All Chapters of Mendadak jadi Suami Youtuber: Chapter 41 - Chapter 50

52 Chapters

Belajar Mengubur Rasa

Setelah menjelaskan sebentar ke Meta, Duta langsung meluncur ke alamat rumah sakit yang di-share Devi. Matahari belum bangun, jalanan masih lengang. Kurang dari 20 menit Duta sudah tiba di sana. Dia langsung menelepon Devi untuk menanyakan posisi.Duta membuka pintu kamar perawatan Rindu pelan-pelan. Devi langsung menoleh saat menyadari ada yang datang. Duta mendekat sambil mengamati Rindu yang terbaring dengan cairan infus yang masuk ke tubuhnya perlahan-lahan. Matanya tertutup rapat."Gimana keadaanya?" tanya Duta senada bisikan.Alih-alih menjawab, Devi malah menarik Duta keluar ruangan."Kata dokter, daya tahan tubuhnya menurun karena kekurangan nutrisi," terang Devi setibanya di luar. Dia mendesah pelan sambil memijat keningnya. "Dietnya emang keterlaluan, sih. Dia makan nasi cuma satu kali sehari, itu pun cuma satu centong.""Emang kenapa harus diet sampai segitunya segala?"Demi kamu lah! Devi hampir berkata begitu. Namun, kalimat itu agaknya kurang tepat untuk saat ini. Akhirn
Read more

Pembunuhan

Duta tidak tahu pasti sejak kapan dia harus memilih antara Rindu dan Tiwi. Rindu jelas hanya istri kontraknya. Ikatan di antara mereka tidak didasari perasaan apa pun. Bahkan, keduanya sepakat untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Sementara Tiwi, hanya seseorang yang pernah melewatkan sebuah kesempatan, dan kini seolah berusaha membuka kesempatan lain lagi. Harusnya mereka tidak di posisi yang memberatkan Duta untuk memilih. Namun, nyatanya Duta terjebak secara misterius di antara keduanya.Hingga pada akhirnya, Duta memilih beranjak dari keduanya. Ini terasa lebih adil. Dari rumah sakit tempat Rindu dirawat, Duta melajukan vespanya ke arah mantan kosannya. Sebelumnya dia sudah menghubungi Meta, menyampaikan bahwa dia tidak bisa datang karena ada urusan mendadak. Meta memaklumi. Lagian katanya, dia sudah berhasil menghubungi keluarga Tiwi. Mereka langsung memesan tiket penerbangan pagi. Duta lega mendengarnya. Bagaimana pun, dukungan terbaik adalah dari keluarga inti.Ja
Read more

Penawar Sekaligus Pemberi Luka

Duta larut dalam lamunan. Andai hidup punya tombol pause, dia teramat ingin menggunakannya saat ini. Biarkan dunia jalan tanpa dirinya dulu. Dia butuh hening paling hening untuk mengurai kekusutan di kepalanya.Dosa apa yang telah dia perbuat selama ini hingga harus mencicipi aroma tahanan yang pengap ini? Dia memang tidak salah, tapi ini jelas cara Tuhan menegurnya. Barangkali dia sudah terlalu jauh melenceng dari hal entah. Sejujurnya sejak tiba di tahanan ini beberapa jam yang lalu, Duta langsung kepikiran satu hal, tentang kebohongannya selama ini kepada Ibu. Hingga detik ini, Ibu masih mengira dia kerja kantoran seperti pengakuannya. Meski tujuannya agar Ibu tidak perlu mencemaskan apa-apa, tapi yang namanya bohong tetap saja salah. Terlebih terhadap orangtua.Semoga malasah ini cepat selesai. Duta akan pulang ke Makassar dan jujur sepenuhnya."Saudara Duta, ada tamu untuk Anda."Suara itu mengangkat Duta dari lamunan. Dia menoleh. Melihat Pak Polisi itu sedang membuka pintu taha
Read more

