Home / Romansa / Ditinggal Suami Dinikahi Bos / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Ditinggal Suami Dinikahi Bos: Chapter 131 - Chapter 140

143 Chapters

#Season 2 Part 60

Informasi dari Raline sangat membantu kami. Lokasi terakhir di mana Baja berada segera terlihat di aplikasi yang artinya kami akan bisa meringkusnya. Pak Rama cukup lihai membawa mobil kesayanganku menyusuri gang-gang kecil perumahan. Cukup di luar dugaan karena aku pikir, Baja akan bersembunyi di penthouse atau apartemen mewahnya. “Sepertinya mentok di sini, Bos,” ujar Pak Rama setelah memastikan titik terakhir lokasi Baja. “Kita harus turun?” tanyaku sangsi. Pasalnya enggan kalau harus berjalan kaki. “Betul, Bos.” Aku menoleh ke belakang, menunggu reaksi Arhab akan seperti apa. Dan pria itu bergegas turun. “Gak usah kebanyakan mikir,” ujarnya. Aku mengangkat bahu mengikuti Langkah Arhab turun dari mobil mesti enggan. “Sebentar, Bos,” cegah Pak Rama. Beliau membuka dashboard mobil dan menyerahkan benda yang tidak pernah kubayangkan. “Buat jaga-jaga.” “Kau gila? Memangnya apa manfaatnya? Ya
last updateLast Updated : 2023-11-30
Read more

#Season 2 Part 61

Pov TeoAditama Group tidak pernah main-main dalam menjaga citra perusahaan. Meski Papa yang menjadi tombak utama sudah tiada, mereka tetap memegang teguh prinsip itu. Lepas kejadian di perumahan padat itu, nyaris taka da satu pun berita tentang penangkapan menantu dari keluarga Aditama Grup itu, baik di media sosial maupun stasiun TV nasional. Pak Rama dan tim kuasa hukum perusahaan mungkin sudah membuat scenario tentang hilangnya Baja dari salah satu eksekutif perusahaan.“Sudah kubilang, Putra Mahkota tidak boleh terluka. Semua pengawal akan melakukan banyak cara.” Arhab yang tengah menyulut rokok di balkon kamar berbicara tanpa merasa sungkan. Ya, setelah insiden itu Pak Rama meminta kami bersembunyi di salah satu hotel terbaik perusahaan di pulau dewata. Aku menoleh. Enggan sebenarnya menanggapi ucapan Arhab yang jelas-jelas hanya ingin mengolok saja. “Setidaknya laki-laki itu tak membuat kegaduhan lebih banyak. Dengan tidak ada lagi di bumi, dia akan pergi ke neraka bersama dosa
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more

#Season 2 Part 62

Aku tidak salah mendengar. Raline jelas-jelas bertanya pada Teo mengapa dia membunuh Mas Baja. Sesuatu yang tentu tidak masuk akal. “Akila, Akila ke tempat Uti dulu, ya. Ibu biar bicara dulu sama Om Teo,” ucapku sambil berharap Akila tidak memahami ucapan Raline. Bagaimana mungkin ayah tirinya membunuh ayah kandungnya? Sesuatu yang tampak mengerikan. Akila hanya mengangguk seraya meninggalkanku. Dia anak yang penurut. Segera setelah Akila pergi aku menyusul Teo munuju lantai dua. Aku harus meluruskannya.“Apa maksudnya, Mas?” tanyaku tak sabar. Teo yang berniat membuka pintu kamar menoleh sejenak. Dia tampak tidak antusias. “Aku lelah, Ra.”“Kita perlu bicara. Apa maksud pertanyaan Raline. Kenapa bisa kamu membu–”“Kamu pun berpikiran sama?” tanyanya tampak tak percaya.“Bukan begitu. Maksudku—”Teo tak menanggapi perkataanku. Dia meneruskan niatnya membuka pintu kamar. Beruntung, dia tidak langsung menutupnya. Tandanya aku diizinkan masuk.“Ada apa? Kenapa semuanya tiba-tiba?” ta
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more

