Home / Rumah Tangga / Aku Masih Hidup, Mas / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Aku Masih Hidup, Mas: Chapter 11 - Chapter 20

64 Chapters

Bab 11 : Perasaan Tersembunyi Fatih

"Aku turut prihatin dengan apa yang menimpanya, Fat." Fatih menoleh, tersenyum pedih saat Kelly menepuk pelan punggungnya. Ia mengalihkan pandangan pada Alya yang masih terbaring dengan perban di berbagai sisi tubuhnya. Proses pemindahan Alya di rumah sakit Mount Elizabeth cukup rumit. Untung saja Kelly telah mempersiapkan ruangan untuk wanita itu sebelumnya, jadi Fatih sedikit tenang. Ia kini duduk di salah satu sofa, Kelly mengikuti dan duduk di sampingnya. "Dia tak seharusnya mengalami hal ini, Kelly." "Ya, Alya terlalu baik untuk mendapatkan ujian semacam ini." "Aku menyesal membiarkannya menikah dengan Irfan." "Maksudmu?" "Apa aku belum mengatakannya? Alya kecelakaan setelah memergoki Irfan berselingkuh." "Astaga!" Kelly menutup mulutnya dengan dua tangan. "Terakhir kali sebelum kecelakaan ia menelponku dan memberitahu kalau ia baru saja memergoki Irfan berselingkuh." "Dengan siapa?" "Alya tak memberitahu, karena setelahnya sambungan itu terputus. Tapi aku yakin kalau
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 12 : Operasi Plastik

"Alya!" seru Kelly riang begitu masuk ke dalam ruangan. Gadis itu baru saja pergi dari ruangan setelah menyelesaikan pekerjaannya setelah mendengar kabar kalau Alya telah sadar dari koma. Alya menoleh, lantas tersenyum dengan lebar. Gadis berambut pirang dengan jas putih khas dokternya itu berjalan cepat dengan merentangkan tangan hendak memeluk Alya. Namun, Fatih yang tengah mengeluarkan kotak makanan dengan sigap menghadang gadis itu. "Oi! Tunggu! Jangan asal main peluk aja!" tukas Fatih gusar. Hampir saja, sedikit lagi mungkin Kelly akan memeluk Alya dengan erat. "Kenapa, Fat? Aku rindu, udah lama gak ketemu loh." "Luka Alya masih basah, kalau ditekan terlalu kuat bisa sakit. Aku tahu kamu rindu, tapi cuma mau memperingati soalnya kamu suka lupa, Kelly." "Oh, iya." Kelly menatap tubuh Alya yang terbalut perban di lengan dan wajahnya itu. "Aku hampir lupa." Ia menepuk dahi pelan. Padahal ia selalu mewanti-wanti Fatih selama ini. Tapi ia sendiri yang melanggar, kerinduan akan s
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 13 : Setelah Operasi

Proses penyembuhan dan jadwal operasi Alya memakan waktu yang cukup lama. Untungnya, Fatih yang berpamitan pada orang tuanya mengatakan alasan yang cukup jelas. Melanjutkan pendudikan S2 nya di Singapura hingga Papa dan Mamanya tak pernah bertanya lebih lanjut karena ia tak kunjung pulang beberapa bulan sejak tiba di sana. Selain menemani Alya ia juga melanjutkan pendidikan, untuk itu ia memilih Singapura karena ada Kelly yang bisa membantunya menjaga Alya. Pada hari di mana Alya menjalani operasi sayangnya ia tidak bisa pergi mengantar karena harus menemui salah satu dosen penting. Membuatnya sedikit merasa bersalah walau Alya terus mengatakan ia baik-baik saja. Maka, sesaat setelah Fatih selesai melakukan urursannya, ia segera menuju rumah sakit untuk menemui Alya. Wanita itu telah dipindahkan ke ruangan inap untuk pemulihan setelah operasi plastiknya selesai dilakukan. Fatih belum bisa masuk, setidaknya sampai Kelly yang berada di dalam ruangan keluar dan selesai memasang infus
last updateLast Updated : 2022-12-11
Read more

