Kedatangan Martia dan Ibu cukup menghiburku. Kepergian Teo ke Bali menjadi tidak terlalu terasa. Apalagi Martia selalu ceria dengan banyolan-banyolan yang selalu bisa mengaduk-aduk perut."Sudah mau dilamar tapi dia gak mau, Mir," seloroh ibu saat kami membahas tentang jodoh yang tak kunjung datang."Gimana mau dianya duda anak satu," timpal Martia dengan gaya khasnya."Memangnya kalau duda kenapa?" tanyaku tak mau ketinggalan."Kalau duda macam Mas Arhab tak apa, Mir. Lah ini sudah mau sepuhhhhh."Ibu terkikik. Sambil memotong sayur kangkung yang beliau petik sendiri dari kebun untuk dimasak di rumah putrinya."Kenapa, Bu?""Mar, mar kok jauh amat sampe Arhab," timpal Ibu."Eh, sori Mir. Gak maksud bahas masa lalu.""Apaan, sante aja kali," ucapku sambil mengibaskan tangan. Sudah cukup lama tidak mengingat Mas Arhab memang."Eh, Mir. Mas Arhab dah lama lho gak balik kampung. Kayaknya sibuk banget di Jakarta. Kali aja bisa ketemuan, ya."Keningku berkerut. "Maksudmu?""Biasanya masih
Terakhir Diperbarui : 2023-11-03 Baca selengkapnya