Beranda / Pernikahan / Aku Masih Hidup, Mas / Bab 11 : Perasaan Tersembunyi Fatih

Share

Bab 11 : Perasaan Tersembunyi Fatih

Penulis: Diyah Islami
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-09 20:26:25
"Aku turut prihatin dengan apa yang menimpanya, Fat."

Fatih menoleh, tersenyum pedih saat Kelly menepuk pelan punggungnya. Ia mengalihkan pandangan pada Alya yang masih terbaring dengan perban di berbagai sisi tubuhnya.

Proses pemindahan Alya di rumah sakit Mount Elizabeth cukup rumit. Untung saja Kelly telah mempersiapkan ruangan untuk wanita itu sebelumnya, jadi Fatih sedikit tenang.

Ia kini duduk di salah satu sofa, Kelly mengikuti dan duduk di sampingnya.

"Dia tak seharusnya mengalami hal ini, Kelly."

"Ya, Alya terlalu baik untuk mendapatkan ujian semacam ini."

"Aku menyesal membiarkannya menikah dengan Irfan."

"Maksudmu?"

"Apa aku belum mengatakannya? Alya kecelakaan setelah memergoki Irfan berselingkuh."

"Astaga!" Kelly menutup mulutnya dengan dua tangan.

"Terakhir kali sebelum kecelakaan ia menelponku dan memberitahu kalau ia baru saja memergoki Irfan berselingkuh."

"Dengan siapa?"

"Alya tak memberitahu, karena setelahnya sambungan itu terputus. Tapi aku yakin kalau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 12 : Operasi Plastik

    "Alya!" seru Kelly riang begitu masuk ke dalam ruangan. Gadis itu baru saja pergi dari ruangan setelah menyelesaikan pekerjaannya setelah mendengar kabar kalau Alya telah sadar dari koma. Alya menoleh, lantas tersenyum dengan lebar. Gadis berambut pirang dengan jas putih khas dokternya itu berjalan cepat dengan merentangkan tangan hendak memeluk Alya. Namun, Fatih yang tengah mengeluarkan kotak makanan dengan sigap menghadang gadis itu. "Oi! Tunggu! Jangan asal main peluk aja!" tukas Fatih gusar. Hampir saja, sedikit lagi mungkin Kelly akan memeluk Alya dengan erat. "Kenapa, Fat? Aku rindu, udah lama gak ketemu loh." "Luka Alya masih basah, kalau ditekan terlalu kuat bisa sakit. Aku tahu kamu rindu, tapi cuma mau memperingati soalnya kamu suka lupa, Kelly." "Oh, iya." Kelly menatap tubuh Alya yang terbalut perban di lengan dan wajahnya itu. "Aku hampir lupa." Ia menepuk dahi pelan. Padahal ia selalu mewanti-wanti Fatih selama ini. Tapi ia sendiri yang melanggar, kerinduan akan s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 13 : Setelah Operasi

    Proses penyembuhan dan jadwal operasi Alya memakan waktu yang cukup lama. Untungnya, Fatih yang berpamitan pada orang tuanya mengatakan alasan yang cukup jelas. Melanjutkan pendudikan S2 nya di Singapura hingga Papa dan Mamanya tak pernah bertanya lebih lanjut karena ia tak kunjung pulang beberapa bulan sejak tiba di sana. Selain menemani Alya ia juga melanjutkan pendidikan, untuk itu ia memilih Singapura karena ada Kelly yang bisa membantunya menjaga Alya. Pada hari di mana Alya menjalani operasi sayangnya ia tidak bisa pergi mengantar karena harus menemui salah satu dosen penting. Membuatnya sedikit merasa bersalah walau Alya terus mengatakan ia baik-baik saja. Maka, sesaat setelah Fatih selesai melakukan urursannya, ia segera menuju rumah sakit untuk menemui Alya. Wanita itu telah dipindahkan ke ruangan inap untuk pemulihan setelah operasi plastiknya selesai dilakukan. Fatih belum bisa masuk, setidaknya sampai Kelly yang berada di dalam ruangan keluar dan selesai memasang infus

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-11
  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 14 : Stabilitas Perusahaan Yang Kacau

