“Haris, ibu mohon padamu, talak istrimu ini!” Ibu mertuaku berkata demikian dengan raut memelas untuk menarik simpati suamiku.“Bang, kamu gak bisa lakuin itu sama aku, jenazah bapak masih ada di hadapan kita, ibumu, kok, tega bikin masalah baru!” Kali ini aku menyerang ibu balik dengan kata-kata yang mungkin tidak sopan.“Terus, kakak mau apa rupanya setelah ini? Mau harta kami? Mau jadi menantu tunggal yang menerima harta warisan dari bapak mertua yang sangat menyayangi menantu perempuannya? Gitu!” tambah Hana.‘Bang, tolong ucapkan sesuatu, jangan diam aja kayak gini,’ pintaku dalam hati.“Ah.” Tiba-tiba perutku terasa keram sekali.“Kenapa, Dek?”“Gak tahu, nih, Bang, tiba-tiba perutku kontraksi, kayak mau melahirkan, aduuuh ....” jeritku di gelapnya malam.“Ya, udah, kalau gitu kita ke Puskesmas aja, ya,” ajak suamiku.“Iya, Bang.” Bang Haris memapahku hingga ke luar rumah.“Bu, Han, tolong nanti susul kami di Puskesmas, ya, sekalian bawakan tas yang ada di dalam kamar. Aku mau
Read more