Itu bagaikan suara petir di telingaku. Meli mengucapkannya dengan terbata dan ragu.Kulepaskan tanganku dari genggamam Meli, lalu memeluknya. âKalau benar yang kau katakan, harusnya sejak dulu kau tahan Dian agar tetap di sisimu, hingga ia tak punya kesempatan untuk bertemu lagi denganku,â ucapku. âSekarang, aku sudah menyebar undangan pada semua rekan, dan akad nikah kami tinggal beberapa hari lagi. Kenapa kau baru bercerita?â tanyaku setenang mungkin seraya melepas pelukan.Seumur hidup, baru kali ini aku memeluk Meli. Rasanya, seperti menemukan ârumahkuâ setelah kepergian Ibu. Tapi, sayang, sebentar lagi Meli akan pergi.âKarena, begitu banyak ketakutan dalam dadaku. Kau tahu, kan, berkata jujur tak mudah? Terlebih hal yang kukatakan akan membuatmu terluka,â jawab Meli, matanya berkaca-kaca. âTapi, kenapa kau begitu tenang, Fai? Tidakkah kau terkejut atau sedih mendengarnya? Calon suamimu pernah âbersetubuhâ denganku.âAku mengusap air mata yang mulai menetes di pipinya. Bedaknya t
Terakhir Diperbarui : 2023-01-10 Baca selengkapnya