Bab 14 : Stabilitas Perusahaan Yang Kacau

3 tahun kemudian. Refan beberapa kali memijit pangkal hidungnya guna menghalau rasa pusing yang luar biasa ia rasakan kali ini. Beberapa tahun sejak ia dipercaya menjadi tangan kanan Brata dan mengurus perusahaan baru kali ini ia melihat laporan keuangan perusahaan yang begitu kacau. Belum lagi masalah pekerjaan pegawai yang tidak kompeten dan persaingan prosuk dengan perusahaan lain yang mengalami hal sama. Masalah di mana-mana dan ia harus membereskannya sendirian. Entah di mana Irfan berada saat ini sementara perusahaan dalam posisi begitu genting. Bahkan dihubungi juga sangat sulit. Tok! Tok! Tok! "Masuk!" ucap Refan sembari melempar berkas di tangannya ke atas meja. Ia melepas kacamata, dan menyandarkan punggungnya pada kursi. Ririn, manager divisi pelayanan konsumen masuk dengan wajah kusut. Wanita dengan rambut disanggul itu melangkah dengan kaki menghentak seraya menyodorkan berkas di tangannya pada Refan. "Apa lagi ini?" tanya Refan lirih, ia mengambil berkas itu. Mem
last updateLast Updated : 2022-12-12
Read more

Bab 15 : Kesal

"Anda dari mana saja Pak Irfan?" tanya Refan dengan wajah kusut. Sedari tadi ia menunggu di ruangan kerja Irfan hingga sampai jam sembilan malam lelaki itu baru datang ke kantor. Entah ke mana perginya membuat pusing kepala. Lelaki itu dengan tidak berdosa malah melenggang santai dengan beberapa paper bag brand-brand ternama di tangan. Refan melirik itu sekilas dari balik kacamatanya sembari menahan geram. "Aku belanja, memangnya ada apa? Kenapa wajahmu kusut begitu?" "Anda bahkan tidak memeriksa ponsel anda?" "Aku punya dua ponsel. Khusus kerja dan pribadi. Ponsel kerjaku kutinggal di sini agar aku tidak terganggu. Aku sedang refreshing, Fan. Istirahat dari pekerjaanku yang melelahkan." "Bahkan pekerjaanmu tidak terlihat selama beberapa tahun di perusahaan ini. Malah membuatnya semakin hancur dan menurun," tukas Refan dalam hati sembari membenarkan letak kacamatanya. "Memangnya kenapa? Ada sesuatu yang genting? Masalah di perusahaan? Baru kutinggal sebentar sudah terjadi sesuatu
last updateLast Updated : 2022-12-13
Read more

Bab 16 : Elena

"Semenjak anda yang menjabat sebagai pengganti Pak Brata stabilitas perusahaan kita menjadi kacau Pak Irfan. Bagaimana menangani ini? Kerugian sudah cukup banyak!" Irfan tersentak dibentak begitu. Tak disangka, Bram, lelaki tua yang merupakan petinggi dan pemilik saham terbesar kedua itu marah besar padanya. Ia pikir, sebagai pemimpin di perusahaan ini tak akan ada yang berani membentaknya seperti ini. Diliriknya Refan yang menggeleng tegas saat ia baru saja akan membuka suara. Teringatnya pesan lelaki itu sesaat sebelum masuk ke dalam ruang rapat tadi. "Di sini anda yang salah Pak. Jadi, jangan coba-coba membantah dan membela diri. Silahkan minta maaf dan akui saja kesalahan anda." Sialan! Irfan memaki dalam hati, tangannya terkepal erat karena ia juga tak tahu harus berbuat apa. Refan yang seharusnya ada dipihaknya juga tak membantunya sama sekali. Cenderung menyudutkannya. "Pak Irfan, kalau begini saya juga kecewa. Anda juga memutuskan sesuatu secara sepihak tanpa persetujuan
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

Bab 17 : Dua Dalam Satu

Bandara Soekarno Hatta Refan menunggu dengan tidak sabar. Setelah mendapat pesan di ponselnya dari Fatih. Ia langsung melesat pergi menuju Bandara tempat di mana Fatih dan Nonanya akan segera tiba. Tentu saja ia tak memakai baju kerjanya. Ia memakai baju biasa dan topi sebagai pelindung wajah agar tak diketahui orang-orang. Beberapa menit berlalu, muncul seseorang yang sangat ia kenali. Fatih, lelaki itu masih sama saat terakhir kali mereka bertemu padahal sudah dua tahun berlalu. "Refan!" panggil Fatih setelah mendekat, memeluk laki-laki itu dengan erat. "Apa kabarmu?" "Sesuai yang saya katakan di pesan yang saya kirimkan pada anda Dok. Keberadaan saya di samping Irfan sedikit banyak membuat saya pusing, ia banyak membuat masalah." Fatih terkekeh, menepuk pundaknya pelan. Setelahnya ia menyingkir menampakkan seorang wanita dengan tinggi setelinga Fatih yang berdiri di belakang. "Tenang, sekarang penyelamatmu sudah datang," tukas Fatih dengan gerakan kepalanya menunjuk wanita i
last updateLast Updated : 2022-12-15
Read more

