempat duduknya itu lalu berjalan menuju ke sebuah gudang yang terletak di luar ruangan.Gudang itu terpisah dari rumah utama sehingga ia harus berjalan sendirian ke sana dan melarang semua anak buah Narendra untuk menemaninya.Begitu ia masuk ke dalam gudang tersebut, ia segera berjalan mendekat ke sebuah benda yang tertutup oleh kain putih besar.Segera saja ia ambil kain yang menutupi sebuah pigura besar itu. Ia pun kemudian duduk di depan pigura tersebut dengan wajah yang terlihat amat sangat letih.Ia mulai be

  • Kembalinya sang Pewaris   Chapter 160: Kekejutan Lain

    "Apa yang Ayah bicarakan itu? Tentu saja aku menyukainya," ucap Clarita menatap ke arah ayahnya dengan tatapan heran.Alexander kembali menyipitkan mata dan menatap putrinya dengan tatapan bingung, "Tunggu dulu, Nak. Yang Ayah maksud itu adalah menyukai layaknya seorang wanita menyukai laki-laki. Seperti itu. Kamu tidak seperti yang Ayah maksud kan?" Mata Clarita membola begitu sempurna usai dirinya mendengar perkataan ayahnya tersebut. Ia kehilangan kata-kata untuk beberapa saat dan kemudian membalas perkataan ayahnya itu dengan cepat, "Maksud Ayah, cinta pasangan? Astaga, Ayah. Yang benar saja. Aku menganggap dia sebagai aku menganggap Ayah. Dia sama saja dengan orang tua keduaku."Mendengar perkataan putrinya, Alexander benar-benar menghela napas dengan lega. Ia tertawa konyol lalu kemudian menyesat minuman yang tidak ia ketahui namanya itu.Minuman khas Korea Selatan yang rasanya asam manis cukup menyegarkan tenggorokannya.Alexander kemudian tersenyum pada Sang Putri, "Ayah bena

DMCA.com Protection Status