Keputusan Besar

Duta sama sekali tidak mengira akan berhadapan dengan Rindu di ruang besuk ini. Pertama, istri kontraknya itu sedang sakit. Kedua, bagaimana terakhir mereka berselisih. Mengingat marahnya kemarin, serta sorot kekecewaan di matanya, rasa-rasanya pemakluman, maaf, atau apa pun itu tidak akan turun secepat ini.Namun, kini mereka sedang berbagi udara di ruang yang sama. Hal ini membuat Duta teringat dengan perkataan Devi; "Rindu cinta sama kamu.". Benarkah cinta yang membawanya ke sini?Dalam tundukannya yang kian senyap, Rindu seolah sedang menyembunyikan sesuatu, atau berusaha merangkai kalimat yang bisa meleburkan kekakuan di antara mereka. Andai Devi ikut masuk, mungkin suasananya akan beda. Namun, temannya itu malah memilih menunggu di luar. Katanya, untuk saat ini berdua lebih baik daripada bertiga.Di tengah laju waktu yang terus bergulir, Duta setia menelisik setiap pergerakan Rindu, sekecil apa pun itu. Sama, dia juga tengah berjuang menemukan sesuatu untuk membuka suara lebih d
Read more

Apa yang Membuatnya Pergi?

Video pamit Rindu seketika booming. View-nya mencapai 10 juta dalam waktu kurang dari 24 jam. Kolom komentar dibanjiri emoticon menangis. Semuanya tidak rela kehilangan Rindu. Sebagian berkomentar lebih bijak, mendukung apa pun keputusan Rindu dan mendoakan semoga sukses di rencana selanjutnya.Pagi-pagi Devi sudah heboh. Dengan tampang tercengang-cengang dia menujukkan hastag #RinduJanganPergi yang langsung trending satu di Twitter. Ribuan akun memosting potongan video terakhir Rindu dan membubuhkan caption berupa pendapat masing-masing. Akun-akun gosip di Instagram juga berlomba-lomba membagikan kabar mengejutkan ini.Kotak masuk Rindu di semua sosial media tak kalah penuh. Semua orang seolah dibikin penasaran, kenapa Rindu tiba-tiba ingin menghapus channel-nya."Gila, gila!" Devi berdecak sambil terus men-scroll berita tentang Rindu. "Seheboh ini, loh. Kamu yakin bakal ninggalin mereka?"Rindu yang sedang menikmati roti panggang, atau lebih tepatnya hanya menusuk-nusuknya dengan pi
Read more

Rasa Bersalah yang Teramat Asing

Setelah tahu Rindu pergi, Duta merasa tidak pantas lagi pulang ke rumah ini. Namun, dia tidak mungkin menyuruh ayah mertuanya mengantarnya ke tempat lain. Tanpa Rindu, rumah ini tak lebih dari sekadar ruang-ruang beku yang seketika membuat Duta sadar akan satu hal. Di awal-awal mereka kenal, Rindu pernah cerita tentang hidupnya yang lumayan timpang dengan apa yang orang-orang lihat di channel YouTube-nya. Dan hari ini, Duta bisa merasakan salah satu ketimpangan itu, sudut-sudut sepi yang sejatinya tak pernah terjamah.Selama ini Rindu berusaha menghibur orang-orang dengan pembawaan ceria yang khas, meski di fase-fase tertentu dia adalah sosok yang paling kesepian. Duta mengutuk dirinya dalam hati. Bahkan di posisi ini, dia tidak bisa membuat kondisi cewek itu lebih baik, malah memperburuk. Harusnya, sebagai suami—meskipun cuma sementara—dia bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk berbagi cerita dengan Rindu."Loh, Ta?"Sapaan itu memutus pandangan Duta dari sofa tunggal di ruang teng
Read more

Benarkah Rasa Itu Mulai Tumbuh?

Makan malam dengan anggota KKN yang lengkap berlangsung cukup hangat. Mereka sengaja memilih restoran pinggir kota yang tidak terlalu ramai, tapi dari segi kualitas makanan tetap juara."Sekali lagi makasih, ya, Bams," ujar Duta di sela-sela makan. "Berkat video kamu, prosesku dipermudah."Bams berhenti mengunyah dan tersenyum ke arah Duta. "Sama-sama, Bang.""Aku doain semoga kamu bisa jadi youtuber yang sukses. Soalnya, belum jadi aja videomu udah sangat bermanfaat.""Amin. Makasih, Bang."Yang lain menyimak obrolan itu sambil tetap makan. Sesekali tawa ringan akan meningkahi denting sendok yang bersahutan."Oh ya, Bang, kenapa Kak Rindu tiba-tiba menghapus channel-nya?" Sebenarnya dari tadi sore Bams ingin menanyakan hal ini, tapi kelupaan. "Apa nggak sayang, tuh? Kan, nggak gampang ngumpulin subscribers sebanyak itu."Duta bingung harus jawab apa. Karena pertanyaan serupa pun sedang mendekam di benaknya. Dan sepertinya Bams dan yang lain belum tahu soal kepergian Rindu. Duta menah
Read more