    3 tahun kemudian. Refan beberapa kali memijit pangkal hidungnya guna menghalau rasa pusing yang luar biasa ia rasakan kali ini. Beberapa tahun sejak ia dipercaya menjadi tangan kanan Brata dan mengurus perusahaan baru kali ini ia melihat laporan keuangan perusahaan yang begitu kacau. Belum lagi masalah pekerjaan pegawai yang tidak kompeten dan persaingan prosuk dengan perusahaan lain yang mengalami hal sama. Masalah di mana-mana dan ia harus membereskannya sendirian. Entah di mana Irfan berada saat ini sementara perusahaan dalam posisi begitu genting. Bahkan dihubungi juga sangat sulit. Tok! Tok! Tok! "Masuk!" ucap Refan sembari melempar berkas di tangannya ke atas meja. Ia melepas kacamata, dan menyandarkan punggungnya pada kursi. Ririn, manager divisi pelayanan konsumen masuk dengan wajah kusut. Wanita dengan rambut disanggul itu melangkah dengan kaki menghentak seraya menyodorkan berkas di tangannya pada Refan. "Apa lagi ini?" tanya Refan lirih, ia mengambil berkas itu. Mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 15 : Kesal

    "Anda dari mana saja Pak Irfan?" tanya Refan dengan wajah kusut. Sedari tadi ia menunggu di ruangan kerja Irfan hingga sampai jam sembilan malam lelaki itu baru datang ke kantor. Entah ke mana perginya membuat pusing kepala. Lelaki itu dengan tidak berdosa malah melenggang santai dengan beberapa paper bag brand-brand ternama di tangan. Refan melirik itu sekilas dari balik kacamatanya sembari menahan geram. "Aku belanja, memangnya ada apa? Kenapa wajahmu kusut begitu?" "Anda bahkan tidak memeriksa ponsel anda?" "Aku punya dua ponsel. Khusus kerja dan pribadi. Ponsel kerjaku kutinggal di sini agar aku tidak terganggu. Aku sedang refreshing, Fan. Istirahat dari pekerjaanku yang melelahkan." "Bahkan pekerjaanmu tidak terlihat selama beberapa tahun di perusahaan ini. Malah membuatnya semakin hancur dan menurun," tukas Refan dalam hati sembari membenarkan letak kacamatanya. "Memangnya kenapa? Ada sesuatu yang genting? Masalah di perusahaan? Baru kutinggal sebentar sudah terjadi sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 16 : Elena

    "Semenjak anda yang menjabat sebagai pengganti Pak Brata stabilitas perusahaan kita menjadi kacau Pak Irfan. Bagaimana menangani ini? Kerugian sudah cukup banyak!" Irfan tersentak dibentak begitu. Tak disangka, Bram, lelaki tua yang merupakan petinggi dan pemilik saham terbesar kedua itu marah besar padanya. Ia pikir, sebagai pemimpin di perusahaan ini tak akan ada yang berani membentaknya seperti ini. Diliriknya Refan yang menggeleng tegas saat ia baru saja akan membuka suara. Teringatnya pesan lelaki itu sesaat sebelum masuk ke dalam ruang rapat tadi. "Di sini anda yang salah Pak. Jadi, jangan coba-coba membantah dan membela diri. Silahkan minta maaf dan akui saja kesalahan anda." Sialan! Irfan memaki dalam hati, tangannya terkepal erat karena ia juga tak tahu harus berbuat apa. Refan yang seharusnya ada dipihaknya juga tak membantunya sama sekali. Cenderung menyudutkannya. "Pak Irfan, kalau begini saya juga kecewa. Anda juga memutuskan sesuatu secara sepihak tanpa persetujuan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 17 : Dua Dalam Satu

    Bandara Soekarno Hatta Refan menunggu dengan tidak sabar. Setelah mendapat pesan di ponselnya dari Fatih. Ia langsung melesat pergi menuju Bandara tempat di mana Fatih dan Nonanya akan segera tiba. Tentu saja ia tak memakai baju kerjanya. Ia memakai baju biasa dan topi sebagai pelindung wajah agar tak diketahui orang-orang. Beberapa menit berlalu, muncul seseorang yang sangat ia kenali. Fatih, lelaki itu masih sama saat terakhir kali mereka bertemu padahal sudah dua tahun berlalu. "Refan!" panggil Fatih setelah mendekat, memeluk laki-laki itu dengan erat. "Apa kabarmu?" "Sesuai yang saya katakan di pesan yang saya kirimkan pada anda Dok. Keberadaan saya di samping Irfan sedikit banyak membuat saya pusing, ia banyak membuat masalah." Fatih terkekeh, menepuk pundaknya pelan. Setelahnya ia menyingkir menampakkan seorang wanita dengan tinggi setelinga Fatih yang berdiri di belakang. "Tenang, sekarang penyelamatmu sudah datang," tukas Fatih dengan gerakan kepalanya menunjuk wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 18 : Hanya Sahabat

