All Chapters of TOPENG SUAMI DAN ADIK ANGKATKU: Chapter 21 - Chapter 30

75 Chapters

21-Ternyata ...

Pov : Amelia[Kamu jangan berlagak di atas awan, Mel! Mentang-mentang punya video itu lantas bisa seenakmu mengancam aku dan Dinda. Cukup kamu buat aku jadi pengangguran! Kalau sampai kamu mengirimkan video itu ke teman kuliah Dinda, awas kamu. Aku nggak akan segan-segan menghancurkanmu. Dikasih hati, minta jantung juga!]Deg. Deg.Tak kusangka balasan dari Mas Bima seperti itu. Apa dia nggak takut jika video itu viral? Atau ini sekadar ancaman tanpa keseriusan seperti yang kulakukan? Dia mengikuti jejakku, dong? Tapi kalau memang dia sudah geram dengan ancamanku gimana? Apa iya dia akan melakukan kekerasan padaku? Aku yang detik ini masih sah istrinya dan ibu dari kedua anaknya? Berbagai pertanyaan lalu lalang begitu saja dalam benak. Aku juga sedikit takut jika Mas Bima mulai geram. Apalagi dia justru balik mengancam. [Kamu balik mengancam, Mas? Serius? Nggak takut kalau video ini viral? Kalau memang dia mau lanjut wisuda, silakan! Tapi jangan salahkan aku jika kalian MENDADAK ART
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

22-Hak Asuh Anak

Yuki dan Yuka berpamitan pada nenek dan ayahnya yang masih sama-sama shock."Nek, kami pulang, ya." Yuka mencium punggung tangan neneknya. Yuki pun melakukan hal yang sama."Kami Pamit pulang, yah," ucap Yuka lirih. Air matanya menetes ke pipi. Yuki pun mengikuti kakak kembarnya menjabat tangan ayahnya yang masih terpaku di sudut pintu. Dinda hanya menatap si kembar dengan pandangan tak biasa. Aku masih tertunduk lesu di lantai teras, menatap si kembar pamit dengan adik angkatku itu."Jaga ayah dan nenek ya, tan. Berarti mulai sekarang tante nggak di rumah bunda lagi, ya? Tapi di sini sama ayah dan nenek." Yuki mendongakkan wajahnya dengan air mata berlinang. Aku tahu mungkin dia tak terlalu paham dengan keadaan ini tapi setidaknya mereka tahu kalau ayah dan tantenya ada hubungan lebih. Ibu mertua menarik lenganku pelan saat aku mencoba untuk berdiri. Ibu mencoba menenangkan dengan usapan lembutnya di lenganku. Mungkin ada setitik rasa bersalah di hatinya sebab ikut terlibat pernik
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

23-Bukan Perempuan Bodoh

Siang ini begitu terik. Sinar mentari seolah berada tepat di atas kepala dan benar-benar membakar kulit. Dari dalam mobil Bella, kulihat Mas Bima dan Adinda memasuki ruang sidang.Sejak beberapa hari yang lalu aku sudah meminta mereka untuk mengikuti aturan mainku. Ancaman menyebarkan video mereka memang cukup ampuh membuat Mas Bima tak berkutik. Padahal sekalipun aku tak berniat serius untuk menyebarkan aibnya. Walau bagaimanapun aku paham, tak patut menyebarkan air orang lain apalagi video syur begitu di media sosial dan dilihat orang banyak. Otomatis aku bakal kena cipratan dosanya juga. Meski aku mengancam bakal membuang ponsel itu ke jalanan agar orang lain yang menyebarkan video tak patut itu, tetap saja aku sengaja melakukannya. Kalaupun nggak terkena pidana, tetap kecipratan dosanya. Bella dan ibu Fatimah selalu mendampingiku di tiap sidang. Mereka memberikan support dan banyak nasehat yang membuatku lebih bersemangat. Seperti sidang terakhir ini. Sejak kemarin aku sudah b
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

