Home / Pernikahan / Akhirnya Kau Mencintaiku / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Akhirnya Kau Mencintaiku: Chapter 101 - Chapter 110

114 Chapters

Terlihat Kaku

Saat mereka semua keluar dari hotel, berjalan ke arah timur untuk menuju area pantai. Sudah terasa angin sepoy menerpa tubuh mereka dari arah laut, hanya ada beberapa meja bundar yang telah ditempati pengunjung lain.Lalu mereka juga menuju meja bundar lainnya yang memang khusus disediakan untuk mereka. Ini adalah area pantai private, hanya orang tertentu saja yang mendapatkan pelayanan demikian.Karena untuk tamu biasa mereka berada di area pantai bagian lain dan itu cukup ramai. Namun, mereka kini bisa duduk nyaman, menikmati debur ombak, pasir putih dan matahari terbenam dengan tenang.Rea tersenyum saat matahari perlahan turun, semburat jingga di langit membuatnya sangat bahagia. Diam-diam Jeno menoleh pada wanita itu dan tersenyum memperhatikannya. Sungguh, ia sangat merindukan senyum itu, senyum yang tidak pernah berubah sejak dulu.Namun, senyum yang biasanya untuk dia, kini sudah tidak lagi untuknya, melainkan untuk pria lain. Jeno melirik pada Arfan yang kini terseyum bersama
Read more

Pemain Baru

Malam sudah cukup larut, Rea tampak nyenyak tidur malam ini. Semua yang disediakan hotel memang begitu spesial untuk menyamankan pengunjung, Rea yang terlihat nyenyak pun tampak berbalut selimut tebal nan halus serta memeluk guling empuknya.Namun, kenyamanan itu tak berlangsung lama. Suara gedoran di pintu luar membuatnya terkaget, wanita itu segera terduduk dan menatap pintu dengan heran. Melihat jam sudah tengah malam, siapa orang gila yang menggedor pintunya malam-malam begini?Segera Rea turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu, dia mengintip lebih dulu dari lubang kecil di permukaan pintu. Seketika kelopak matanya melebar kala ternyata Jeno yang ada di luar sana dengan piyama tidurnya."Sedang apa dia malam-nalam di sini? Dasar orang gila!" umpatnya kesal.Rea reflek akan membuka pintu, tapi tak lama ia menepuk keningnya karena ada yang terlupa. "Arfan! Aku harus bangunkan Arfan juga, aku tidak bisa mengambil resiko kalau Jeno tahu kami tidur terpisah kamar. Ya ya, aku
Read more

Mengintai

Hari ini adalah hari kedua mereka berlibur, seperti hari kemarin hari ini juga Rayan hanya bisa bersenang-senang menikmati liburannya bersama Rea dan Arfan. Sementara Jeno dan Arya berpura-pura sibuk pergi bertemu klien di luar seperti pagi ini, Jeno dan Arya sudah tampak rapi dengan setelan jasnya.Mereka bertemu di koridor saat Rea, Arfan dan Rayan keluar dari kamar. Terlihat ketiganya menggunakan pakaian casual, tampak seperti keluarga kecil yang sangat harmonis. "Selamat pagi," sapa Jeno, dan ketiga orang itu menoleh. "Sudah mau bersiap jalan-jalan?" lanjutnya kepada mereka."Ya, kami akan berangkat sekarang ke suatu tempat. Anda juga, semoga urusan bisnisnya lancar," sahut Rea.Jeno mengangguk seraya tersenyum. "Terima kasih, dan selamat bersenang-senang," timpal Jeno.Kemudian mereka semua berjalan menuju lift dan keluar hotel pun bersama, hanya saja mereka berpisah di tempat parkir. Jeno dan Arya kini masih berada di dalam mobil, menunggu mobil yang dikendarai Arfan melaju lebi
Read more

