Semua Bab Ditinggal Suami Dinikahi Bos: Bab 121 - Bab 130

143 Bab

#Season 2 Part 50

Di atas sajadah yang diberikan Mbak Reina aku bersimpuh memanjatkan doa. Memohon agar Teo baik-baik saja. Tak lupa aku menyebutkan satu doa khusus untuk buah hati kami."Ya allah kuatkan dia di rahimku. Izinkan kami bertemu dengannya tepat di waktunya nanti. Sudah cukup banyak yang kulalui. Jika memang cobaan bertubi-tubi ini engkau berikan agar aku mendekat, inilah saatnya Allah. Jangan tinggalkan hamba. Jangan buat hamba terus berburuk sangka. Tuntun hamba untuk kembali berjalan menujumu. Hamba memohon."Setelahnya satu sujud tambahan kulakukan. Sebuah kebiasaan yang kadang dilakukan ibu. Makna dari sujud itu tak lain tak bukan bentuk ungkapan syukur yang teramat dalam."Raline, Raline ...."Lirih kudengar Teo berkata. "Raline, Raline ...."Aku pun mempercepat gerakanku seraya mendekat ke ranjang tempat Teo terbaring. "Kamu kenapa, Teo?" tanyaku."Raline, Raline!" teriak Teo. Tiba-tiba matanya terbuka. "Di mana aku?" tanyanya.Kuamati wajahnya yang pucat. Bulir-bulir keringat di da
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-16
Baca selengkapnya

#Season 2 Part 51

Aku tergopoh menghampiri ruang inap Teo. Pak Rama menyampaikan Teo sudah sadar dan sudah bisa ditemui. Begitu pintu ruang inap VVIP itu terbuka wajah pucat Teo menyapa.“Hai,” ujarnya saat tanpa permisi aku langsung menghambur ke peluknya. “Aku baik-baik aja,” imbuhnya.“Aku tau. Aku sudah tau semuanya.” Tanpa ingin diganggu aku tetap memeluknya. Sudah lama sekali rasanya tidak merasakan pelukan ini. Hingga tanpa sadar aku sedikit mendorongnya.“Sakit,” pekik Teo.Buru-buru aku mendongak. Menatap wajahnya yang memancarkan senyum manis. Ya, jarang sekali Teo tersenyum seperti ini. Setelahnya aku melihat dengan cukup jelas kaca-kaca di matanya.“Sekali lagi maafin aku. Maaf untuk semuanya.”Aku menggeleng. Permintaan maaf itu jelas sudah tidak perlu. Kesembuhannya serta kembalinya ingatannya sudah menjadi obat semuanya. Perasaanku yang sempat tercabik saat Teo tak mengenaliku seketika membaik.“Apa yang kamu pakai?” tanyanya setelah aku memosisikan diri dengan lebih nyaman. Tak lagi ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-25
Baca selengkapnya

#Season 2 Part 52

“Your sister, Teo. Dia keluargamu.”“Yang selama ini aku cari?”Aku mengangguk. Tanpa sadar mataku ikut mengembun. Terlebih saat melihat suamiku sebahagia itu.“Ini tidak salah?”Aku menggeleng. “Ini kenyataan, Teo. Selain kesembuhanmu, Allah beri kabar gembira yang menyempurnakan kebahagiaan kita. Aku hamil dan kamu bisa bertemu dengan saudaramu.”Teo mengangguk-angguk. Ia setuju dengan pendapatku. Ia tak henti menatap ponselku. “Kamu ada nomornya Mbak Rosma? Apa kamu bisa menghubunginya? Atau kita ke sana saja?”Aku menggangguk mantap. Semua pertanyaannya jelas akan terjawab. Terlebih saat aku dan Mbak Rosma sudah Menyusun janji temu. “Besok pagi beliau ke sini. Sekalian mau mampir ke resto.”“Tidak malam ini?”“Sudah terlalu malam. Kita juga butuh istirahat.”“Tapi aku tidak sabar.”“Apa kamu mau menghubunginya?” tawarku. Siapa tahu akan membantu Teo merasa lebih baik.Teo menggeleng. “Tidak perlu. Lebih baik kita tidur agar pagi cepat datang. Aku bisa bertemu kakakku.”Aku terseny
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-25
Baca selengkapnya