24-Ketahuan

Pov : BIMA Sepi. Tak ada lagi terdengar suara celotehan kedua anakku, Yuka dan Yuki. Biasanya tiap weekend begini, mereka selalu mengajakku bermain meski sekadar petak umpet atau tebak-tebakan. Tapi mungkin beginilah hidup, penuh dengan pilihan. Memilih bertahan dan pasrah menerima keadaan atau memilih pergi mencari sesuatu yang baru untuk perubahan. Tak salah kan, jika aku lebih memilih opsi kedua? Pergi mencari yang lain demi perubahan yang membahagiakan. Awalnya kupikir begitu. Namun pada akhirnya, kenyataan tak sesuai dengan harapan. Adinda yang kupikir bisa cepat memberiku anak laki-laki ternyata gagal. Aku harus lebih bersabar menunggunya pulih. Pulih dari sakitnya dan pulih dari sedihnya karena tak bisa wisuda tahun ini. Gagal total. Biaya belum bisa kulunasi, skripsinya pun masih perlu revisi di sana-sini. Sedangkan dia mulai malas untuk merevisinya karena aku tak jua mendapatkan biaya seperti yang dia minta. Ibu pun lebih banyak diam. Apalagi sejak aku dan Dinda ikut t
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

25-Cerita Mengejutkan

Pov : AmeliaMas Bima buru-buru pergi dan menghilang di ujung jalan. Dia beneran ngojek dan mengambil pesanan di restoku? Tadi bener Mas Bima, kan? Kutepuk pipiku pelan. Terasa sakit, itu buktinya yang kulihat tadi memang nyata bukan mimpi semata. "Siang, Bu, Amel," sapa seorang juru parkir sembari menundukkan punggungnya padaku. Aku jawab sapaannya dengan seulas senyum.Twins Resto, nama resto sederhana yang baru kubuka satu minggu lalu. Semua tabungan dan hasil bagiku dengan Bella kugunakan untuk membangunnya. Bella bilang aku harus lebih semangat dalam hal apapun untuk membuktikan pada Dinda dan Mas Bima bahwa aku dan anak-anak jauh lebih bahagia setelah berpisah dengan mereka. Bella juga yang memberitahuku untuk membangun resto sederhana di sini. Tempatnya cukup strategis juga adem. Banyak kantor, sekolah, kampus yang otomatis banyak anak kost di daerah sini. Apalagi belum ada masakan ala ndeso seperti restoku. Pecel, aneka ikan tawar, soto, timlo, nasi kebuli dll menjadi men
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

26-Cekcok

Pov : Bima Perasaanku benar-benar campur aduk. Marah. Kesal. Muak. Malu. Seolah campur baur menjadi satu. Membuat kepalaku semakin pusing.Bagaimana tidak? Di satu tempat aku bertemu dengan dua orang yang sangat berarti dalam hidupku. Amelia. Entah mengapa aku ditakdirkan bertemu dengannya di resto itu. Untuk apa dia ke sana? Mungkin memang benar, kalau harta rampasan tak akan awet di tangan. Aku yakin dia akan melamar kerja di resto itu. Resto yang sepertinya baru dibuka. Yang aku heran, kenapa dia tak menggunakan ijazahnya untuk melamar kerja di tempat lain? Atau mungkin dia di sana sekadar mencuri resep agar bisa membuka resto sendiri suatu saat nanti? Entahlah. Yang pasti aku sangat malu bertemu dengannya di saat mengenakan jaket ojol. Dia pasti terbahak melihatku dalam keadaan seperti itu. Merasa lebih beruntung daripada aku. Padahal aku dan dia sama saja miskinnya, hanya pekerjaan yang membedakan. Bertemu Amelia hanya tersirat malu. Namun bertemu dengan Dinda benar-benar t
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

27-Aku Belum Siap, Mas

Pov : Adinda Sejak sandiwaraku bersama Mas Bima ketahuan, semua serba berantakan. Rencana yang dari dulu tersusun rapi hancur berkeping-keping. Mbak Amel bahkan menguras semua tabungan Mas Bima yang rencananya untuk membelikanku rumah. Tak hanya sampai di situ, uang semesteran pun dia tak mampu membayar hingga aku malas menyelesaikan skripsi. Buat apa? Toh dia tak bisa membayar biaya wisuda. Gagal wisuda membuatku semakin muak dengan keadaan ini.Mas Bima pun berbulan-bulan tak mendapatkan kerja. Berulang kali mengirimkan lamaran dan interview, nyatanya belum juga diterima di mana pun. Utang semakin menumpuk tapi pemasukan tipis. Penghasilan dari ngojeknya tak seberapa, nggak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Buat makan, bayar cicilan mobil, buat bayar listrik, bayar air dan wifi. Apalagi tiap dua minggu sekali harus mengantar ibu ceck up. Keadaan nggak jelas ini membuat pikiranku semakin kacau. Ingin rasanya segera menghilang dari rumah ini. Aku pun sudah ke sana-sini mencari ke
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