Tidak Lolos

Saat ini mereka baru saja selesai makan malam dan kembali ke hotel untuk beristirahat. Sebelum itu Jeno mengatakan sesuatu lebih dulu kepada dua orang yang berada di hadapannya. "Urusan pekerjaanku hari ini selesai, jadi mulai besok aku akan bisa ikut liburan bersama kalian," kata Jeno..Hal ini tentu menimbulkan ketidaknyamanan di hati Rea, apa-apa ada Jeno dan ke mana-mana ada Jeno. Dia pasti tidak akan bisa bebas nanti seperti dua hari ini dan harus terus berpura-pura.Tidak ada yang menanggapi perkataan Jeno, hanya Rayan saja yang tersenyum senang. Karena kedua orang di depan sepertinya lebih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. "Baiklah, ayo kita kembali ke hotel untuk istirahat," ajak Jeno lantas pria itu berdiri disusul semua orang dan mereka semua kembali ke hotel dengan pikiran di kepala mereka masing-masing.***Pagi ini mereka semua keluar dari hotel dengan koper yang dibawa oleh para pengawal yang berpakaian serba hitam-hitam. Rea dan Arfan tidak menduga jika Jeno h
Read more

Mawar Pagi Hari

Saat Rea terbangun dari tidur hari sudah gelap, entah berapa jam ia tertidur tadi. Saat ia akan turun dari ranjang dilihatnya Arfan sudah tidak ada di sofa. "Apakah dia sudah keluar?" gumam Rea.Wanita itu lantas berjalan ke arah koper, membukanya dan mengambil isinya untuk dirapikan di lemari yang sudah disediakan. "Aku harus mandi," gumamnya lantas berjalan ke arah pintu kamar mandi, lantas saat ia mengulurkan tangan hendak meraih gagang pintu.Namun, belum juga ia menggenggamnya pintu itu sudah terbuka dan muncul sosok Arfan yang baru saja selesai mandi. Rea terkejut hingga melebarkan kedua kelopak mata menatap Arfan yang hanya menggunakan sehelai handuk yang menutupi pinggang sampai sebatas lutut saja."AAAAAAAAA!!" Arfan segera maju selangkah dan membekap bibir Rea. "Ssshh! Rea, jangan teriak! Apa kamu mau yang di luar curiga?" "Mmmph!" Rea meminta Arfan melepaskan bekapannya, lantas pria itu pun menurut. "Arfan! Kamu buat aku kaget saja, tahu! Kenapa berpenampilan seperti ini,
Read more

Sakit Pinggang

Acara jalan-jalan malam di taman sudah selesai, Rayan sampai tertidur di gendongan Jeno kala mereka sampai di villa. Arya yang memang tidak ikut hanya jaga kandang saja, saat mereka kembali pria itulah yang membukakan pintu."Selamat malam," sambut Arya kepada semua orang."Malam," sahut Jeno dan segera masuk villa, sementara Arfan dan Rea hanya menanggapinya dengan senyuman.Setelah semua orang masuk, Arya pun segera menutup pintu dan menguncinya. Saat hendak berpisah Jeno berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. "Selamat malam dan selamat beristirahat untuk kalian," ucapnya pada Arfan dan Rea seraya tersenyum.Di telinga Rea entah kenapa ucapan Jeno dan senyuman Jeno seperti ejekan, membuatnya sangat kesal sehingga ia tidak ingin menjawabnya sama sekali. "Anda juga, Tuan Bramantio." Hingga pada akhirnya Arfan saja yang menjawab.Jeno tersenyum dan mengangguk lantas berbalik badan kembali dan membawa Rayan masuk kamar. Kini giliran mereka berdua, mereka tampak ragu untuk masuk kama
Read more

Tidak Terkalahkan

Selesai sarapan semua orang kini keluar dari villa menggunakan motor racing, seperti biasa Rea bersama dengan Arfan, sementara Jeno bersama dengan Arya yang mengapit Rayan di antaranya.Jeno benar-benar tidak mau lepas dari Rayan, begitupun dengan anak kecil itu yang begitu nyaman dengan Jeno yang ia panggil 'Om'. Mereka berhenti pada tempat pertama yakni area panahan, ada beberapa pengunjung resort yang juga sudah datang untuk melakukan olahraga yang melatih ketepatan, fokus dan ketangkasan ini.Jeno dan semua orang turun dari motor lantas mengambil tempat masing-masing. Jeno tentunya dengan Rayan, begitupun Rea seperti biasa dengan Arfan, dan Assistant Arya seperti biasa hanya asyik seorang diri saja.Dibantu dengan pemandu sekaligus yang membantu pengunjung saat ingin bermain. Rayan dengan gagahnya memegang busur kecil dan Jeno memberikan anak panah kepadanya. "Seperti ini pegangnya," kata Jeno mengarahkan.Rea tersenyum memperhatikan putranya yang terlihat gagah dan tangkas, tapi
Read more