    "Mas, kenapa Pak Dwi ditarik lagi ke perusahaan? Bukankah Mas memecatnya dan menjanjikan jabatan itu untukku?" tanya Ratih tak suka saat malam ini keduanya bertemu di sebuah restoran yang cukup jauh dari perusahaan. "Kamu tahu kalau beberapa hari ini petinggi dan para pemegang saham di perusahaan protes padaku dalam rapat?" Ratih mengernyit, ia memang tidak tahu urusan perusahaan beberapa hari lalu karena sedang cuti. "Itu semua karena usulmu yang sok pandai memintaku mengganti bahan pokok dengan merk lain. Hal itu membuat kerugian dan menurunkan performa perusahaan." "Loh, kenapa aku yang disalahin? Mas juga andil dalam hal itu loh. Aku juga cuma usul memecat Pak Dwi saja. Dan soal itu kalau Mas mau berpikir itu merugikan kenapa tidak tolak saja usulku," sungut Ratih kesal ia membanting sendok dan garpu yang digunakannya. "Oke jangan marah, itu juga salahku sayang. Lagipula sejak kemarahan para petinggi itu aku tak bisa berbuat apa-apa. Kau tahu, mereka mengancam untuk menarik s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 19 : Pesona Elena

    Alya bergerak, meliukkan tangan dan tubuhnya sesuai arahan sang fotographer. Di tangannya terdapat produk dari perusahaan Brata yang harus ia promosikan. "Oke Elena, lihat ke kiri! Angkat dagumu!" "Senyum!" "Selesai!" Alya tersenyum, menganggukkan kepala pada sang potographer dan stylistnya. Lantas beranjak pergi dari studio karena ini waktunya istirahat makan siang. Sudah hampir seminggu ia telah menjalani pemotretan. "Anda pasti lelah Nona," ucap Refan yang sedari tadi menunggui Alya di depan studio. Ia menyodorkan sebotol air mineral dan keduanya duduk berdampingan di salah satu kursi. "Mau tidak mau, Fan. Ini salah satu cara untuk mendekati brankas yang kau katakan itu." Refan mengangguk. "Semua yang Irfan sembunyikan kemungkinan ada di sana Nona. Termasuk bukti-bukti kecelakaan Nona yang bisa membuatnya dijatuhi hukuman. Sayangnya beberapa kali saya mencoba membuka brankas itu, saya tetap tak bisa menemukan kodenya." "Tentu saja, jika itu benar-benar penting. Dia akan mer

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17

Bab terbaru

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 64 : Will You Marry Me?

    "A--apa ini Fat?" tukas Alya dengan terbata."Kejutan, untukmu."Alya berbinar, perasaan bahagianya memuncak. Ia menatap Fatih lekat, lantas memeluk laki-laki itu dengan erat."Jadi ini rahasia yang kau katakan padaku?""Hm ....""Karena itu kau ngotot ingin mengajakku kemari dan membujukku yang sedang marah?""Menurutmu?""Kapan kau menyiapkan semua ini?" tanya Alya sembari melerai pelukannya dari Fatih. Tapi lelaki itu menahan pinggangnya membuat keduanya kini mengobrol sembari berpelukan."Sejak pagi, dan karena itu aku tak mau gagal untuk mengajakmu kemari. Jujur saat tadi pagi kau marah padaku, aku sempat bingung harus melakukan apa, Al.""Fat ... ini sangat menakjubkan ...." Alya mengerjap, air matanya perlahan jatuh, Fatih dengan cepat mengusap pipi Alya menggunakan punggung tangannya."Kalau begitu jangan menangis, air matamu membuatku terluka Alya," bisik Fatih lembut tepat di telinga Alya."Ini bukan tangis kesedihan, Fat. Ini tangis bahagia, aku sangat bahagia sampai bisa m

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 63 : Kejutan

    Meski Alya masih merasa sedikit marah, tapi ia terlanjur penasaran dengan hal rahasia yang Fatih ingin katakan padanya. Untuk itu, ia mulai berhias dan menanti kedatangan lelaki itu untuk menjemputnya malam ini."Halo, Ma," ucap Alya sembari tersenyum pada sang Mama yang melakukan panggilan video dari rumah sakit padanya.Kesibukan Alya untuk kembali membuat perusahaan maju membuatnya terkadang tak sempat untuk datang ke rumah sakit guna menjenguk Papa dan Mamanya. Tapi, setiap hari setelah pulang dari kantor ia pasti selalu menyempatkan diri untuk melakukan panggilan video."Rapi sekali, kamu mau ke mana?" tanya sang Mama dari sebrang telepon."Diajak pergi sama Fatih, Ma. Tapi dia gak bilang mau ke mana.""Dinner, ya?" Alya tak menjawab, ia tersenyum lebar sembari memasang anting-anting di telinga."Mungkin Ma, Fatih gak bilang mau ngapain, dia juga gak bilang mau ke tempat apa. Rahasia katanya.""Mau kasih kejutan buat kamu kayaknya. Dulu Papa kamu juga gitu sama Mama. Main rahasi