#Season 2 Part 63

Sekali lagi aku menyimpulkan jika pertanyaan Raline memang benar. Mas Baja meninggal bukan karena sebuah kecelakaan melainkan pembunuhan. Suatu hal yang bagiku sangat miris dan dilakukan oleh suamiku sendiri.“Apa semua ini benar? Kalian melakukannya?” tanyaku setelah berada di ruang kerja itu. Tak peduli jika ada yang mendengar selain kami bertiga.“Kenapa kamu masuk, Ra? Suruh siapa?” tanya Teo dengan nada tinggi. Dia nampak kesal.“Jadi apa yang dikatakan Raline benar? Kamu benar membunuh Mas Baja?” tanyaku iba. Bagaimana bisa Teo melakukannya.Teo pun memijit pelipis, dia nampak gusar dan tidak mampu menguasai diri. “Hab, tolong bawa Amira keluar,” ucapnya.“Apa?”“Bawa istriku keluar. Aku sudah terlalu pusing memikirkan ini.”“Aku butuh penjelasanmu, Teo. Aku tidak butuh orang lain untuk menenangkanku!” sentakku.“Hab, aku minta tolong. Kalau perlu panggil Pak Rama ke sini.”Setelah itu Mas Arhab benar-benar melakukan perintah Teo. Dia membawaku keluar dari ruangan itu. Satu hal
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

#Season 2 Part 64

“Mama tidak mau ada kekacauan di Aditama group. Mama pengen Aditama group bisa langgeng sampai cucu-cucu mama.” Mata Mama Ajeng berkaca. Beliau memintaku untuk mendekat. “Nanti kalau papanya sudah tua, sudah waktunya istirahat, dia yang bakal gantiin papanya. Kamu sedang mengandung calon pewaris Aditama Group, Mir. Kamu harus kuat dan jangan sampai omongan orang di luar mempengaruhi kamu. Jangan sampai kamu sama Teo goyah. Janji sama Mama, ya.” Kali ini Mama Ajeng tampak bersungguh-sungguh.Aku tidak mungkin menggeleng dengan keadaan Mama Ajeng yang semakin hari semakin memburuk. Selepas kepergian Papa, mau tidak mau Mama Ajeng perlu mengurus banyak hal. Di saat Teo sempat tidak mau bergabung dengan keluarga dan perusahaan, pastilah Mama Ajeng memikirkannya sendirian.“Iya, Ma. Amira janji Amira bakal damping Teo terus.” Hanya itu yang bisa kuucapkan. Meski masih dibalut dengan banyak keraguan. Setidaknya di depan Mama Ajeng aku perlu menjadi istri yang tidak membebani keluarga suami
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

#Season 2 Part 65

Pov TeoBerkas-berkas itu terus menumpuk bahkan setelah aku membaca dan menandatanganinya. Pak Rama bilang ini baru di kantor utama belum yang di cabang perusahaan. Banyak sekali pekerjaan rumah yang harus kubereskan dan sialnya si pelaku dari timbulnya masalah besar ini sudah pergi ke neraka. Sesuatu yang sangat amat tidak sesuai dengan harapanku. Seharusnya Baja tidak semudah itu meregang nyawa. Harusnya cecuruk itu membayar semua perbuatannya. Kini berkas-berkas ini serasa tak penting lagi karena aku tidak bisa menghukum pelakunya. Data-data yang kukumpulkan bersama Pak Rama pun menguap begitu saja. Baru aku akan meremas semua berkas ini saking kesalnya pintu kantor terbuka."Maaf, Pak. Ada tamu," ujar sekretaris yang berjaga di luar. Aku masih belum ingat siapa namanya."Saya bilang tidak mau menerima tamu hari ini. Kamu lupa?""Mohon maaf, Pak. Beliau memaksa dan katanya penting.""Lebih penting mana dengan perintah saya!" sentakku. Aku sedang tidak mau diganggu.Lalu muncul satu
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

#Season 2 part 66

Aku bisa merasakan sentuhan itu. Seperti sesuatu yang telah lama kurindu. Rupanya saat aku menoleh, Teo ada di belakangku. Tangannya melingkar di perutku."Kamu udah pulang?" tanyaku meyakinkan.Teo mengangguk. Dia semakin mengeratkan pelukan. Pulang satu kata yang cukup jarang kami gunakan. Seharusnya sejak awal kami memang menjadikan rumah ini sebagai tempat pulang bukan tempat singgah pelepas lelah. Setelah berbalik, kuamati wajahnya yang tampak tak terawat. Seperti foto yang dikirimkan Mas Arhab, Teo tampak berantakan. Kubelai lembut pipinya, dan aku bisa merasakan kulitnya yang kasar."Maaf," ujarnya. Saat aku memandanginya penuh dia berujar maaf."Kenapa?""Maaf karena tak pernah memberimu kabar."Aku tersenyum kecil. Dari mana dia paham perihal kabar? Apa dia sudah menyadari sikapnya yang kadang keterlaluan? Aku pun mengangguk."Maaf sudah membuatku khawatir," imbuhnya. "Aku suami yang tidak tahu diri."Buru-buru aku menggeleng. Tentang suami yang tak tahu diri aku kurang setuj
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more

