Home / All / REUNI / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of REUNI: Chapter 91 - Chapter 100

110 Chapters

Kejutan

Dia mengajakku nikah siri. Tidak. Aku nggak pernah memimpikan pernikahan seperti itu. Aku memiliki konsep pernikahan impian. Tidak mewah namun sakralnya dapat. Bertempat di suatu lokasi yang bisa menghasilkan debur ombak dan aroma kayu secara bersamaan. Tama memang orang yang aku cintai, tapi aku juga nggak ingin dibutakan oleh cinta. Aku masih punya otak untuk berpikir, tidak mau ambil resiko yang akhirnya bisa merugikan diri sendiri. Bukankah nikah siri itu sangat merugikan pihak perempuan? Enak di lo nggak enak di gue. Ketukan pintu terdengar bahkan sebelum aku sampai di ranjang tidur. "Wina, oke. Aku minta maaf soal yang tadi. Tapi bisakah kita bicara lagi?" Suara Tama terdengar. Aku mendadak malas padanya. Akhir-akhir ini aku memang menjadi lebih sensitif, mungkin karena masalah yang terlalu menumpuk. Aku membuang napas dan berbalik menatap bilah pintu yang masih saja diketuk. Tama di sana nggak berhenti memanggil namaku. Sampai aku mengalah dan membuka pintu kamar. Wajah p
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Kekecewaan Ibu

"Lumayan masih ada cuti sekitar tiga harian. Jadi, gue ajak aja ibu main ke Jakarta, kali aja ibu kangen sama patung Pancoran," ujar Dendy saat aku menanyakan kesibukannya."Dibanding sama patung pancoran, Ibu lebih kangen sama Patung Dirgantara," timpal Ibu membuatku dan Dendy sontak terbelalak dan berseru kompak. "Apa bedanya?!" Ibu menatap kami berdua lantas tertawa. "Biasa aja dong kalian. Kompak banget begitu. Ibu kan cuma ngetes kalian doang," ujar Ibu meringis. "Oh, ibu ceritanya lagi ngetes ilmu sosial kita, Kak," ucap Dendy mengerakkan kedua alisnya sembari melirikku. "Kan banyak tuh yang nggak ngerti kalau Patung Pancoran sama dengan Patung Dirgantara. Siapa tahu saja kalian salah satu dari mereka," sahut Ibu. Dia lantas bergerak ke dapur sembari membawa kantong plastik yang dia keluarkan dari goddie bag kain. "Nggak buat Dendy ya, Bu. Percuma dong aku dapat beasiswa kalau masih aja anggap dua patung itu beda," sahut Dendy sombong. Dia meraih remote LED dan menyalakan
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

Terlibat Skandal

Seperti kesepakatan tadi, Tama menurun aku di halte dekat dengan kawasan perkantoran. Lantas aku lanjut berjalan menyusuri trotoar hingga sampai halaman gedung.Suara klakson dari belakang mengejutkanku dan seketika langkahku bergerak menyingkir. Jendela kaca mobil itu terbuka. Dari balik kemudi seorang perempuan berseru. "Lo kenapa jalan kaki?! Nggak bareng Pak Giko?" Ternyata si pengendara itu Arin. Aku menggeleng dan mengisyaratkan dia agar maju, karena sudah ada mobil lain yang mengantre masuk. "Tunggu gue di lobi!" serunya lagi sebelum bergerak maju. Arin datang nggak lama setelah aku memasuki lobi. Wanita itu mengenakan waist blazer berwarna khaki, menutupi kemeja putihnya. Disambung dengan pencil skirt berwarna senada blazer tersebut. Langkahnya terlihat begitu anggun dengan heels tujuh senti yang terantuk. Sesekali dia memberi senyum kepada orang yang berpapasan dengannya. "Win!" Langkahnya tampak bergegas menghampiriku. "Kemarin aman enggak?" tanya Arin begitu berhasil
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more