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 62 : Rahasia

    Seperti yang Alya harapkan. Setelah keluar dari rumah sakit ia mendapat kabar baik kalau Irfan telah mendapat tambahan masa tahanan setelah menyerangnya beberapa waktu lalu.Rasanya luka yang Alya dapatkan sebanding dengan ganjaran yang lelaki itu perbuat."Saya sudah melakukan sesuai yang Nona mau. Daftar keuangan perusahaan, kinerja karyawan selama Pak Irfan menjabat dan kondisi saham saat ini. Nona bisa memeriksanya lebih dahulu, kalau ada yang kurang saya akan bawakan kembali."Alya mengalihkan pandangannya dari ponsel yang menayangkan berita terkini. Ia menoleh pada berkas yang ia minta pada Refan lalu menatap lelaki berkacamata itu dengan senyum lebar."Terima kasih Refan, kau selalu bisa aku andalkan. Sekarang kembalilah ke ruang kerjamu, nikmati waktu santaimu sebentar agar kau tidak stress karena terus menerima perintah dariku."Tak masalah Nona itu memang pekerjaan saya.""Menurutlah kalau aku sudah memerintahkanmu untuk istirahat! Kau selalu begitu, rajin sekali. Aku yang t

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 61 : Hal Menarik

    Fatih terkesiap saat merasakan gerakan dari tangan Alya yang berada dalam genggamannya. Ia mendongak dan sesaat tersenyum saat melihat Alya sudah sadar."Fat," panggil Alya kemudian. Fatuh segera mendekat, mengelus rambut wanita itu."Aku di sini Al, ada apa?""Aku haus."Fatih bernafas lega, setidaknya hal yang dikatakan Alya tak mengkhawatirkannya. Ia segera mengambil air mineral kemasan dan mengarahkannya ke mulut Alya."Sudah?"Alya mengangguk. Fatih meletakkan air mineral itu di atas nakas, lantas beralih menatap Alya sembari menggenggam tangan wanita itu kembali."Bagaimana kondisimu?" tanya Fatih sembari menaikkan kepala ranjang Alya agar ia lebih mudah menatap wanita itu.Alya terkekeh. "Menurutmu?""Ya, tidak akan ada orang yang bilang kalau setelah dirinya mendapatkan satu tembakan ia akan merasa baik-baik saja. Kupikir kau juga sama Al.""Begitulah, seperti yang kau lihat. Rasanya lumayan sakit, tapi Fat, apa kau tahu, entah kenapa aku merasa puas setelah mendapatkan tembak

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 60 : Alya Tertembak

    Fatih keluar dari ruang operasi sembari melepas masker miliknya. Terdengar dering ponselnya mulai berbunyi, lelaki yang sedang mencuci tangannya itu bergegas mengeringkan tangan dan mengangkat panggilan tersebut. "Halo," ucap Fatih kemudian. " .... " "Ya, benar itu saya. Untuk reservasi jam tujuh malam." Fatih bergegas melangkah pergi sembari tersenyum lebar. " .... " "Ya, tolong dipastikan semuanya lancar dan sudah sedia saat saya datang nanti." " .... " "Baiklah terima kasih banyak." Panggilan itu terputus, Fatih mengantongi ponsel ke dalam saku. Hari ini ia sangat bahagia, semua rasanya berjalan lancar sesuai dengan keinginannya. Operasinya berjalan lancar dan rencananya juga hari ini sepertinya akan berjalan lancar. Rencana untuk melamar Alya secara romantis, tak seperti di cafe kemarin. Meski Alya berulangkali memberitahukan untuk tak melakukannya, namun Fatih memaksa. Ini lamaran untuk wanita pertamanya, dan ia mau hal ini menjadi sesuatu yang berkesan untuk Alya. Setid