Serangan Tak Terduga

Seharian ini cukup dua permainan saja, mereka sudah kelelahan dan memutuskan kembali ke villa karena hari juga sudah hampir sore. Kali ini Jeno membiarkan Rayan bersama ibunya, sementara dia tetap membonceng saja di belakang Arya.Lagian lebih enak membonceng, santai seraya bebas curi-curi pandang ke samping menatap wanitanya yang berada di atas motor bersama pria lain. Rasanya panas, tapi mau bagaimana lagi, tahan saja lah!Setelah dua puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai juga di villa. Arfan segera mengambil alih Rayan dari gendongan Rea karena anak kecil itu tertidur kelelahan. Jeno tidak merebutnya, dia tidak mau egois dalam hal ini."Aku akan membawanya ke kamar kami," kata Arfan meminta izin pada Jeno, Jeno pun melirik Rea yang diam saja, dan dia juga hanya menjawabnya dengan anggukan.Setelah mendapat izin, Arfan segera masuk lebih dulu disusul Rea. Sementara Jeno masih termenung di luar bersama Arya menatap kepergian mereka. "Ini takan berlangsung lama," gumam Jeno y
Read more

Orang Misterius

Hari kedua di resort hanya bermain tembak jitu, itu pun berakhir dengan Rea yang tiba-tiba kehilangan mood. Sehingga mereka pulang lebih awal. Arfan tidak tahu apa yang terjadi pada Rea karena sejak pulang dari tempat tembak jitu wanita itu sama sekali tidak mau bangun dari tempat tidur bahkan tidak keluar untuk makan malam, membuat Arfan menjadi khawatir.Pria itu membawa nampan yang di atasnya terdapat sepiring makanan juga segelas air putih. Arfan berjalan mendekat dan meletakan nampan di atas nakas, lantas melihat Rea yang hanya tidur miring dengan kedua mata terbuka.Arfan dengan perhatian berjongkok di hadapan wanita itu dan mengusap sisi kepalanya. "Makan malam dulu, nanti kamu sakit. Ingat kamu punya riwayat masalah perut? Meski sudah sembuh kamu tetap harus menjaga kesehatanmu. Tadi Ray juga tanya kenapa kamu tidak keluar makan malam, aku jawab kamu sedang tidak enak badan. Ayolah, sekarang moment liburan Ray, apa kamu ingin merusaknya?"Mendengar kata-kata Arfan, Rea pun bar
Read more

Kobaran Api Cemburu

Jeno saat ini menikmati kebersamaannya dengan Rea, duduk berdua menunggangi kuda. Sedekat ini, hingga ia dapat merasakan harum tubuh seseorang yang dulu begitu dekat dengannya. "Apakah bisa lebih cepat? Aku tidak suka terlalu dekat denganmu, Tuan Jeno Bramantio!" ketus Rea dengan wajah kesalnya, sungguh ia sangat risi ada Jeno yang terus menempel padanya saat ini.Jeno tersenyum, tentu saja ia tidak ingin moment ini berlalu terlalu cepat. Kalau bisa ia ingin menghentikan detik waktu agar tetap bisa sedekat ini dengan wanitanya. "Kenapa harus terburu-buru, pemandangannya sangat bagus, apakah kamu tidak mau menikmatinya?""Aku sama sekali tidak dapat menikmati pemandangan bagus ini jika itu bersamamu! Karena jika bersamamu, semua hal adalah seperti neraka bagiku," balas Rea.Jeno termenung sejenak, terbayang perlakuan buruknya di masa lalu membuat hatinya tergores, tanpa Rea tahu kedua bola mata Jeno berubah memerah karena penyesalan. "Aku tahu, aku memang bagai neraka untukmu. Maafkan
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status