Home / Romansa / Istri Kecil Penebus Hutang / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Kecil Penebus Hutang: Chapter 11 - Chapter 20

184 Chapters

11. Tembok Tinggi

 “Tidur di sini.” Kalimat itu sukses membuat Lavira tertegun di tempat. Matanya membulat, kepalanya perlahan mendongak dan menatap Avram yang sudah sempat menutup mata. Pria itu kembali membuka matanya saat merasakan kepala Lavira bergerak di atas dada bidangnya. Dua pasang mata itu saling tatap hanya beberapa detik, sampai detik berikutnya Lavira mengalihkan wajah. “S-saya cukup berat, Tuan. Nanti Tuan sesak napas karena saya tidur di sini,” cicit Lavira. ‘Berat katanya? Bahkan aku tidak merasakan apa pun sekarang. Badan kurus seperti ini mengaku berat?’ batin Avram heran. “Tidak berat, tidur saja,” tutur Avram dengan suara dinginnya. Lavira tak mampu lagi membantah. Seakan sudah menjadi kodratnya seorang Lavira, dia begitu patuh. Bahkan mungkin jika disuruh oleh orang lain untuk melompat dari gedung tinggi, b
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

12. Anak Itik

Pagi nan cerah itu dinyanyikan oleh kicauan burung-burung. Entah karena terlalu nyaman atau kenapa. Lavira yang biasa terbangun di pagi hari, sekarang nampak masih terlelap nyaman. Dengan tidak sadar di dalam tidurnya, gadis kecil itu saat ini sudah berada di atas tubuh Avram.Entah sejak kepan posisi itu terjadi. Lavira malah terlihat sangat nyenyak dan nyaman di dalam tidurnya. Avram, laki-laki dingin nan misterius itu mulai terusik saat segaris cahaya yang menyelinap dari balik gorden menyapa sebelah matanya. Pria itu masih memejamkan mata, sambil berniat menggelian, tetapi tertahan sesuatu di atas tubuhnya.“Kenapa berat?” gumamnya terdengar serak.Perlahan sepasang kelopak mata Avram mulai terbuka. Beberapa detik, pria tampan itu terdiam di tempatnya. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah kepala hitam seseorang yang menghalangi pemandangannya. Avram menggosok pelan kedua matanya dan kembali menatap apa yang berada di atas tubuhnya saat ini.“Ini ....”Beberapa detik terdiam d
last updateLast Updated : 2022-12-15
Read more

13. Pikiran Liar Avram

Beberapa menit di dalam kamar mandi, Lavira lebih sering melamun. Gadis kecil itu masih memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu. Dia terus mengusap wajahnya merasa malu sekaligus takut.“Bagaimana bisa aku berada di atas tubuhnya? Padahal tadi malam aku sudah turun? Ya ampn, ini akibat kalau tidur terlalu lasak. Bagaimana sekarang? Kalau Tuan Dakasa marah bagaimana? Aku bisa dikubur hidup-hidup,” celoteh Lavira malu dan takut.Perempuan itu menarik napas dalam sambil menatap kakinya yan masih berdenyut. Sepertinya hari ini dia akan kesulitan berjalan. Entah keseleo atau sekadar sakit biasa saja. Lavira tidak tahu dan dia tak bisa memperbaiki kakinya sendiri yang sakit.“Ini tidak akan membengkak ‘kan?” gumam Lavira lagi.Beberapa menit berlalu, tanpa sadar Lavira menghabiskan cukup banyak waktu di dalam kamar mandi tersebut. Dia melangkah dan melotot saat tidak menemukan selembar handuk pun di sana. Perempuan polos itu menutup mulutnya dengan kedua tangan saat mengingat jika diri
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