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 59 : Sidang

    Irfan mengerjap dengan susah payah, bahkan untuk menggerakkan bibirnya saja ia tidak sanggup. Penghuni lapas yang bersamanya benar-benar gila, memukulinya tanpa ampun, tanpa alasan yang berarti mengakibatkan tubuhnya sakit-sakitan seperti ini.Ia tidak tahu apakah hal ini dialami oleh seluruh penghuni sel tahanan yang baru atau tidak, tapi melihat ia terus berteriak meminta tolong sementara tak ada satupun sipir, walau sedang berpatroli sekalipun untuk berhenti dan melihat keadaannya, Irfan yakin ini disengaja.Ia juga berkeyakinan ini adalah ulah Alya yang tak cukup menaruhnya dalam sel penjara tapi juga mengirimnya untuk masuk ke dalam neraka.Bahkan sekarang, tiga orang yang menghuni lapas bersamanya itu tampak baik-baik saja dan makan sarapan dengan damai, meninggalkan ia seorang diri dengan perut perih menahan lapar karena jatah makannya diambil oleh si botak yang mencekiknya kemarin.Tubuhnya bahkan tergeletak di lantai yang dingin karena tak diberikan alas tidur yang memadai.

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 58 : Lamaran

    "Besok sidang pertama, kan?" tanya Fatih saat keduanya bertemu di cafe. Alya mengangguk. "Kau mau ikut?""Sayangnya besok aku ada operasi," ucap Fatih menyayangkan. "Tapi setelahnya aku akan menemuimu."Alya tersenyum, mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Fatih yang berada di atas meja. Lelaki itu mendongak, menatap Alya sembari terkekeh."Kau mau menggodaku?""Tidak," ucap Alya seraya mencebik, memangnya menggenggam tanganmu tak boleh ya? Sebuah larangan?""Bukan begitu." Fatih menggenggam tangan Alya dengan erat. "Hanya saja aku masih belum terbiasa, lagipula kita tak punya hubungan apa-apa.""Kau benar, Fat. Kalau begitu apa kau tidak mau menjalin hubungan denganku? Kupikir kita sudah sangat dekat bahkan tahu satu sama lain. Boleh aku tanya sesuatu? Kau menyukaiku?"Fatih bergeming, menatap Alya tanpa berkedip dengan wajah memerah."Ehm ... kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?"Alya mengangkat bahu. "Hanya butuh pengakuan.""Apa tak cukup penjelasan tak tersirat yang selama i

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 57 : Bahagia

    Alya tersenyum, menatap kaca bening yang menghubungkan ruang kerjanya dengan pemandangan di luar sana. Ia memejam, menyentuh bibirnya, lantas tersenyum kembali.Setelah bertemu dengan kedua orang tuanya tadi, Fatih mengantarnya kembali ke kantor karena ada hal yang harus ia kerjakan, begitu juga lelaki itu langsung kembali ke rumah sakit.Alya bahagia, hubungannya dengan Fatih sudah membaik. Ah, bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Entah kenapa Alya merasa bahagia, kebahagiaan ini bahkan jauh lebih besar ia rasakan ketimbang saat ia jatuh cinta pada Irfan dahulu.Jatuh cinta?Alya memiringkan kepalanya dengan alis bertaut. Ia bertanya-tanya pada perasaannya sendiri, benarkah ia jatuh cinta pada Fatih? Secepat itu? Hanya karena satu kecupan yang lelaki itu berikan untuknya?Bukan!Alya yakin bukan itu, meski jantungnya sekarang sudah berdebar tak karuan. Apalagi saat mengingat wajah Fatih. Tiba-tiba ia merasakan hal seperti ini. Hal yang sangat jarang terjadi meski ia sedang memikir

  • Aku Masih Hidup, Mas   Bab 56 : Membuka Hati

    Alya berjalan perlahan keluar dari ruangan kamar inap sang Papa. Ibunya tertidur setelah mengobrol banyak hal dengannya tadi. Meski jauh di lubuk hatinya yang terdalam Alya juga ingin bicara dengan sang Papa. Namun, takdir berkata lain, papanya masih juga tak sadar dari komanya. Alya hanya harus menunggu, tapi entah kapan. Sesaat setelah menutup pintu ruangan dan berbalik, Alya mematung di tempat. Di lorong rumah sakit menuju ruangan papanya tampak Fatih berdiri dengan menenteng satu bungkusan plastik di tangan. Lelaki itu tampak terkejut saat melihat Alya, lalu beberapa saat kemudian berbalik pergi. "T--tunggu, Fatih!" panggil Alya membuat langkah kaki lelaki itu tertahan. Fatih bergeming di tempat, sama sekali tak mau menoleh ke arah Alya sedikitpun. Wanita itu menghela nafas, melangkah mendekati Fatih dan berdiri di hadapan lelaki itu. "Jujur saja, kau sedang menghindariku, kan?" tanya Alya penuh selidik, matanya memicing menatap mata Fatih yang sama sekali tak mau menatapny

DMCA.com Protection Status