Semua Bab Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga: Bab 31 - Bab 40

70 Bab

Siapa dalangnya?

"I-- ini, ambil uang ini, tolong lepaskan kami," ucap Maya terbata sembari menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah. "Tol- tolong berikan kami jalan. Kalian boleh ambil semua uang ini."Ibu menangis tanpa bersuara mendengar suara Maya yang bergetar. Sungguh, berada di situasi seperti ini bukanlah harapan keduanya. Apalagi tidak ada pria yang membersamai, hanya sesama wanita yang tidak berdaya."Ha ... ha ..., kau pikir kami butuh uangmu?" sahut salah satu pria sambil menyentak kasar tangan Maya membuat uang-uang itu berhamburan di dalam mobil. Jantung Maya berdegup kencang. Empat pria berbadan kekar tertawa nyaring membuat suasana yang semula mencekam kian mendebarkan. "A-- apa yang kalian mau? Mo-- mobil ini? Ambil!" gagap Maya hampir menangis. "Tolong biarkan kami pergi."Ibu memeluk lengan Maya dari belakang. Kaca mobil yang terbuka setengah memudahkan tangan pria itu masuk dan ...."Keluar!" pintanya. Sebilah pisau dikalungkan di leher Maya yang jenjang. Tidak bisa menah
Baca selengkapnya

Ternyata Dalangnya...

Assalamualaikum, maaf kalau pembaca tidak suka dengan alur yang saya buat. Beberapa part memang dibuat guna menyelesaikan urusan dengan tokoh yang lain agar tidak gantung. Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan Maya sehari-hari, dengan tetangga, dengan ipar dan dengan orang-orang culas di sekitarnya, jadi, tidak bisa berfokus pada satu titik ya. Maaf kalau tidak berkenan dan terima kasih sudah mengikuti cerita saya sampai sejauh ini. Part tentang Sarah hanya beberapa saja, setelah itu kita kembali di kehidupan Perumahan Citra Kencan. Jadi mohon diterima alur yang saya buat ya. Komentar kalian adalah support bagi pemula seperti saya. ***"Ibu!" Abian berlari setelah memarkirkan mobilnya di depan sebuah warung berdinding papan. Mobil yang Maya kendarai pun terlihat terparkir di sana, dengan satu mobil derek yang ternyata belum beranjak, juga satu mobil polisi dan mobil lain yang pemiliknya sedang menjelaskan kronologi bagaimana dia bisa menemukan mobil ringsek berisikan satu wanit
Baca selengkapnya

Menemui Sarah

Abian dan Ibu sampai di rumah Maya menjelang sore. Kedua mertuanya syok berat sampai Emak pun pingsan setelah mendengar cerita yang keluar dari mulut Ibu. Siapa yang mengira jika ada orang yang memendam dendam pada Maya sampai bermain-main dengan nyawa."Yakin kalian tidak punya musuh, Bian?"Abian menggeleng lemah. "Kami selalu menghindari pertikaian dengan orang, Pak. Bapak tau sendiri kalau Maya bukan tipe wanita yang suka mencari keributan dengan orang lain.""Ini bukan tentang siapa yang gemar mencari perkara, Bian. Tapi ... bisa saja ada orang yang merasa iri dengan pencapaian kalian. Yakin kamu tidak merasa ada yang aneh belakangan ini?"Abian nampak mengingat-ingat semua kejadian demi kejadian yang terjadi beberapa hari belakangan."Sebenernya ...."Abian menceritakan tentang kasus penyelewengan uang Restoran dan orang kepercayaan yang dia penjarakan. Juga bagaimana keluarga Bu Saroh kabur dari rumah sejak Satria diputuskan menjadi tersangka dan mendapat hukuman 10 tahun penja
Baca selengkapnya

Maya Terluka?