#Season 2 Part 67

Tamu tak diundang itu cukup mengejutkanku. Bagaimana bisa tanpa rasa sungkan dia datang seraya menyapa ibu dengan ramah."Apa-apaan? Kenapa bisa nyamper ke sini?" tanya Teo saat kami sudah bertiga di ruang tamu."Udah ketemu belum sama pemilik saham-saham itu?" Aku pun melirik sekilas ke arah mereka saat meletakkan minum yang dibuatkan Mbak Dewi. Walau awalnya enggan, karena ada ibu di rumah mana bisa kami menolak kedatangan mantan kepala desa itu."Aku bilang mau cuti sehari. Pak Rama aja paham. Lo enggak?" timpal Teo. Mereka nampak akrab tidak seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya."Makasih, Mir," ujar Mas Arhab malah menanggapi sikapku dibanding pertanyaan Teo."Istri gue, Hab!""Iya paham."Aku menggeleng. Mereka berdua benar-benar aneh. Dari cara komunikasi hingga kedekatan mereka tampak lebih akrab."Nih aku bawa nama penting hari ini," ujar Arhab seraya menyodorkan layar ponselnya ke Teo.Aku yang duduk di sebelah Teo praktis bisa membaca dan melihat profil perempuan yang sed
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

#Season 2 Part 68

POV TeoApa yang belum pernah kudapatkan di dunia ini? Segala macam kemewahan dan kenikmatan hidup bisa dibilang sudah pernah kurasakan. Akan tetapi, tidak ada yang semenggembirakan ini. Mendengar detak jantung makhluk kecil yang masih bersembunyi di rahim mamanya membuatku tak bisa berhenti merasakan euforia yang susah sekali untuk kujabarkan.Aku tidak salah mendengar. Kata Dokter Adara janin atau nanti akan disebut sebagai bayi milik kami sehat tanpa kurang suatu apa. Detak jantungnya normal, pertumbuhannya juga sesuai dengan usia kandungan mamanya. Bahkan tadi dia bergerak-gerak lincah seakan menyapa papa mamanya mengabarkan kalau dia baik-baik saja. Lucu sekali. Ini lebih mengharukan dibandingkan memenangkan tender manapun. Dan lihatlah aku, Teodorus Liem Aditama dalam kurun waktu kurang dari satu tahun akan menjadi seorang papa."Ibu dan kandungannya sehat. Semuanya normal dan berkembang sesuai usianya. Ini hasil print outnya ya," ujar Dokter Adara sambil menyerahkan hasil cetak
last updateLast Updated : 2023-12-20
Read more

#Season 2 Part 69

POV Teo"Kita harus berangkat sekarang jika tidak ingin terlambat, Pak.""Berangkat ke mana? Maksudnya apa, Pak Rama?" Aku masih belum terlalu paham dengan situasi yang baru saja dijelaskan Pak Rama. Bagaimana mungkin Raline menjual perusahaan sementara kondisinya seperti itu?Pak Rama pun menyodorkan beberapa file salinan dari apa saja yang sudah dikerjakan Baja dan Raline akhir-akhir ini. "Ini sebagian kecil, Pak. Sisanya saya ....""Sebentar. Ini benar, Pak?" tanya Arhab tiba-tiba yang mengenali nama pihak kedua dalam perjanjian itu."Benar, Pak Arhab. Ibu Hanania yang akan menjadi kunci dalam akuisisi ini.""Aku bilang apa. Dokter itu aku pernah meihatnya bersama Hana," terang Arhab padaku.Kini aku mengangguk setuju. Pasti ada sesuatu. "Kamu tau dia di mana, Hab?" "Bali, Pak. Bu Hana stay di bali selama ini," jawab Pak Rama seperti sudah memastikan semuanya."Kita berangkat hari ini. Cari tiket terdekat," ujarku yang langsung dijawab dengan anggukan Pak Rama.Tok! Tok! Tok!Ses
last updateLast Updated : 2023-12-22
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status