Home / Pernikahan / JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA: Chapter 111 - Chapter 120

205 Chapters

Pelajaran Dari Ayah

Arjuna menghampiri Jamal yang terduduk sambil tertunduk sendirian  di kursi ruang tunggu. Wajah kakaknya itu terlihat kusut. Dia jadi tidak tega melihatnya. "Kak," panggilnya yang langsung mendapatkan respons dari sang kakak.Jamal menoleh. Dia memaksakan sebuah senyuman untuk menyambut pria yang sudah duduk di sebelahnya. "Sudah beres semuanya?"Arjuna mengangguk. "Syukurlah. Om Dillah juga udah tahu tapi Om belum bisa ke sini. Om ada acara yang harus dihadiri. Dia, kan, juga termasuk dari pemegang saham yang terbesar di perusahaan Hanasome. Mereka ada rapat hari ini."Jamal mengangguk paham."Kakak nyuruh Jevano ke kantin?""Dia sendiri yang menawarkan d
Read more

Jalan Sendiri

"Bundaaaaaa!" Jevano berteriak begitu masuk rumah. Dia tidak peduli dengan suaranya yang menggema ke seluruh penjuru rumah."Apa, Sayang?" Juwita sedang ada di tempat favoritnya, kafetaria sebelah dapur. Dia beranjak dari sana dan mendatangi Jevano."Bundaaaa!" teriak Jevano sekali lagi yang tambah gunggungan  padahal sudah melihat bundanya secara langsung."Apa, sih, Sayang? Anak Pak Jamal berisik banget, sih?" Juwita menerima bentangan tangan Jevano. Dia memeluk anaknya. "Bau asem.""Bunda, ih," protes bocah itu.Juwita terkekeh. Dia menyibak rambut Jevano ke belakang, menampilkan jidat anaknya yang semakin tampan saja jika dilihat. "Hahaha. Kamu diajak
Read more

Berangkat

Jevano berjalan keluar dari kawasan kompleks rumahnya dan duduk di bangku taman. Dia telah menelepon Haikal untuk segera menjemputnya. Akan tetapi, memang kesal banyak membawa sial, Haikal baru saja bangun tidur dan otomatis dia harus menunggu temannya itu lebih lama. Tahu begini, dia tidak akan meninggalkan rumahnya dulu tadi."Loh, Jevano?" panggil seseorang.Jevano mengangkat pandangannya dari gawai yang sedang dia mainkan. Ada mobil hitam yang berhenti di depannya. Kaca mobil itu diturunkan. Dia mendekati mobil itu. Wajah pengendaranya tak asing lagi dalam benaknya. "Om Arjuna?" Matanya membola. Gawat."Kenapa kamu di situ? Diusir dari rumah?" tanya Arjuna yang sangat tepat sasaran."Aku minggat lebih tepatnya."
Read more

Jadi Anak Orang Kaya

Jevano menggerutu saat mobil Haikal berhenti tepat di depannya. Dia membuka pintu dan masuk serta merebahkan punggungnya dengan kasar ke kursi penumpang belakang, bersebelahan dengan anak Pak Jo itu. "Lo lama banget, sih. Sampai kering gue tunggu."Haikal yang merasa sudah memenuhi keinginan Jevano dengan tepat pun memandang temannya dengan tatapan protes. "Masih untung, ya, lo gue jemput. Masih mending gue tadi enggak pakai berendam dulu. Udah dijemput, masih aja ngomel. Gue turunin lagi lo."Jevano hanya berdecak. Dia tidak membalas perkataan Haikal lagi. Sedang tidak mood dia."Lagian, ngapain lo berangkat sendiri? Sopir lo mana?"Jevano diam. Dia menoleh ke arah lain. 
Read more

Alun-Alun

Kendaraan berlalu lalang di jalan raya Sidoarjo yang cukup padat di hari libur ini. Gemerlap lampu jalan dan kerlap-kerlip lampu dari kios pedagang membuat pemandangan di pusat kota itu semakin meriah. Entah ini sudah berapa lama Jevano tidak keluar malam untuk sekedar melihat dunia sekitar daerahnya tinggal. Bahkan dia juga lupa kapan terakhir kali dia melihat monumen Jayandaru di alun-alun kota Sidoarjo ini.Lampu merah arah Surabaya membuat kendaraan pengguna jalan berhenti. Termasuk kendaraan yang sedang digunakan oleh Jevano ini. Persimpangan yang ada di depan sangat lebar. Seperti membuka luas arah pandang mereka."Jalan di sana, yok," ajaknya yang langsung mendapatkan tolehan dari teman-temannya yang lain. Tangannya membeku, menyisakan telunjuk yang masih mengarah ke alun-alun kota. Dia memandang satu per satu temannya
Read more