14. Rindu

Tok ... tok ....Avram kembali mengetuk pintu kamar mandi itu. Setelah usaha Lavira hampir setengah jam berdeham tidak jelas. Akhirnya pria itu paham dan mengambilkan handuk untuk gadis manis tersebut. Mungkin sekarang Lavira sudah kedinginan di dalam sana, sebab tubuhnya masih menggunakan baju basah.“Buka,” titah Avram datar.Cklek ....Mendengar suara pintu itu dibuka. Avram langsung mengalihkan wajahnya, tetapi tangannya masih mengulurkan handuk ke arah pintu. Dia berdeham kecil bak orang bodoh, begitu berusaha untuk tidak melihat lekuk tubuh Lavira. Entah kenapa, padahal Lavira adalah istri dan hal itu sudah halal untuk dia tatap.Lavira sendiri meringi saat melihat sosok bertubuh kekar itu berdiri sambil menyodorkan handuk kepadanya. Perempuan itu mengangkat tangan dan meraih handuk tersebut. Dia bingung harus mengucapkan terima kasih seperti apa, sebab Avram masih melarangnya untuk bersuara.“Hemmm,” deham Lavira tidak harus harus bagaimana.“Hem,” deham Avram singkat saat meng
last updateLast Updated : 2022-12-18
Read more

15. Mereka

Prang ....Lavira terlonjak saat dengan tiba-tiba sebuah piring melayang hampir mengenai wajahnya. Tubuh gadis itu bergetar ketakutan dengan kepala menunduk tak berani mengangkat pandangan. Masih seperti biasanya, Lavira begitu takut untuk sekadar menatap orang yang sedang marah dan membencinya.“Apa-apaan ini? Apa kau ingin memberi kami makanan seperti yang kau makan selama ini, gembel! Tidak bermutu dan kampungan!” teriak Feria kepada Lavira.Lavira diam, tubuhnya bergetar takut. Bahkan untuk sekadar bersuara pun dia tidak berani. Jari-jari tangannya saling bertautan dengan keringat dingin mulai bercucuran. Hal biasa saat dia menerima amarah dari orang lain. Sedari dulu dia juga akan seperti itu di saat ayah atau mungkin keluarga tirinya murka.“Kenapa kau diam, hah!” pekik Feria menyambung amarahnya.Untuk kedua kalinya Lavira terlonjak mendengar teriakan kemurkaan itu. “M-maaf, Nona. Saya tidak tahu jika Anda tidak menyukai menu itu. A-akan saya ganti dengan yang baru, An-da ingin
last updateLast Updated : 2022-12-19
Read more

16. Istriku

Avram menggeram tertahan, entah kenapa dia merasa marah dan tidak suka melihat keadaan Lavira yang seperti itu. Pipinya kembali membengkak bahkan sampai ke mata. Sudut bibir perempuan itu juga sobek dan mengeluarkan darah. Avram tidak tahu saja jika saat ini paha Lavira sudah menghijau karena tendangan dan injakan Feria tadi.“Ambilkan obat dan urus mereka,” desis Avram.“Baik, Tuan. Itu, ekhm ... tolong Anda cek juga bagian paha kiri Nyonya, Tuan,” ucap Rino sedikit ragu melontarkan kata paha pada kalimatnya.Avram menoleh dan menatap Rino dengan mata tajam itu. “Apa saja yang mereka lakukan?” tanya Avram menahan geraman.“Untuk paha, ekhm, Nona Feria tadi sempat menendang dan menginjaknya, Tuan. Mungkin Anda butuh rekaman CCTV, bisa saya kirimkan,” jawab Rino.“S-saya tidak apa-apa, Tuan,” cicit Lavira takut jika dirinya memberikan masalah antara keluarga Avram. Avram menoleh dan menatap Lavira dengan wajah dinginnya.“Tidak apa-apa? Seperti ini kau bilang tidak apa-apa?” Avram meny
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more

17. Balas Dua Kali Lipat

“Angkat wajahmu,” titah Avram dengan suara datarnya.Lavira sempat terkejut mendengar suara berat Avram. Dengan patuh dia mendongak sesuai dengan perintah Avram. Sampai saat ini dia masih tak bersuara, Avram pun lebih tenang karena tidak mendengar suara lembut Lavira. Sadar atau tidak, Avram seakan tak kuat mendengar suara lembut Lavira.Avram terus melanjutkan aktivitasnya mengobati dan mengompres pipi lebam Lavira. Sudah dua kali saja dalam dua hari ini pria itu melakukan hal yang sama. Lavira memejamkan matanya sambil meringis kecil menahan rasa sakit pada wajahnya yang semakin membengkak. Avram ikut memejamkan matanya melihat pemandangan itu.“Berbaringlah,” titah Avram lagi.Lavira membuka matanya dan menatap Avram dengan mata berair. Berair karena menahan rasa sakit. Bahkan sekadar untuk menggerakkan bibirnya saja terasa sangat sakit. Hal tersebut membuat Lavira semakin tak mampu berbicara. Sehingga matanya berair secara spontan.“Ak ... shhh.”“Tidak usah berbicara, berbaring
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