Bab 18 : Hanya Sahabat

"Mas, kenapa Pak Dwi ditarik lagi ke perusahaan? Bukankah Mas memecatnya dan menjanjikan jabatan itu untukku?" tanya Ratih tak suka saat malam ini keduanya bertemu di sebuah restoran yang cukup jauh dari perusahaan. "Kamu tahu kalau beberapa hari ini petinggi dan para pemegang saham di perusahaan protes padaku dalam rapat?" Ratih mengernyit, ia memang tidak tahu urusan perusahaan beberapa hari lalu karena sedang cuti. "Itu semua karena usulmu yang sok pandai memintaku mengganti bahan pokok dengan merk lain. Hal itu membuat kerugian dan menurunkan performa perusahaan." "Loh, kenapa aku yang disalahin? Mas juga andil dalam hal itu loh. Aku juga cuma usul memecat Pak Dwi saja. Dan soal itu kalau Mas mau berpikir itu merugikan kenapa tidak tolak saja usulku," sungut Ratih kesal ia membanting sendok dan garpu yang digunakannya. "Oke jangan marah, itu juga salahku sayang. Lagipula sejak kemarahan para petinggi itu aku tak bisa berbuat apa-apa. Kau tahu, mereka mengancam untuk menarik s
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

Bab 19 : Pesona Elena

Alya bergerak, meliukkan tangan dan tubuhnya sesuai arahan sang fotographer. Di tangannya terdapat produk dari perusahaan Brata yang harus ia promosikan. "Oke Elena, lihat ke kiri! Angkat dagumu!" "Senyum!" "Selesai!" Alya tersenyum, menganggukkan kepala pada sang potographer dan stylistnya. Lantas beranjak pergi dari studio karena ini waktunya istirahat makan siang. Sudah hampir seminggu ia telah menjalani pemotretan. "Anda pasti lelah Nona," ucap Refan yang sedari tadi menunggui Alya di depan studio. Ia menyodorkan sebotol air mineral dan keduanya duduk berdampingan di salah satu kursi. "Mau tidak mau, Fan. Ini salah satu cara untuk mendekati brankas yang kau katakan itu." Refan mengangguk. "Semua yang Irfan sembunyikan kemungkinan ada di sana Nona. Termasuk bukti-bukti kecelakaan Nona yang bisa membuatnya dijatuhi hukuman. Sayangnya beberapa kali saya mencoba membuka brankas itu, saya tetap tak bisa menemukan kodenya." "Tentu saja, jika itu benar-benar penting. Dia akan mer
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more

Bab 20 : Rencana Terselubung

Dari balik ruangan, Fatih menatap wanita paruh baya yang tengah tertidur di samping ranjang suaminya itu dengan lekat. Setelahnya ia menghela nafas dengan tangan terulur membuka pintu. Suara yang timbul membuat wanita paruh baya itu terbangun seketika. Wajahnya sumringah saat melihat Fatih mendekat. Seolah tak melihat laki-laki itu dalam waktu yang cukup lama. Sri, Mama Alya. Wanita yang sudah menganggap Fatih sebagai anaknya sendiri. "Fatih ... sudah lama tidak bertemu, kamu apa kabar? Selama menempuh pendidikan di Singapura tidak pernah menelpon Tante." Sri bangkit dari duduknya, menghampiri Fatih dengan mata berbinar. Menggenggam kedua tangan lelaki itu erat. Fatih menuntunnya kembali duduk. "Fatih sehat Tante, maaf tidak mengabari Tante bahkan menelpon, Fatih cukup sibuk di sana. Jadi tidak ada waktu." Fatih tersenyum pedih, melihat tulang pipi sang Tante yang sudah ia anggap sebagai Mama itu tampak menonjol. Di Singapura, beberapa kali ia memang berusaha untuk menghubungi T
last updateLast Updated : 2022-12-18
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status