Aroma Tanah kelahiran

Penerbangan Jakarta-Makassar memakan waktu sekitar dua jam. Duta mendapatkan kursi di dekat jendela. Dia menatap kerumunan awan dari atas larut-larut, sambil mengenang kembali awal cerita perantauannya hingga takdirnya terpaut dengan Rindu dengan cara yang tidak biasa. Dia berusaha melapangkan dada, meski beberapa hal berjalan tidak sesuai rencana.Ternyata ibu kota jauh lebih keras dari bayangannya selama ini.Bahkan setelah setengah perjalanan, Duta masih belum paham motif kepulangannya kali ini. Pelarian? Penebusan? Penyembuhan? Atau apa? Namun, yang pasti Duta harus lekas menyusun rencana kalau memang berniat menetap kali ini. Dia tidak ingin pulang hanya untuk menyusahkan Ibu. Untuk urusan di Jakarta dia anggap semuanya sudah beres, setidaknya untuk sementara. Kepada ayah mertuanya, Duta pamit pulang ke Makassar sampai Rindu kembali dari Korea. Dan entah kenapa Duta yakin ini akan menjadi jeda yang lama di hubungan tidak jelas mereka, atau malah akhir sekalian. Karena, sama seper
Read more

Annyeong Haseyo?

Busan, Korea SelatanDua bulan kemudian ....Mungkin bagi orang-orang di luar sana, Rindu sesantai itu melepas channel-nya. Karena sama sekali tidak ada klarifikasi lanjutan, atau minimal merespons pertanyaan penggemar yang menumpuk di inbox-nya. Namun siapa sangka, dia pernah menangis semalaman diam-diam. Bukan karena menyesal, tapi dia benar-benar kayak merasa kehilangan separuh nyawanya.Keputusan menghapus channel Rindu anggap sebagai langkah pergi pertama. Dan benar, itu belum cukup. Ternyata dia butuh langkah lainnya yang benar-benar membawanya pergi jauh. Maka, seketika saja pikiran untuk ke Korea terlintas. Karena dia memang pernah berjanji untuk mengunjungi Mama suatu hari nanti.Saidah sangat terpukul ketika Rindu menceritakan semuanya. Dia merasa gagal menjadi ibu. Bahkan, pernikahan Rindu yang ternyata berjangka itu, juga pelariannya ke sini, dia anggap turunan darinya, yang juga gagal di pernikahan pertama. Namun, Rindu berusaha menyakinkan bahwa ini murni kesalahannya pr
Read more

Aku Ingin Menua Bersamamu

"Kok malah bengong?" Duta mencoba untuk nyengir, meski tarikan sudut bibirnya sungguh sangat kaku. "Padahal aku udah berharap kamu akan membalas pakai bahasa Korea juga, biar nggak sia-sia aku hafalinnya.""Apa menurutmu sekarang waktu yang pas untuk bercanda?"Irama luka di kalimat Rindu seketika memadamkan senyum Duta. Kalimat-kalimat yang sudah dipersiapkannya raib entah ke mana. Dari tempatnya berdiri, Duta bisa melihat sepasang manik perempuan di hadapannya—yang semoga masih bisa disebut istrinya—pelan-pelan dihiasi genangan tipis."Kenapa kamu tiba-tiba muncul?"Duta tidak yakin itu jenis pertanyaan yang benar-benar perlu dijawab."Kamu pikir semudah itu aku ke sini?" Rindu menunduk, menatap ujung sepatunya. Dan tanpa sadar, setetes bening jatuh dari sudut matanya. "Aku menerjang banyak hal sendirian. Cuma aku yang paham sakitnya. Aku kalah di tengah pertarungan rasa yang kuciptakan sendiri. Aku benci kenapa tidak bisa baik-baik saja di tempat yang ada kamunya. Dan sekarang, saa
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status