Kak Jamal

"Yang pulang malem ... sampai lupa kalau punya rumah." Juwita menyambut anaknya.Jevano yang sadar bahwa dirinya benar-benar telat pulang ... sangat berharap di rumahnya sedang tidak ada satu orang pun. Namun, semuanya pupus saat pintu gerbang itu dibuka. Dia memejamkan mata. Dia tidak berani balik badan dan masih memegangi pintu mobil Syahid yang masih terbuka."Mampus kamu, Jevano." Itu Rani yang duduk tepat di sebelah pintu yang sedang dipegangi oleh Jevano. Kaca jendela pintu itu terbuka."Sssttt." Jevano mau menenangkan diri untuk menghadapi bundanya. Dia menarik napas dalam. Perlahan, dia berbalik. "Hehehe. Bunda."Juwita bersedekap. Dia memandang anaknya dari atas sampai bawah. "Dari mana aja kamu?"
Read more

Cepat Pulang

"Hai, Mas." Juwita menyapa sang suami dari sambungan telepon. Dia sedang berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan Jevano dan dirinya. Dia meletakkan gawai di atas bar dalam dapur, agak jauh dari kompor."Hai, Bae. Lagi ngapain?""Masak, Jae. Kamu posisi di mana?""Hotel Delta Surabaya. Maaf tadi malam aku enggak kabari kamu."Juwita tersenyum. "Kamu tahu, kemarin aku sendirian di rumah dan enggak dapat kabar sama sekali dari suami ataupun anak. Enggak tahu, ya, Jae, rasanya tuh kayak ... hmm, aku bukan yang terpenting gitu."Jamal menelan ludah. Ini gawat. Posisinya sedang gawat sekarang. "Maaf, Juwita. Kemarin ...."
Read more

Kantin Angkatan

Jevano dan teman-temannya sedang di kantin, menikmati makanan yang telah mereka pesan. Dia duduk di sebelah Haikal, sedangkan Arina dan Rani ada di hadapan mereka."Syahid mana, sih? Kenapa dia belom telepon coba?" Rani sibuk dengan gawainya, melupakan sejenak chicken katsu yang biasanya menggoda iman dan taqwa. Dia menggulir layar gawainya dan menekan-nekan beberapa ikon."Emang dia janji mau telepon kamu?" tanya Arina yang melongok ke gawai Rani.Gadis mungil itu mengangguk. "Iya. Ih, padahal dia katanya mau ke lapangan sepak bola di sana. Epret, cuma ngomong doang.""Terus kalau dia ke lapangan bola di sana, lo mau ngapain? Inget, di sini sama sana beda waktunya banyak. Mungkin dia masih ngorok." Haikal menusuk s
Read more

Siapa Yang Tahu?

Arina menyeret Jevano ke sebuah ruangan di pojok lorong yang jarang dilewati oleh orang. Jevano hanya menurut saja dan membiarkan badan berototnya dibawa oleh Arina ke tempat tersebut.Gadis itu membuka pintu dan memasukkan Jevano dan dirinya ke sana. Jevano melihat ke sekeliling. Ruangan tersebut masih mempunyai meja dan kursi. Kursinya dibalik di atas meja. Udaranya pengap dan banyak debu yang bertebaran di atas sana."Hatchiing!" Jevano bersin. Dia mengangkat bajunya bagian depan untuk menutupi hidung dan mulutnya. "Ngapain ke sini?"Arina menghadap Jevano. Dia sedikit mendongak. "Aku pengin jelasin sesuatu ke kamu, Jev, masalah aku dan Alvaro.""Kenapa?" Suara Jevano terdengar sumbang setelah bersin dan tertutup
Read more

Panggilan Sayang

Juwita membayar semua makanan yang mereka pesan."Banyak banget, Bun, makanannya." Jevano melihat kertas tagihan yang memanjang itu, tidak percaya.Juwita hanya tersenyum kepada anaknya. Dia mengambil kembali kartu debit yang tadi dia serahkan kepada kasir. "Pasti habis, kok. Bunda yakin bakalan ada yang habisin.""Emang aku bisa habisin, sih. Tapi, enggak dalam sekejap juga." Jevano menimbang-nimbang, apakah enam macam makanan yang dipesan oleh bundanya bisa muat dalam perutnya sekaligus.Juwita mengelus kepala anaknya. "Udah. Kita tinggal tunggu aja di meja sana." Dia membawa Jevano ke meja yang telah dia pesan tadi sebelum berangkat menjemput anaknya. Mereka duduk di kursi empuk itu.
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
21
DMCA.com Protection Status