“Tunggu!”“Bang Jaya?” sapaku heran melihatnya berjalan dari arah sana.“Haris, kam pulang aja, sana! Ratih dan ibu nanti abang yang antar,” ujarnya pada bang Haris.“Bang, hari ini abang ada jam kuliah, kan? Abang duluan aja, gak apa-apa, nanti aku belanja sama ibu aja.”“Oh, ya, udah, mari, Bang, Bu.” Bang Haris berlalu menggunakan motor jadulnya.“Bu, hari ini nginap di rumahku aja, ya,” tawar abangku.“Tapi, Nakku, nanti gak kerepotan rasa istrindu?”“Enggak, Bu. Lagipula, cucu-cucundu udah kangen semua sama kam.” Sejenak ibu terdiam dan menatapku bimbang. Kuanggukkan kepalaku sebagai tanda tuk menyuruh ibu nginap di rumah bang Jaya.“Ya, udahlah, kalau gitu. Septi, lain kali ajalah aku nginap di rumahndu, ya. Diajak Jaya pula aku nginap di rumahnya.”“Oh, uwai nyah adi bage,” (Oh, ya, udahlah kalau gitu) sahut mak udaku dari dalam rumah menuju teras. “Jadi, sekarang kalian pulang?”“Iya, Mak uda, ada hal penting yang mau kubicarakan sama Ratih,” jawab bang Jaya.“Oh, iya, udah. H
Read more