Terkesima

"Katakan sesuatu sama gue, Win."Dua kali Arin mengatakan itu dalam nada gusar. Wanita itu lumayan syok setelah mendengar pengakuan tanpa sengajaku yang penuh emosi saat masih di dalam gedung. "Lo yakin kalian cuma pura-pura? Sumpah, gue masih nggak percaya ini." Arin kembali bersuara dengan tatap yang masih lurus ke jalanan di depannya. "Apa? Dan kenapa kalian?" Aku membuang napas kasar. Sebenarnya malas menjelaskan, tapi aku tahu Arin akan terus mengganggu dengan segala pertanyaannya. "Gue cuma mau nolong Giko. Dia bilang bakal dijodohin dan dibuang ke Sulawesi Utara. Dia juga bilang kalau dia bisa memiliki pacar maka semuanya bisa dibatalkan. Perjodohan dan mutasi itu," jelasku mengambil inti singkatnya. Arin tertawa, tapi tidak lepas. Dia mencoba menahannya sambil terus mengemudi. "Dan lo percaya apa yang Pak Giko bilang?" "Maksudnya?" Aku mengernyit. "Dia membujuk gue terus menerus sampai gue setuju. Gue rasa itu bukan hanya sekedar main-main." "Coba bicara empat mata sama
last updateLast Updated : 2022-12-30
Read more

Keluarga Besar Jayakusuma

Aku mengabaikan permohonan Giko mengundang makan malam Dendy dan Ibu, tapi sebagai gantinya aku datang ke makan malam keluarga mereka. Jumat malam, aku memutuskan ikut Giko pulang ke rumahnya. Dengan setengah hati tentu saja. Rumah megah itu seolah tengah menantangku ketika aku menjejakkan kaki di halamannya. Aku merasa sangat kecil berdiri di sini. Seumur-umur berteman dengan si playboy Giko, baru kali ini aku diajak ke rumahnya, dan bertemu dengan keluarganya langsung. Sayangnya pertemuan ini seperti ajang bunuh diri buatku. "Santai aja, sih. Bokap gue nggak nyeremin, kok," ujar Giko menyenggol lenganku. Aku mendelik. "Kalau nggak nyeremin mana mungkin dia tega mau membuang anaknya ke Timbuktu." "Bau-bau, Win. Bukan Timbuktu, itu kejauhan.""Bodo amat." Aku memasang tampang jutek."Ish, itu mata dikondisikan. Di dalam nanti lo harus pasang tampang semanis mungkin, jangan lupa tersenyum, oke, Bebeb?" "Iya, gue bakal senyum terus sampe gigi gue kering, puas lo?" Giko terkekeh,
last updateLast Updated : 2022-12-31
Read more

Confess

Entah apa yang Giko harapkan dari makan malam ini. Penentuan tanggal pertunangan? Atau menikah sekalian? Aku beneran merasa terjebak. Marah? Jelas! Dari awal aku sudah antipati obrolan serius macam ini, tapi kesannya Giko menikmati dan aji mumpung. Pertemuan dengan keluarga Giko berakhir canggung karena ucapanku yang menolak pertunangan itu. Di antara semua yang ada, hanya Luffy yang tampak tersenyum lebar mendengar keputusanku. Masih untung aku nggak membongkar kebohongan Giko di depan keluarganya. "Apa susahnya sih kerjasama sedikit, Win?" Giko ngambek di mana seharusnya aku yang pantas ngambek. "Kerjasama apa? Kerjasama menjerumuskan diri ke lubang buaya? Gue udah mewanti-wanti lo banget biar nggak ada obrolan serius. Tapi, kok kayaknya lo santai banget." Saat ini kami sedang dalam perjalanan pulang menuju apartemenku. "Gue santai karena nggak anggap ini serius."Aku menganga tak percaya. Apa dia nggak lihat reaksi dan mata binar keluarganya saat membicarakan soal pertunanga
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

Kenangan

Lebih nyaman seperti ini. Bersama Ibu dan Dendy tanpa mereka yang membuat hidupku makin rumit. Tama, Giko, dan mungkin sebentar lagi Luffy. Aku tidak membalas apa pun soal foto yang Luffy kirim semalam, tapi aku merasa bahwa hal buruk akan segera menimpaku."Kak, naik perahu, yuk. Gue tadi udah nawar 3 orang dewasa gocap," ajak Dendy mencolek lenganku. "Kita udah lama banget nggak naik perahu loh, Kak."Aku mengangguk saja. Pagi ini kami sudah berada di Shympony of the Sea Ancol, tempat ibu ingin berpiknik kecil-kecil untuk mengenang almarhum Ayah."Sebelah mana?" tanyaku seraya memegangi topi lebar yang kupakai.Dendy menuding sebuah perahu yang sudah menampung beberapa penumpang. "Itu perahunya, bentar lagi berangkat. Noh, ibu aja udah ada di sana.""Gercep sekali ibu kita." Aku terkekeh lalu mengikuti Dendy menuju ke pantai menyusul ibu yang sudah duduk manis bak putri raja di atas perahu kayu."Laut Ancol sekarang kayak udah tercemar. Warnanya hitam. Dulu padahal masih bersih alam
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Mengejutkan

