Kubuka pintu mobil perlahan. Mas Denis tampak tersenyum manis menatapku tak berkedip sekian lamanya. Mataku mulai berkaca melihatnya kembali di depan mata.Aku tak tahu kenapa dia harus kembali di saat aku sudah bisa menata karir dan hati. Dia datang di saat tak tepat. Segera kulangkahkan kaki menjauhinya. Aku tak ingin dia tahu, detik ini aku kembali mengingat luka yang pernah dia tancapkan di setiap sudut dada."Amelia ... Amel!" Dia masih mengejarku dari belakang, berusaha untuk menggapai lenganku. Kutepis keras jemarinya saat menyentuk lengan gamisku."Tolong jangan sentuh aku, Mas," ucapku sedikit penekanan. Mas Denis spontan menarik kedua telapak tangannya terbuka ke depan dada."Sorry ... sorry, Mel. Aku nggak bermaksud apa-apa. Hanya saja-- "Hanya apa? Minta maaf karena dulu meninggalkanku begitu saja, iya? Di saat aku berada di dalam kebingungan, sekedar mengangkat telepon dariku pun kamu tak sudi. Sejijik itu kamu sama aku, ya, Mas?" ucapku datar. Kulipat tangan di dada tan
Terakhir Diperbarui : 2022-12-11 Baca selengkapnya