#Season 2 Part 53

Pov Teo Aku tertegun melihat perempuan berjilbab besar itu. Dari mata dan raut wajah kami terlihat mirip tapi tidak seratus persen mirip. Anehnya bocah berusia tanggung yang datang bersamanya justru mirip sekali denganku. Seperti melihat versi diri saat seumuran dengannya. Aku terdiam cukup lama pasalnya tak bisa memulai percakapan lebih dulu. Mungkin lebih tepatnya apa yang harus kutanyakan. Kabarnya? Benarkah dia kakakku? Orang tua kami? Atau tentang kafenya di pinggir danau? Semua Nampak abu-abu. Sampai akhirnya Mbak Rosma menyodorkan sebauh foto. “Kamu yang tengah. Paling kecil sendiri,” kata Mbak Rosma. Dia memulai penjelasannya. Aku melihat cukup dekat foto yang diberikan Mbak Rosma. Ya, itu benar masa kecilku. Pertanyaan selanjutnya mengapa dia tidak mencari? Mengapa semua orang berkata jika keluargaku telah tiada? “Tidak cukup banyak waktu yang kami miliki untuk mencarimu. Papa Mama wafat tak lama setelah kita berpisah.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-12
Baca selengkapnya

#Season 2 Part 54

Teo tidak menyampaikan apa-apa setelah dia pulang cukup larut. Aku pun tidak berani bertanya mengingat kebahagiaan hari ini tidak ingin kurusak dengan hal-hal yang mungkin akan merusaknya. Setelah Mbak Rosma dan Neymar menceritakan banyak hal, memberitahuku hal-hal baru dan pengalaman-pengalaman unik yang membuatku senang, Teo malah pulang selarut ini.“Sudah makan?” tanyaku setelah cukup lama terdiam. Aku tak tahan karena Teo juga tidak membuka obrolan.“Sudah, Tadi aku sekalian mampir ke rumah mama ajeng. Makan di sana,” jawab Teo dingin. Ya, dia nampak berbeda.“Sama Pak Rama?” tanyaku berusaha memperpanjang kata.Teo mengangguk. Dia mulai menaiki ranjang dengan terlebih dahulu menyibak selimut. “Aku lelah,” ucapnya.“Iya aku paham. Tapi saking sibuknya gak sempat antar Mbak Rosma.”“Aku sudah minta tolong sopir kita buat ngantar.”“Tapi Mbak Rosma baru ketemu kamu, kamu juga baru paham kalau beliau kakak kamu. Sudah langsung ditinggal?” cecarku. Di samping Teo tidak memberitahukan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-16
Baca selengkapnya

#Season 2 Part 55

Pov TeoAku tahu perempuan selalu membutuhkan penjelasan tentang banyak hal. Tapi sikap Amira semalam cukup keterlaluan. Aku yang hanya ingin tidur lelap di kamar sendiri pun tidak bisa. Akhirnya kuputuskan pergi tanpa memberi penjelasan. "Pak Rama tolong siapkan tiket ke bali untuk besok pagi. Penerbangan pertama," terangku saat menghubungi Pak Rama. "Siap, Pak."Kejelasan terkait kebakaran masih belum pasti. Aku harus mencari sampai ke akar-akarnya. Aku tidak mau Arga yang tidak bersalah harus menanggung semua. Sudah pasti Baja pelakunya, hanya dia bersembunyi entah di mana.Keberangkatanku ke Bali pun sengaja tanpa memberitahu Amira. Rasanya aku tidak mau dia terlibat mengingat kondisi tubuhnya. Aku tidak ingin terjadi apa-apa pada kandungannya. "Tidak menunggu ibu bangun, Pak?" tanya Mbak Dewi yang aku titipi pesan pagi ini."Tidak perlu. Pastikan Mbak Dewi temani jemput nenek Akila hari ini.""Pasti, Pak."Aku hanya tersenyum kecil pada Akila yang tengah berkutat di dapur. Gad
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-21
Baca selengkapnya

#Season 2 Part 56

Kedatangan Martia dan Ibu cukup menghiburku. Kepergian Teo ke Bali menjadi tidak terlalu terasa. Apalagi Martia selalu ceria dengan banyolan-banyolan yang selalu bisa mengaduk-aduk perut."Sudah mau dilamar tapi dia gak mau, Mir," seloroh ibu saat kami membahas tentang jodoh yang tak kunjung datang."Gimana mau dianya duda anak satu," timpal Martia dengan gaya khasnya."Memangnya kalau duda kenapa?" tanyaku tak mau ketinggalan."Kalau duda macam Mas Arhab tak apa, Mir. Lah ini sudah mau sepuhhhhh."Ibu terkikik. Sambil memotong sayur kangkung yang beliau petik sendiri dari kebun untuk dimasak di rumah putrinya."Kenapa, Bu?""Mar, mar kok jauh amat sampe Arhab," timpal Ibu."Eh, sori Mir. Gak maksud bahas masa lalu.""Apaan, sante aja kali," ucapku sambil mengibaskan tangan. Sudah cukup lama tidak mengingat Mas Arhab memang."Eh, Mir. Mas Arhab dah lama lho gak balik kampung. Kayaknya sibuk banget di Jakarta. Kali aja bisa ketemuan, ya."Keningku berkerut. "Maksudmu?""Biasanya masih
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-03
Baca selengkapnya