Menangis? Nggak. Semua yang terjadi adalah akibat dari keputusanku sendiri yang dengan sok-nya membantu jagoan neon itu, juga keputusanku yang membongkar hubungan palsu kami di depan keluarganya. Resikonya juga sudah aku duga sebelumnya. Di usir dari perusahaan milik keluarga konglomerat itu. Mungkin memang sudah jalannya harus begini, meratapi pun percuma. "Luffy memberi solusi konyol banget," ujar Danar, dia masih saja tidak terima keputusan ketigaku, di-PHK. "Serius, ini nggak adil banget buat lo, Win. Dedikasi lo selama ini buat memperkaya mereka seolah sia-sia gara-gara bocah geblek itu." Dua tanganku masih memeluk cangkir kopi yang sudah menghangat. Memang Giko patut disalahkan, wajar kalau sampai manusia setenang Danar berang. Saat ini pria itu sedang ada di unitku. Dia datang saat senja menjelang. Menghiburku dengan terus menyalahkan Giko. Tapi, anehnya di tengah keterpurukan yang aku alami, hati kecilku mengingat dia. Pasti dia sedang mengalami kesulitan menghadapi keluar
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Perpisahan

Sudah sejak tiga puluh menit lalu aku bersama Tama. Selama itu banyak yang dia ceritakan. Dari mulai kepulangan anak-anaknya sampai pekerjaan kantornya yang padat merayap. Dan sepanjang dekat sama dia, baru kali ini aku merasa begitu malas mendengar semuanya. Begitu hati gampang banget dibolak-balik. Rasanya baru kemarin aku mengagumi cintanya dengan penuh ketakjuban. Namun, sekarang rasa itu lenyap tak bersisa sedikit pun. Hatiku sudah tidak berbentuk. Aku bahkan terserang bosan meskipun makan malam ini terlihat romantis. "Ada yang ingin kamu sampaikan?" tanyaku setelah sepanjang makan malam hanya mendengar ceritanya saja. Tama menatapku masih dengan senyum. "Emang mataku kelihatan banget, ya? Coba kamu tebak aku mau ngapain." Aku mengembuskan napas pelan. "Aku lagi nggak ingin tebak-tebakan. Kalau nggak ada yang ingin kamu katakan, biar aku bicara sebentar," ucapku agak tegas. Tama di depanku malah terkekeh. "Muka kamu tegang banget, sih, Win? Oke, aku dengar." Dia mengangguk
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Cari Kerja

Rasanya seperti kembali ke jaman sembilan tahun lalu ketika Giko akan berangkat ke luar negeri. Aku dan Danar mengantar si playboy ke bandara. Mungkin bedanya kali ini aku membawa perasaan yang agak lain bentuknya untuk manusia satu itu. Setelah semalam pria itu berpamitan aku mulai berbesar hati menerima semuanya, dan berusaha memaafkan atas segala yang terjadi."Di sana hati-hati, jaga sikap, dan jangan jadi playboy," ucapku saat memeluk Giko. "Tetep, ya, jangan jadi playboy-nya keluar," sahut Giko terkekeh lalu melepas pelukanku. "Ya itu kan imej yang udah lo bangun dengan susah payah." Aku ikut terkekeh. "Udah tobat gue. Berharap suatu hari bisa jadi calon laki lo." Aku mendorong pipinya. "Mimpi aja sono." "Ahelah, ditolak lagi gue, Nar." Danar hanya nyengir, lalu bergerak maju memeluk Giko. "Semoga di sana lo betah. Dan semoga ketemu sama cewek yang bisa lurusin lo ke jalan yang benar." Giko melepas pelukan Danar, dan menonjok bahu lelaki itu. "Sialan lo, emang gue tersesa
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status