28-Kabar Buruk

Pov : Adinda Langit begitu mendung. Sepertinya hujan akan segera turun. Petir mulai datang menyambar sesekali. Rintik hujan pun mulai menetes dari porosnya. Pak Hamzah sudah bersiap-siap pulang. Karyawan lain juga sudah pulang beberapa menit yang lalu. Aku sengaja mengulur waktu agar bisa diantar pulang Pak Hamzah seperti minggu lalu. Beruntung nggak ada Mas Bima di rumah karena dia masih ngojek. Kalau nggak pasti dia ngomel-ngomel nggak jelas. Seperti biasa pula aku pura-pura sibuk dengan ponsel di tanganku saat Pak Hamzah keluar dari pintu. Dia sedikit kaget melihatku masih di depan kantor sementara hujan mulai deras mengguyur. "Din, kamu belum pulang?" tanyanya singkat sesekali melihat ke jalanan yang mulai basah diguyur hujan."Belum, Pak. Ini baru mau pesan ojek online," jawabku sekenanya. "Ayo saya antar pulang saja. Sekalian kenalan sama ibu bapakmu kalau boleh," ucap Pak Hamzah sembari tersenyum kecil. Hatiku berdebar-debar mendengar ucapannya. Apa maksud Pak Hamzah? Ken
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

29-Tentang Denis

POV : Denis"Mas, jangan terlalu baik padaku karena aku takut jatuh cinta padamu," ucap Amel tiap kali aku membantunya memecahkan segala sesuatu. "Memang itu yang aku inginkan. Kamu mencintaiku," jawabku singkat. Kulirik dari ekor mata dia tersipu. Senyum tipis nan manis terlukis di bibirnya."Aku takut cinta ini hanya bertepuk sebelah tangan. Apalah aku yang hanya perempuan biasa dan dari keluarga yang biasa pula. Sedangkan kamu berbeda," ucapnya lagi. Aku tahu dia sedang menyeka kedua sudut matanya yang basah. "Apa yang membedakan? Harta? Itu milik orang tuaku. Aku tak punya apa-apa, hanya sekadar cintaku yang terlalu besar untukmu," jawabku lagi. Kutatap lekat kedua matanya yang berembun. Seolah tak percaya berulang kali dia menanyakan apakah aku mencintainya. Berulang kali pula kukatakan iya. Cinta ini sangat besar untuknya. 11 Oktober, aku masih ingat tanggal di mana aku dan dia tertawa bersama setelah mengungkapkan rasa. Rasa saling suka dan cinta. Aku memang tak menjanjik
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

30-Menerima Cintanya

Pov : Dinda Kulihat jam dinding sudah pukul 11 malam namun Mas Bima belum juga pulang. Entah kemana dia. Beberapa hari belakangan dia memang selalu pulang malam. Alasannya agar bisa mendapat uang lebih. Tapi nyatanya tetap kekurangan. Beruntung sekarang aku sudah kerja jadi tak terlalu mengandalkan uang Mas Bima yang nggak seberapa.Terdengar suara dari teras. Sepertinya suara Mas Bima entah menelepon siapa malam-malam begini. Mungkin dia pikir aku sudah tidur jam segini padahal belum. Aku baru saja menyelesaikan pekerjaan kantor yang terpaksa kubawa pulang tiap akhir bulan. "Aku sudah bilang sama kamu, Den. Semua sudah terjadi. Kupikir, Amel bakal merestui hubunganku dengan Dinda karena dia adik kesayangannya. Tapi ternyata dugaanku keliru. Dia justru minta cerai." "Ya, ya, ya. Maaf, Denis. Aku nggak bisa menepati janjiku sendiri. Tapi percaya deh, cintaku sama Amel masih tetap ada meski sekarang aku sudah memiliki Dinda. Delapan tahun aku bersamanya, Den. Munafik jika aku bilang
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more
PREV
1234568
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status