Abian menoleh dengan tangan yang masih mencengkeram kerah baju Chiko. Napasnya memburu, kemarahan menguasai dirinya mengingat nyawa Maya sedang dalam bahaya."Apa yang kamu katakan, Lila?" tanya Ibu Dasimah dari arah belakang. "Kamu menuduh Sarah yang menculik Maya, iya?"Lila menatap nanar pada sosok Chiko yang terbaring lemah dengan wajah lebam."Kamu tau Rumah bekas Belanda yang ada di Kota Sidoarjo, Bian?"Abian mengangguk pasti. Jelas ia tau, jarak antara kota Sidoarjo dengan Surabaya tidak terlalu jauh."Sarah menyekap Maya disana. Cepat datang sebelum ia memindahkan Maya ke tempat lain."Chiko menatap tidak percaya pada istrinya. "Jangan memfitnah Sarah, Lila!""Aku tidak memfitnah, Mas!" teriak Lila frustrasi. "Telingaku mendengar dengan sangat jelas rencana Sarah bersama orang-orang suruhannya. Berhenti membela dan melindungi adikmu. Dia itu gila!"Plak ...!!!!Dasimah menampar pipi Lila dengan sangat keras. Wanita paruh baya itu menarik menantunya masuk ke dalam rumah sement
Baca selengkapnya

Badai Pasti Berlalu

Empat orang sewaan Sarah kalang kabut mencari jalan keluar. Sayang, ruangan ini hanya ada satu pintu dan satu-satunya jalan sudah dikepung dengan banyak penyelamat untuk Maya.Sarah gelagapan. Dengan gerakan cepat sudah berada di belakang Maya dan mengalungkan sebilah pisau kecil di leher jenjang iparnya itu."Jangan mendekat!" teriak Sarah dengan suara bergetar.Empat orang yang sudah ia sewa dengan harga mahal pun dengan cepat di bekuk polisi dan diamankan, sementara wanita licik itu sendiri kebingungan mencari cara bagaimana agar ia bisa kabur."Berani mendekat, aku potong sekarang juga leher jalang ini!" ancam Sarah. Maya menangis entah untuk yang ke berapa kalinya. Hanya saja, air matanya kali ini mengalir karena rasa syukur. Abian dan semua tim datang tepat waktu sebelum hal buruk terjadi. Ya, meskipun tubuhnya mendapat banyak luka akibat ulah Sarah."Minggir!" bentak Sarah. Dengan tangan bergetar dia membuka ikatan kaki Maya dengan satu tangan tetap mengancam leher putih berka
Baca selengkapnya

Dahlia, oh Dahlia

"Astaga, Mbak Maya ... kami pikir kalian sudah pindah loh," tegur Bu Hanum ketika mobil Abian berhenti di depan rumah.Maya dan Ibu yang baru keluar dari mobil pun mau tidak mau mengulas senyum tipis di depan para tetangga yang terlihat sedang kongkow di depan rumah Dahlia."Iya, tiba-tiba rumahnya kosong lama sekali. Kata Mbak Eti udah bangkrut makanya pindah," celetuk Dahlia, "Eh, beneran emang udah bangkrut, Mbak?""Hooh, beneran, Mbak Maya? Trus nasib rumah baru di depan rumah Bu Sur itu gimana? Dijual?" sahut Bu Sur kepo. "Boleh lah kalau dijual, Hesty pasti bisa gantiin itu rumah, berapa sih?"Maya dan Ibu melongo. Entah kabar darimana para tetangganya sehingga bisa menyimpulkan bahwa Maya dan Abian sudah bangkrut."Siapa yang bilang kami bangkrut, Bu? Restoran kami bahkan masih ramai semua loh," elak Maya. Semua ibu-ibu saling pandang. "Mbak Eti! Kan aku tadi sudah bilang kalau Mbak Eti yang bilang. Mbak Maya kenapa jadi bolot begini sih?" gerutu Dahlia sambil curi-curi pandan
Baca selengkapnya

Menghadapi Eti

Seperti biasa, Maya kembali beraktivitas dengan berbelanja di tempat Kang Sayur. Pengalaman pahit tentang bagaimana ia disekap oleh Sarah tidak sedikitpun wanita itu ungkap di depan tetangga. Biarlah itu menjadi rahasia di keluarganya tanpa ada orang luar yang tahu."Wah, belanja banyak nih, Mbak Maya?" tanya Bu RT basa-basi."Iya, Bu," sahut Maya singkat. Tangannya kembali sibuk memilah-milah sayur di depannya. "Minggir!" sentak Eti kasar ketika tangan Maya hendak menyentuh sekantong ikan segar di depannya. "Ini sudah aku pesan, sana cari yang lain!"Maya menatap jengah pada sosok Eti yang semakin menjadi-jadi. "Ini sudah dipesan, Mang?" tanya Maya pada Mamang. Mamang menoleh dan menggeleng tegas, "Belum, Mbak Maya. Mau Mbak Maya ambil?""Eh, Mang ... kamu gimana sih, itu ikan sudah aku pesan dari tadi. Kenapa malah dikasihkan ke orang lain, hah?"Mamang terlihat mengerutkan kening dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Apa iya? Bukannya Mbak Eti sama Bu Saroh nggak suka makan
Baca selengkapnya

Apalagi Eti?