18. Balasan Untuk Feria

Rino melangkah ke arah ruangan tamu keluarga Dakasa dengan langkah tegasnya seperti biasa. Saat ini dia tak sendiri, tetapi ada beberapa anggota lainnya di belakang tubuh pria itu. Salah satu di antaranya adalah perempuan, dan dia juga bagian dari anggota kepercayaan Avram. Perempuan berwajah dingin dan jarang bisa diajak berbicara, kecuali bersama Avram dan Rino.Tiga manusia yang berada di ruangan tamu itu menoleh cepat saat mendengar suara langkah kaki. Kedatangan Rino dengan beberapa anggotanya membuat mereka waswas, terutama Feria dan Siara. Hanya Fero yang nampak santai, duduk diam di tempatnya.“Sesuai seperti yang saya katakan tadi. Tuan Dakasa tidak terima atas perlakuan kalian kepada istrinya,” tegas Rino bersuara tepat menatap tiga manusia itu.Kalimat Rino tentu saja membuat mereka terkejut, termasuk Fero. Pria itu menatap Rino dengan pandangan tak percaya. “Pasti kau yang hanya pandai sendiri ‘kan? Kau menyukai gadis kecil itu ‘kan? Heh,” cibir Fero sinis.Rino menatap da
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more

19. Terkam

Entah dengan alasan apa, Avram sekarang bekerja di dalam kamar tidurnya. Laki-laki itu duduk di atas sofa dengan laptop dan beberapa berkas yang sudah sempat dibawa oleh Rino ke sana. Sesekali mata tajam pria itu melirik ke arah Lavira yang terbaring di atas ranjang. Entah karena khawatir atau apa, Avram pun tak paham dengan hatinya sendiri. “Engh shhh.”Perhatian Avram teralihkan saat mendengar suara erangan kecil bercampur ringisan. Pria itu menoleh dan menatap Lavira yang kini terlihat menggeliat pelan. Sangat pelan, nampaknya perempuan itu tak kuat untuk menggerakkan tubuhnya lebih energik lagi.“Mana sakit?”Suara berat Avram mengejutkan Lavira. Perempuan itu langsung membuka matanya seketika. Matanya tak menangkap siapa-siapa, sebab Avram memang masih berada di atas sofa. Lavira mengira jika dirinya sedang berkhayal akan suara Avram.“Astaga, karena terlalu ngeri-ngeri sedap berdekatan dengannya ... aku jadi seakan terus mendengar suaranya,” gumam Lavira tak terdengar jelas di
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

20. Tak Akan Lepas

Bruk ....“Aaaa, Tuan!”Lavira terpekik cukup kuat saat dengan tiba-tiba Avram mendorong tubuhnya ke atas ranjang. Saat ini Avram sudah mengungkung tubuh Lavira di bawah tubuh kekarnya. Avram menatap mata polos Lavira dengan sepasang mata tajamnya.Pandangan Lavira sekarang jatuh pada otot kekar Avram. Pria itu sedang menggunakan baju kaos over size. Sehingga ketikta Avram menunduk, bagian dalam tubuh Avram terekspos dari dada bidannya. Lavira bak orang bodoh saat ini, wajahnya memucat menatap ragu wajah tampan Avram.“Ma-maaf, Tuan. Ada apa? A-apa saya salah bicara?” tanya Lavira kaku dan gugup.“Kau salah,” jawab Avram datar dan singkat.Lavira terdiam dan terpaku di tempatnya tak berani bersuara. Dia menatap Avram dengan wajah ragu. Polosnya kedua mata Lavira yang berkedip pelan malah semakin membuat Avram merasa frsutasi.“I-iya, saya salah. Jadi mohon maafkan saya, saya siap diberi hukuman, Tuan,” tutur Lavira ragu.“Yah, kau memang harus diberi hukuman,” desis Avram penuh makna.
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more
PREV
123456
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status