#Season 2 Part 57

Kondisi Mama Ajeng cukup serius. Meski sudah diperiksa dokter keluarga, Mama Ajeng masih tampak lemah. Kami yang menjenguk pun merasa tak enak karena malah membawa makanan yang tidak semestinya."Jangan sungkan Bu Niar, saya ini cuma masuk angin. Penyakit orang tua," kata Mama Ajeng saat Ibu menyampaikan permintaan maaf."Kalau Bu Ajeng sampaikan yang sebenarnya sama Amira kan kami ndak ke sini, Bu. Ndak ganggu waktu istirahat Bu Ajeng."Mama Ajeng menggeleng. "Saya juga kangen sama Amira sama Akila sama cucu saya yang masih di perut juga. Makanya saya balas saja saya di rumah.""Tapi saya malah bawa makanan aneh-aneh, Bu," tutur Ibu. Kali ini terlihat lebih rileks."Semur jengkol sama ikan, Bu? Malah bisa dimakan anak-anak sama Mbak di dapur. Mereka kadang suka kangen masakan rumahan begitu. Saya malah senang bu. Makasih banyak sudah dibawakan ke sini."Ibu mengangguk kecil seraya meraih tangan Mama Ajeng. "Lekas pulih lekas aktivitas lagi ya, Bu. Habis ini kalau sudah nyapa semua or
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-05
Baca selengkapnya

#Season 2 Part 58

Pov TeoAku cukup geli mengetikan kalimat itu untuk Amira. Tapi demi meredam kesalahpahaman aku tetap melakukannya.[Sayang …. Maafin aku. I love you.]Sebenarnya aku menunggu balas segera karena siang ini aku harus bertemu seseorang yang akan membantu meluruskan kasus Arga. Semua bukti jelas mengarah pada Baja hanya aku belum bisa membongkarnya. Ada beberapa kejanggalan terkait aliran dana perusahaan selama Baja memegang kekuasaan. Pria itu selalu serakah. Dia kerap gelap mata saat membicarakan uang. Maka satu-satunya cara memancingnya agar muncul hanyalah dengan uang.Pertanyaan Martia terkait Raline cukup menyentakku. Pasalnya aku tidak mengantisipasi lebih awal. Ya, kedatanganku ke Bali salah satunya untuk bicara dengan Raline tanpa interfensi dari Baja. Dan sekarang aku sedang dalam perjalanan menujunya."Sudah sampai, Pak?" tanyaku begitu Pak Rama memberhentikan mobilnya."Apartemen?" tanyaku heran."Lebih tepatnya semacam penthouse, Pak.""Banyak duit mereka?""Ini salah satu a
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-09
Baca selengkapnya

#Season 2 Part 59

IPOV TeoAku tidak tahu kalau Arhab serius dengan kata-katanya. Dan bodohnya lagi aku tertarik dengan penawarannya. Sore ini seperti waktu yang dijanjikan mantan pacar istriku itu, kami bertemu.“Kau sengaja pake kacamata besar?” tanyanya begitu mengenali wajahku.“Memangnya kenapa?”“Sangat kentara kalau bukan dari kalangan biasa. Pasti mereka akan mudah percaya.”Aku mendecih. Lagaknya Arhab meremehkan kemampuanku. Meski belum pernah terlibat dalam sebuah operasi rahasia secara nyata, aku tidak sebodoh itu.“Kau siap, Bro?!” tanya seseorang yang sejak tadi duduk di meja sebelah. Seolah tak mempedulikan tapi ternyata menyimak obrolan kami.“Beres,” sahut Arhab santai. Dia nampak mengenal pria itu.“Monitor pasukan. Lets go!” ujarnya seperti bicara sendiri.Dan benar saja tiba-tiba lampu padam. Aku yang tidak mengetahui rencana detail dari aksi ini cukup panik. Arhab benar-benar sialan.“Aku bilang diam saja. Kau tidak berbakat sama sekali,” suara Arhab jelas terdengar tapi di mana di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status