Eti melengos sambil terus mengunyah sisa makanan di mulut. Sementara Bu Saroh, wanita paruh baya itu nampak berulang kali memasukkan sesuatu ke dalam tasnya."Mau kantong kresek, Bu?" tanya Emak, "Barangkali mau, saya ambilkan.""A-- apa maksud kamu?" tanya Bu Saroh gugup. Eti menatap ibunya yang terlihat sedang bersitegang dengan Emak Maya dari kampung. "Kamu pikir aku sudi bawa makanan murahan ini segala pakai kamu tawarin kantong, hah?"Emak mengerutkan keningnya yang sudah mengeriput. Niat hati ingin menawarkan kantong agar semua makanan tidak berceceran di dalam tas Bu Saroh, tapi ternyata wanita paruh baya itu menatap sengit ke arah Emak dengan berkacak pinggang."Ada apa, Mak?" tanya Abian menghampiri. Emak menggeleng samar, enggak memperkeruh keadaan dan berujung ribut mengingat ini adalah acara syukuran untuk rumah baru anak dan menantunya."Bilangin sama mertua kamu, Mas Abian, jangan memandang rendah orang lain hanya karena anak dan menantunya punya rumah baru," seru Bu Sar
Baca selengkapnya

Diringkus Polisi

Seminggu sejak keributan yang terjadi di rumah Maya, Eti jarang menampakkan batang hidungnya. Kini, wanita yang menjadi buah bibir di Perumahan Citra Kencana itu lebih suka mengurung diri di rumah, bahkan Bu Saroh pun terlihat sudah tidak pernah berbaur dengan tetangga.Pun dengan Maya, sejak pindah, belum terlihat istri Abian itu keluar meskipun sekedar untuk berbelanja mengingat semua kebutuhan dapur sudah tersedia untuk satu bulan ke depan.Emak dan Bapak hari ini akan pulang, sengaja Abian meliburkan diri dari rutinitas Restoran dan memilih menemani Sang Mertua kembali ke kampung, tentu saja bersama Maya dan Ibu."Emak yakin nggak tinggal disini saja?" tanya Abian. "Sepertinya lebih ramai kalau Emak dan Bapak ada disini," lanjutnya.Emak menatap sendu ke arah menantunya. "Di kampung adalah tanah kelahiran Emak, Bian. Disana, Emak dan Bapak memulai semuanya dari awal. Jatuh bangun, tangis tawa, semua kami lalui di kampung berdua. Maaf, Nak ... Emak dan Bapak memilih untuk pulang, b
Baca selengkapnya

Menampar Kenyataan

"Ck, ayolah, Mas Abian, tau sendiri kan kalau di rumahku nggak ada mobil, suami juga suka alergi kulitnya kalau pakai motor," elak Bu Sur sombong. "Apa salahnya sih bantuin tetangga, lagipula kita ini tetangga dekat loh!""Maaf, Bu Sur," sahut Abian. "Tapi kami mau ke Rumah Sakit, Maya sedang tidak enak badan."Bu Sur menelisik raut wajah Maya yang menurutnya terlihat baik-baik saja."Kamu bohong ya? Itu Mbak Maya baik-baik saja loh," celetuk Bu Sur seraya mencebik. "Wajahnya juga nggak pucat, sengaja nggak mau bantuin aku?"Tanpa banyak bicara, Bapak membuka pintu mobil dan berkata, "Masuk, Nak!"Maya mengangguk lemah. Dia bersama Ibu dan Emak masuk ke dalam mobil tanpa peduli pada sosok Bu Sur yang mencak-mencak di depan Abian."Sekali lagi saya minta maaf, tapi anak saya memang sedang tidak enak badan. Ibu bisa minta tolong ke tetangga yang lain," saran Bapak. "Bukannya kami tidak mau membantu, tapi kondisi Maya memang sedang sakit.""Memang sakit apa Mbak Maya?" tanya Bu Sur ketus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status